Proses Produksi Implementasi Teknik Simulasi Dinamis Untuk Merencanakan Persediaan Bahan Baku Dan Jumlah Produksi Di PT. Batanghari Tebing Pratama

Tabel 2.3. Standar Kualitas Produk SIR 10 dan SIR 20 Lanjutan Spesifikasi SIR 10 SIR 20 Plasticity Rentention IndexPRI batas min 70 60 Kadar Nitrogen berat maks 0,6 0,6 Sumber : Laboratorium PT. Batanghari Tebing Pratama Keterangan lebih lanjut mengenai spesifikasi dalam Tabel 2.3. di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Kadar kotoran Yang dimaksud kadar kotoran adalah kadar keikutsertaan bahan-bahan lainnya yang tidak diinginkan pada produk akhir karet. Dalam hal ini, yang termasuk kotoran dalam produk crumb rubber adalah berupa bahan-bahan logam dan metal yang dapat secara tidak sengaja terikut ke dalam produk jadi. 2. Kadar abu Yang dimaksud kadar abu adalah kandungan abu yang terikut ke dalam produk crumb rubber yang dihasilkan. 3. Kadar zat menguap Yang dimaksud kadar zat menguap adalah jumlah kandungan zat yang dapat menguap pada produk jadi. Kadar kandungan zat menguap dalam suatu produk jadi harus seminimal mungkin untuk menjaga kualitas, elastisitas, dan berat dari karet itu sendiri. 4. Initial Wallace Plasticity Yang dimaksud Initial Wallace Plasticity adalah bilangan plastis Wallace pada produk crumb rubber yang dihasilkan. Produk karet yang memiliki mutu yang baik dengan sifat elastisitas tertentu harus memenuhi nilaibatas minimum dari tetapan Wallace yang telah ditentukan berdasarkan standar mutunya. 5. Plasticity Retention Index PRI Yang dimaksud Plasticity Rentention Index adalah indeks rentangan plastis dari karet dimana karet dengan kualitas yang baik harus memenuhi batas minimum indeks rentangan plastis yang telah distandarisasi. 6. Kadar Nitrogen Yang dimaksud kadar nitrogen adalah jumlah maksimum kandungan nitrogen yang diperbolehkan dalam produk crumb rubber yang dihasilkan.

2.4.2. Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam proses produksi crumb rubber pada PT. Batanghari Tebing Pratama dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu bahan baku, bahan penolong, dan bahan tambahan. 2.4.2.1.Bahan Baku Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk dalam proses produksi. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi crumb rubber di PT. Batanghari Tebing Pratama adalah bokar bahan olahan karet berupa cup lumb dan slab yang dihasilkan dari penyadapan pohon karet yang umumnya ditanam secara massal dalam perkebunan milik pemerintah, swasta atau dari perkebunan rakyat. 2.4.2.2.Bahan Tambahan Bahan tambahan merupakan bahan yang tidak ikut dalam proses produksi, tetapi ditambahkan ke produk pada saat atau setelah proses produksi untuk meningkatkan citra produk kepada konsumen, serta untuk melindungi produk dalam transportasi. Bahan tambahan yang digunakan pada proses produksi crumb rubber adalah kantong plastik. Kantong plastik digunakan untuk membungkus bongkahan karet yang sudah dipress. Kantong plastik ini dibeli dari toko lalu diberi label PT. Batanghari Tebing Pratama. 2.4.2.3.Bahan Penolong Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk membantu proses produksi, tetapi tidak terdapat dalam produk akhir. Kualitas produk yang dihasilkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh bahan penolong. Bahan penolong yang digunakan pada proses produksi crumb rubber adalah air. Air yang digunakan adalah air bersih yang tidak mengandung zat-zat kimia dan kotoran. Air digunakan untuk mencuci bahan baku dari kotoran-kotoran yang melekat, mendinginkan motor-motor pembangkit tenaga, dan mencuci alat-alat yang dipakai dalam proses produksi.

2.4.3. Uraian Proses Produksi

Adapun uraian proses produksi crumb rubber pada PT. Batanghari Tebing Pratama dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut: 1. Proses Penyortiran dan Penimbangan Pada tahap awal ini, bahan baku bokar bahan olahan karet yang diterima dari supplier diperiksa dan disortir terlebih dahulu. Penyortiran dilakukan untuk memeriksa kualitas getah karet berdasarkan pertimbangan kesegaran dan kelayakan kondisi bokar. Hasil penyortiran kemudian ditimbang sesuai dengan kualitas masing-masing. 2. Proses Penyimpanan Bahan Baku Bokar yang telah disortir dan ditimbang berdasarkan jenisnya pada tahap sebelumnya disimpan ke dalam gudang bahan baku untuk menunggu proses selanjutnya. 3. Proses Pencincangan dan Pembersihan Bokar diangkut dari gudang bahan baku dengan shovel loader ke dalam bak air pada mesin slab cutter I. Pada mesin slab cutter I ini, bokar dicincang menjadi potongan-potongan kecil. Mesin ini memiliki beberapa bagian yaitu vibrating screen, elevator, dan crumb paddle. Hasil olahan dengan mesin slab cutter I diangkut ke bak pembersihan I, yang disebut juga vibrating screen, yang berisi air untuk mencuci hasil cincangan bokar. Bak pembersihan ini menggunakan prinsip getaran mekanis untuk memisahkan kotoran dari cincangan bokar. Setelah dicuci dalam bak pembersihan I, bokar diangkut dari vibrating screen dengan crumb paddle ke mesin slab cutter II dengan menggunakan elevator. Perbedaannya adalah hasil olahan mesin slab cutter II berukuran lebih kecil. Pecahan-pecahan karet dari slab cutter II dijatuhkan di dalam vibrating screen dengan corong gravitasi. Vibrating screen berfungsi untuk memisahkan kotoran dan butiran-butiran karet yang hasilnya ditampung oleh belt conveyor untuk diangkut ke bak pembersihan II yang berfungsi untuk memisahkan kotoran. Kemudian butiran-butiran karet diangkut dengan bucket elevator ke mesin hummer mill, yang mencincang bokar menjadi potongan-potongan kecil. Gerakan yang terjadi di dalam hummer mill juga menyebabkan kotoran-kotoran yang berada di dalam gumpalan karet menjadi terpisah. Hasil keluaran dari hummer mill dijatuhkan ke vibrating screen dan diayak dengan corong gravitasi dengan diameter lubang 0,5 cm. Butiran- butiran karet yang lolos dari vibrating screen dialirkan ke bak pembersihan III dengan belt conveyor untuk memisahkan kotoran. Kemudian butiran-butiran karet diangkut dengan bucket elevator ke rotary cutter. Hasil olahan rotary cutter adalah potongan-potongan kecil bokar dimasukkan ke dalam bak pembersihan IV dan terjadi pemisahan kotoran. 4. Proses Penggilingan dan Pembentukan Lembaran Karet Butiran-butiran karet diangkut ke stasiun kerja ini dengan menggunakan bucket elevator. Proses awal dari tahap ini adalah pembentukan lembaran karet oleh mesin creeper I. Lembaran karet hasil dari mesin creeper I ini masih berbentuk agak kasar dan kadang masih terputus-putus. Lembaran karet diproses lagi ke mesin creeper II menjadi lembaran karet yang lebih panjang dan lebih menyatu. Kemudian, lembaran karet diproses akhir pada mesin creeper III menjadi lembaran karet dengan panjang sekitar 7 m dan sudah menyatu seluruhnya. Lembaran karet kemudian diangkut dengan hand truck ke stasiun penjemuran. 5. Proses Penjemuran Lembaran karet dari stasiun kerja sebelumnya dijemur dengan digantungkan pada rak-rak penjemuran yang tersedia di kamar jemur. Penjemuran dilakukan selama 12-16 hari dengan memanfaatkan angin alami. Penjemuran ini dilakukan untuk penyeragaman kualitas karet. 6. Proses Peremahan dan Pembutiran Lembaran karet kering dari penjemuran dibawa ke mesin shredder dengan hand truck. Pada mesin tersebut, lembaran dicincang menjadi butiran-butiran kecil. Butiran-butiran tersebut kemudian diisi ke dalam trolley. Trolley tersebut terdiri atas kotak-kotak besi yang berjumlah 24 buah. Setelah penuh, trolley-trolley tersebut dimasukkan ke dalam dryer. 7. Proses Pengeringan Trolley yang telah penuh berisi butiran karet kemudian dimasukkan ke dryer dengan suhu 110-130 C selama 3 jam. Karet yang keluar dari dryer telah menjadi bongkahan mengikuti bentuk kotak sesuai dengan sekatan pada trolley. Bongkahan karet kering kemudian didinginkan sampai 45 8. Proses Penimbangan dan Pengepresan C. Bongkahan karet kering yang sudah dingin kemudian dikeluarkan dari trolley dan dipindahkan ke meja timbang. Petugas timbang kemudian menimbang bongkahan karet masing-masing menjadi 35 kg. Bongkahan seberat 35 kg tersebut kemudian dimasukkan ke dalam mesin press hidrolik untuk dipress dengan tekanan 1.500 Psi sehingga terbentuk bandela dengan ukuran yang seragam. Bandela kemudian dibungkus dengan kantong plastik polyethilen dengan titik leleh 45 9. Proses Pengepakan C. Bandela yang sudah dibungkus, kemudian dimasukkan ke dalam pallet kayu sesuai dengan jenis SIR dimana isi tiap pallet sebanyak 36 bandela. Setelah itu, pallet-pallet tersebut diangkut ke gudang produk jadi dengan forklift. 2.4.4. Mesin dan Peralatan 2.4.4.1.Mesin Produksi Adapun mesin-mesin produksi yang digunakan oleh PT. Batanghari Tebing Pratama dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Mesin Produksi No. Mesin Merek Tipe Jumlah Spesifikasi Daya Fungsi 1 Slab Cutter Goldsta GTQ 750 Gear Box 2 unit 220 380 V; cos Ф = 0,8; 1.480 rpm 80 HP Untuk mencincang bokar bahan olahan karet menjadi potongan-potongan karet yang berukuran lebih kecil 2 Hummer Mill Goldsta GTQ 750 Gear Box 1 unit 230 380 V; cos Ф = 0,8; 1.480 rpm 80 HP Untuk meremas dan mencincang hasil olahan karet dari Slab Cutter menjadi ukuran yang lebih kecil sehingga kotoran dapat terpisah dari hasil olahan karet 3 Rotary Cutter Goldsta GTQ 750 Gear Box 1 unit 230 380 V; cos Ф = 0,8; 1.480 rpm 80 HP Untuk mencincang hasil olahan dari Hummer Mill menjadi potongan-potongan kecil dan menyeragamkan getah bokar dari SIR yang berbeda-beda 4 Creeper Goldsta GTQ 750 Gear Box 3 unit 220380 V, cos Ф = 0,8, 1.480 rpm 80 HP Untuk mengubah bentuk hasil olahan dari Rotary Cutter menjadi lembaran-lembaran 5 Shredder Goldsta GTQ 750 Gear Box 1 unit 230380 V, cos Ф = 0,8, 1.500 rpm 125 HP Untuk mencincang lembaran hasil olahan dari Creeper menjadi butiran-butiran kecil atau remah 6 Dryer Goldsta - 1 unit 220380 V, cos Ф = 0,8, 1.500 rpm blower 80 HP Untuk mengeringkan dan memasak butiran karet crumb rubber Tabel 2.4. Mesin Produksi Lanjutan No. Mesin Merek Tipe Jumlah Spesifikasi Daya Fungsi 7 Press Hidrolik ASEA IEC 60 1 unit 220380 V, cos Ф = 0,8, 1.500 rpm, cylinder pressure 1.500 Psi 80 HP Untuk memadatkan dan membentuk crumb rubber menjadi bongkahan untuk proses packing 2.4.4.2.Peralatan Equipment Peralatan yang digunakan sebagian besar adalah peralatan material handling, yang digunakan untuk membantu memperlancar jalannya proses produksi karet remah crumb rubber. Adapun peralatan-peralatan yang digunakan yang digunakan oleh PT. Batanghari Tebing Pratama dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.5. Peralatan No Peralatan Jumlah Fungsi 1 Shovel Loader 1 unit Mengangkut bokar dari gudang bahan baku ke bak air pada mesin Slab Cutter I 2 Bak Pembersihan 4 unit Membersihkan bokar dari kotoran berupa tanah, kayu, batu, dan pasir dengan memanfaatkan prinsip berat jenis Tabel 2.5. Peralatan Lanjutan No Peralatan Jumlah Fungsi 3 Bucket Elevator 4 unit Mengangkut hasil olahan karet dari bak pembersihan 4 Belt Conveyor 4 unit Mengangkut hasil olahan karet menuju bak pembersihan 5 Timbangan Duduk 5 unit Menimbang crumb rubber yang akan dikemas dengan kapasitas 50 kgunit 6 Timbangan Bokar 4 unit Menimbang bokar yang telah disortir untuk mengetahui beratnya dengan kapasitas 1.000 kgunit 7 Hand Truck 4 unit Mengangkut lembaran-lembaran karet hasil pengolahan creeper ke stasiun kerja penjemuran dan mengangkut lembaran-lembaran karet yang sudah dijemur ke mesin shredder 8 Trolley 15 unit Sebagai wadah butiran-butiran karet hasil pengolahan mesin shredder yang akan dipanaskan di mesin dryer 9 Forklift 2 unit Mengangkut pallet-pallet ke gudang produk jadi 10 Pisau Pemotong 6 unit Memotong kelebihan hasil penimbangan crumb rubber agar sesuai dengan berat yang akan dipress 11 Solder 4 unit Merekatkan kantong plastik pembungkus crumb rubber

2.4.5. Utilitas

Adapun utilitas yang digunakan oleh PT. Batanghari Tebing Pratama adalah sebagai berikut: 1. Tenaga Listrik dari PLN Tenaga ini adalah sumber pasokan listrik utama untuk bagian produksi, bagian kantor, dan lain-lain dengan kapasitas sebesar 450 KVA. 2. Genset Genset merupakan sumber tenaga listrik cadangan yang digunakan apabila terjadi kekurangan voltase maupun pemadaman listrik. Adapun spesifikasi dari genset yang digunakan adalah sebagai berikut: Merek : CATER FILLAR Jumlah : 1 unit Kapasitas : 1.000 KVA.

2.4.6. Safety and Fire Protection

Dalam melaksanakan proses produksi, PT. Batanghari Tebing Pratama sangat memperhatikan masalah keamanan dan kesehatan dari para pekerjanya. Pihak perusahaan selalu menyediakan alat pelindung diri APD untuk para pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Selain itu, pihak perusahaan selalu memasang papan tanda di setiap stasiun kerja yang dianggap cukup berbahaya sehingga setiap personil yang ada di wilayah tersebut dapat bersikap waspada. Adapun alat-alat pelindung diri APD yang disediakan oleh PT. Batanghari Tebing Pratama untuk para pekerjanya adalah sebagai berikut: 1. Sepatu Operator diwajibkan memakai sepatu untuk melindungi kaki mereka dari paku dan benda-benda tajam lainnya yang ada di lantai produksi. 2. Masker Operator diwajibkan memakai masker untuk melindungi paru-paru dan saluran pernafasan mereka dari pengaruh asap mesin. 3. Sarung tangan Operator diwajibkan memakai sarung tangan untuk melindungi tangan mereka dari kontak dengan minyak pelumas, listrik, panas, dan benda berbahaya lainnya. Selain itu, PT. Batanghari Tebing Pratama juga menyediakan pompa hydrant di area-area kerja yang rentan terjadi kebakaran untuk mengantisipasi apabila terjadi kebakaran. Seluruh karyawan diberi pelatihan agar dapat menggunakan pompa hydrant tersebut sehingga apabila terjadi kebakaran para karyawan dapat segera menggunakan pompa-pompa hydrant yang tersedia untuk dapat memadamkan api.

2.4.7. Waste Treatment

Adapun tiga jenis cara pengendalian limbah yang dilakukan oleh PT. Batanghari Tebing Pratama adalah sebagai berikut: 1. Minimalisasi Limbah Minimalisasi limbah pada sumbernya dapat dilakukan dengan cara “source reduction” dan daur ulang recycling. Source reduction ialah pengurangan limbah melalui eliminasi limbah di tempat terjadinya sumber pencemaran dalam proses peningkatan efisiensi pemakaian air untuk proses produksi. Demikian juga dengan penerapan program “house keeping” serta peningkatan kebersihan bahan olahan karet. Minimalisasi limbah pada PT. Batanghari Tebing Pratama dilakukan melalui dua tahapan aktivitas yaitu: a. Meningkatkan kebersihan bahan baku Sumber utama yang menyebabkan kotornya limbah pabrik karet adalah kandungan kotoran dari bahan olahan karet. Pabrik berusaha lebih selektif dalam pemilihan bahan olahan karet yaitu dengan menolak bahan olahan karet yang kotor. Pengolahan SIR 20 dari bahan olahan karet rakyat yang bermutu rendah menggunakan air yang sangat besar sehingga jumlah limbahnya juga sangat besar. Untuk kelancaran usaha tersebut, keterpaduan seluruh pabrik sangat diperlukan. b. Efisiensi pemakaian air Volume limbah yang dihasilkan sangat berpengaruh dalam pengolahan limbah. Volume limbah yang besar akan memerlukan unit pengolahan yang besar, menggunakan energi yang besar, dan memerlukan pengontrolan yang lebih sulit. Penekanan jumlah atau volume limbah akan menekan biaya pengendalian limbah. Usaha utama untuk menekan volume limbah yang dilakukan oleh perusahaan adalah menghemat penggunaan air. 2. Segregasi Segregasi adalah upaya untuk memilah-milah aliran limbah berdasarkan perbedaan kualitasnya. Dengan cara pemilahan, limbah yang nilai parameternya di bawah ambang batas tidak perlu diolah lagi dan dapat langsung dimasukkan ke dalam penampungan akhir dan seterusnya dibuang ke sungai. Untuk limbah yang mempunyai parameter di atas ambang batas, dilakukan pengolahan dengan proses aerasi-filterasi. 3. Pengelolaan dan pemanfaatan limbah Adapun pengelolaan dan pemanfaatan limbah yang dilakukan oleh PT. Batanghari Tebing Pratama diklasifikasi berdasarkan jenis limbah yang dihasilkan yakni sebagi berikut: a. Limbah Padat Limbah padat yang dihasilkan oleh PT. Batanghari Tebing Pratama berasal dari hasil sortiran benda-benda asing yang terikut dalam bahan baku yang terdiri dari potongan-potongan kayu, batu, kantong, karung plastik, dan bahan padat lainnya yang secara disengaja maupun tidak disengaja dilakukan oleh petani karet. Sifat limbah padat ini relatif tidak berbahaya. Adapun pengelolaan yang dilakukan terhadap limbah padat yang dapat dibakar seperti kayu, rotan, dan karung plastik adalah membakarnya di tempat pembakaran sampah. Sedangkan limbah padat yang berupa lumpur, pasir, dan batu dijadikan bahan penimbun halaman pabrik yang rendah. Untuk limbah padat dari pembuatan peti SIR berupa potongan-potongan kayu diberikan kepada penduduk sekitar pabrik untuk dimanfaatkan sebagai kayu bakar dan keperluan rumah tangga lainnya. b. Limbah Cair Limbah cair yang dihasilkan oleh PT. Batanghari Tebing Pratama berasal dari air buangan sisa sanitasi. Adapun pengelolaan yang dilakukan terhadap limbah cair tersebut adalah dengan mengalirkan limbah cair tersebut ke kolam pengelolaan limbah cair yang dibangun perusahaan. Di kolam ini, limbah cair akan diolah kembali direcycle untuk pencucian bahan olahan karet pada proses awal pengolahan karet. c. Limbah Gas Limbah gas yang dihasilkan oleh PT. Batanghari Tebing Pratama berasal dari gudang penyimpanan bahan olahan karet dan cerobong pengering dryer. Bau yang dikeluarkan dari gudang penyimpanan bahan olahan karet mempunyai radius pencemaran yang kecil. Adapun usaha yang dilakukan untuk mengurangi limbah gas tersebut adalah sebagai berikut: 1. Memberi aliran udara yang cukup sehingga konsentrasi bau dapat dikurangi. 2. Meningkatkan kebersihan lantai gudang dan saluran air pembuangan. 3. Mengadakan penanaman pohon-pohon penghijauan untuk mengurangi kecepatan angin yang membawa bau ke lingkungan pemukiman sekitar pabrik. 4. Bau yang dikeluarkan dari cerobong pengering dryer mempunyai radius pencemaran yang cukup jauh. Hal ini disebabkan udara panas yang membawa bau yang bersifat lebih ringan sehingga jangkauan yang dicapai dapat lebih luas. Untuk mengurangi bau yang dikeluarkan oleh cerobong pengering dryer, dilaksanakan pendinginan uap panas yang keluar dengan cara mengalirkannya ke dalam kolam air yang mengalir sehingga bau tersebut terikut di dalam air. BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Persediaan

2 Perusahaan yang melakukan kegiatan produksi industri manufaktur akan memiliki tiga jenis persediaan, yaitu persediaan bahan baku dan penolong, persediaan bahan setengah jadi dan persediaan barang jadi. Sedangkan perusahaan perdagangan minimal memiliki satu jenis persediaan, yaitu persediaan barang dagangan. Adanya berbagai macam persediaan ini menuntut pengusaha untuk melakukan tindakan yang berbeda untuk masing-masing persediaan, dan ini akan sangat terkait dengan permasalahan lain seperti masalah peramalan kebutuhan bahan baku serta peramalan penjualan atau permintaan konsumen. Bila melakukan kesalahan dalam menetapkan besarnya persediaan maka akan merembet ke masalah lain, misalnya tidak terpenuhinya permintaan konsumen Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi dan persediaan barang jadi. Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi disimpan sebelum digunakan atau dimasukkan ke dalam proses produksi, sedangkan persediaan barang jadi atau barang dagangan disimpan sebelum dijual atau dipasarkan. Dengan demikian, setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha umumnya memiliki persediaan. 2 Ristono, Agus. 2009. Manajemen Persediaan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Hal : 1-3. atau bahkan berlebihnya persediaan sehingga tidak semuanya terjual, timbulnya biaya ekstra penyimpanan atau pesanan bahan dan sebagainya. Persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendalian bahan baku