Safety Stock Implementasi Teknik Simulasi Dinamis Untuk Merencanakan Persediaan Bahan Baku Dan Jumlah Produksi Di PT. Batanghari Tebing Pratama

tidak pasti. Pada kesempatan ini, penentuan safety stock dibatasi pada service level dan permintaan yang berdistribusi normal. Tujuan penentuan safety stock dengan service level tertentu adalah mengurangi resiko kekurangan persediaan tersebut menjadi hanya 5 atau 10 saja umumnya. Bila diinginkan resiko terjadi kekurangan persediaan adalah 5, maka tingkat keyakinan tidak terjadi kekurangan persediaan adalah sebesar 95 yaitu didapat dari 100 - 5. Permintaan berdistribusi normal adalah bila permintaan berpola pada kurva normal dalam bidang ilmu statistika. Pareto adalah seorang peneliti mengenai persediaan menemukan fakta bahwa penggunaan suatu item tertentu kadang kala dalam jumlah sedikit, kadang kala dalam jumlah besar dan kadang kala dalam jumlah yang sangat besar. Bila dibuat grafik peluangnya, dimana garis mendatar menunjukkan jumlah penggunaan dan grafik vertikal menunjukkan peluang, maka akan didapatkan kurva berbentuk lonceng. Pola data seperti inilah yang dimaksud dengan distribusi pola normal. Bila permintaan berdistribusi normal, parameter yang digunakan untuk menentukan safety stock adalah rata-rata μ dan standar deviasi σ . Misalnya, suatu perusahaan mempunyai item persediaan yang permintaannya berdistribusi normal selama periode pemesanan ulang. Rata-rata permintaan selama periode pemesanan ulang sebesar 300 unit dengan standar deviasi 20 unit. Manajemen ingin menjaga agar kemungkinan terjadinya stock out hanya 5 dengan kata lain, tingkat pelayanan sebesar 95 dari permintaan. Besarnya persediaan pengaman dapat dicari sebagai berikut: μ : rata-rata permintaan = 300 unit σ : standar deviasi = 20 unit X : rata-rata permintaan + persediaan pengaman SS : persediaan pengaman = X- μ σ SS σ μ X Z = − = atau SS = Z. σ Tingkat pelayanan service level 95 menentukan besarnya nilai Z. Dengan menggunakan tabel distribusi normal, nilai Z pada daerah di bawah kurva normal 95 1-0,05 dapat diperoleh, yaitu 1,65. Maka SS = 1,65 20 = 33 unit.

3.6. Perencanaan Produksi

7 1. Menjalin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana strategis perusahaan. Perencanaan produksi adalah pernyataan rencana produksi ke dalam bentuk agregat. Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi antara manajemen teras top management dan manufaktur. Di samping itu juga, perencanaan produksi merupakan pegangan untuk merancang Jadwal Induk Produksi JIP. Beberapa fungsi lain dari perencanaan produksi adalah: 2. Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi. 3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi. 7 Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Graha Ilmu : Yogyakarta. Hal : 69-70. 4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian. 5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana strategis. 6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal Induk Produksi JIP. Sedangkan tujuan perencanaan produksi adalah: 1. Sebagai langkah awal untuk menentukan aktivitas produksi yaitu sebagai referensi perencanaan lebih rinci dari rencana agregat menjadi item dalam jadwal induk produksi. 2. Sebagai masukan sumber daya sehingga perencanaan sumber daya dapat dikembangkan untuk mendukung perencanaan produksi. 3. Meredam stabilisasi produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan.

3.7. Fungsi Perencanaan dan Pengendalian

8 8 Sinulingga, Sukaria. 2009. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Graha Ilmu : Yogyakarta. Hal : 81.