penculikan. Perbuatan yang tidak terpuji ini memiliki hukuman yang telah ditentukan oleh pemerintah yang telah disesuaikan dengan
kesepakatan dan UU yang berlaku. Perbuatan mencuri, merampok dan penculikan adalah sebuah prilaku yang seharusnya dihindari
bagi warga negara Indonesia karena prilaku ini dapat menimbulkan ketidak nyamanan, ketidak amanan dan keresahan seseorang disetiap
melakukan aktifitasnya. Dengan begitu adanya prilaku ini adalah menyimpang dengan harapan bangsa yaitu menciptakan manusia
yang adil dan beradab. Pada dasarnya tiga prilaku tersebut dalam Islam merupakan
prilaku yang sangat tidak terpuji atau buruk dan merupakan prilaku yang menimbulkan dosa besar karena terkadang dalam melakukan
tindakan tersebut seseorang dapat dilukai, di buat cacat, bahkan sampai menghilangkan nyawa. Oleh karena itu, Islam sangat
melaang untuk berprilaku seperti mencuri, merampok, dan Penculikan. Al-quran dengan tegas menjelaskan prihal tindakan ini
dalam surat al-maidah ayat 38,
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana”
B. Muatan nilai akhlak dalam materi Pendidikan Kewarganegaraann
Muatan secara etimologi adalah a barang yang diangkut dengan kendaraan b isi.
72
Muatan nilai akhlak atau isi nilai akhlak yang terdapat dalam pendidikan kewarganegaraan merupakan materi yang terdapat
dalam pendidikan kewarganegaraan itu sendiri, yang secara umum dijelaskan dalam Norma Agama, Norma Kesusilaan, Norma Kesopanan,
dan Norma Hukum. Yang dalam norma-norma tersebut di ajarkan cara berakhlak atau berprilaku yang sesuai dengan ketentuan yang ada pada
pemerintah, agama, buadaya dan adat istiadat yang berlaku dalam lingkungan hidup warga negara Indonesia. Hal ini sesuai pula dengan
wawancara yang penulis lakukan bahwa muatan nilai akhlak yang terdapat dalam materi pendidikan kewarganegaraan terdapat dalam norma-norma
yang berlaku di negara Indonesia. Norama-norma tersebut tidak dapat dipisahkan karena antar norma
yang satu dengan norma yang lain saling berkaitan dan semuanya saling melengkapi. Dalam Buku Pendidikan Kewarganegaraan dikatakan bahwa
norma-norma tersebut dibedakan dalam artian dibagi menjadi 4 Norma karena, dasar dari setiap norma tersebut memiliki sumber yang berlainan.
“Norma Agama bersumber dari Kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa, Norma Kesusilaan bersumber dari Suara hati Insan Kamil, Norma
Kesopanan bersumber dari keyakinan masyarakat yang bersangkutan dan Norma Hukum yang bersumber dari Peraturan Perundang-undangan.
73
Namun menurut hemat penulis dan berdasarkan hasil wawancara, muatan nilai akhlak yang terdapat dalam pendidikan kewarganegaraan
tidak dapat dipungkiri keberadaannya sebab Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang berlandaskan pada Pancasila yang merupakan
pedoman bangsa Indonesia dan prinsip-prinsip pancasila memiliki kesamaan dengan prinsip-prinsip yang di ajarkan dalam agama Islam yang
terdapat dalam surat Al-Fatihah.
72
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, edisi ke-3, h. 757,
73
A. T. Sugeng Priyanto, dkk. Op., cit. h. 8