39
BAB IV. PERKEMBANGAN STRUKTUR EKONOMI 4.1. Struktur Ekonomi Nasional
Perbandingan antara kontribusi PDB sektoral dengan serapanpangsa tenaga kerja sektoral selama 2004-2010, menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian
yang semakin kecil, namun masih memiliki serapanpangsa tenaga kerja yang besar. Sebaliknya, kontribusi PDB industri manufaktur yang cukup besar, namun
memiliki serapanpangsa tenaga kerja yang kecil. Berbeda dengan sektor perdagangan dan jasa, besaran kontribusi PDB perdagangan dan jasa lebih
proporsional terhadap serapanpangsa tenaga kerja sektor tersebut.
Pada tahun 2004 pangsa PDB pertanian 16,11 persen, namun pangsa tenaga kerja sektor pertanian mencapai 43,33 persen, kemudian pada 2010 kontribusi
sektor pertanian hanya tinggal 14,60 persen, serapanpangsa tenaga kerja sektor pertanian masih sebesar 38,35 persen dari total tenaga kerja dalam perekonomian
nasional. Kontribusi PDB industri manufaktur pada tahun 2004 sebesar 22,46 persen, namun serapanpangsa tenaga kerja hanya 11,81 persen, pada tahun 2010
kontribusi PDB sektor industri manufaktur 21,78 persen, serapan tenaga kerja hanya 12,78 persen. Pada tahun 2004 kontribusi PDB perdagangan dan jasa 37,33
persen, serapan tenaga kerjanya 38,67 persen, kemudian pada tahun 2010 PDB perdagangan dan jasa 41,70 persen, serapan tenaga kerjanya 42,33 persen Tabel
4.1 dan Gambar 4.1.
Tabel 4.1. Pangsa PDB Sektoral dan Pangsa Tenaga kerja Sektoral, 2004-2010
Sumber: BPS-SAKERNAS 2005-2011, diolah
a b
Sumber: BPS-SAKERNAS 2005-2011, diolah Gambar 4.1. a Grafik Pangsa PDB Sektoral, 2004-2010 dan b Grafik Pangsa Tenaga
Kerja Sektoral, 2004-2010
Pangsa 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
PDB Pertanian 16,11
15,84 15,53
15,25 15,00
15,03 14,60
Tenaga Kerja Pertanian 43,33
43,97 42,05
41,24 40,30
39,68 38,35
PDB Industri Manufaktur 22,46
22,55 22,73
22,78 22,85
22,12 21,78
Tenaga Kerja Industri Manufaktur 11,81
12,72 12,46
12,38 12,24
12,24 12,78
PDB Perdagangan dan Jasa 37,33
37,79 38,64
39,41 39,89
40,71 41,70
Tenaga Kerja Perdagangan dan Jasa 38,67
37,28 39,37
39,96 40,92
41,53 42,33
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00 35,00
40,00 45,00
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 P
a n
g sa
P D
B S
e k
to ra
l
Pertanian Industri Manufaktur
Perdagangan dan jasa
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00 35,00
40,00 45,00
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 P
a n
g sa
T K
S e
k to
ra l
Perdagangan dan jasa Pertanian
Industri Manufaktur
40 Berdasarkan data tersebut menunjukkan masih besarnya tenaga kerja yang
bekerja di sektor pertanian, meskipun kontribusinya terhadap PDB sudah kecil. Hal ini karena tidak terjadi transfer tenaga kerja dari sektor pertanian yang
memiliki produktivitas rendah ke sektor lainnya yang memiliki produktivitas lebih tinggi, terutama sektor industri. Kondisi demikian akan menjadi beban bagi sektor
pertanian, sehingga sektor pertanian memiliki produktivitas rendah dibandingkan sektor ekonomi lainnya, implikasinya kesejahteraan tenaga kerja sektor pertanian
juga menjadi lebih rendah. Selanjutnya, kondisi ini akan berdampak terjadinya kesenjangan antar sektor ekonomi, kemudian kesenjangan antar wilayah. Menurut
Clark dalam Nasoetion 1991, merumuskan bahwa pertumbuhan ekonomi melalui proses transformasi dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu: i
peningkatan produktivitas tenaga kerja di setiap sektor dan ii transfer tenaga kerja dari sektor yang produktivitas tenaga kerjanya rendah ke sektor yang
produktivitas tenaga kerjanya lebih tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa telah terjadi transformasi struktur output sektor-sektor ekonomi dalam
perekonomian nasional, namun tidak diikuti oleh transformasi tenaga kerja sektoral secara proporsional. Hal ini mengindikasikan masih lemahnya keterkaitan
antar sektor ekonomi dalam penyerapan tenaga kerja, terutama antara sektor pertanian dengan sektor industri manufaktur.
Selaras dengan hasil studi Kurniawan 2011, meneliti tentang transformasi struktural perekonomian Indonesia, pendekatan model Input-Output tahun 1971-
2008 menunjukkan bahwa perkembangan struktur tenaga kerja di Indonesia menunjukkan pola yang tidak biasa unusual pattern dan bertentangan dengan
teori perkembangan tenaga kerja. Hal ini karena tenaga kerja di sektor pertanian yang memiliki produktivitas rendah tidak dapat beralih atau bergeser ke sektor
sekunder industri yang memiliki produktivitas tenaga kerja lebih tinggi. Masih lemahnya keterkaitan antar sektor ekonomi tidak hanya dalam hal penyerapan
tenaga kerja, namun juga keterkaitan dalam proses produksi. Lebih lanjut hasil penelitian Kurniawan 2011 menyebutkan bahwa daya penyebaran yang tinggi
pada sektor-sektor sekunder tidak diikuti derajat kepekaan yang tinggi pada sektor-sektor primer mengindikasikan tidak adanya keterkaitan antara industri
yang dibangun dengan sumber bahan baku yang tersedia. Strategi industrialisasi yang kurang tepat menyebabkan proses de-industrialisasi di Indonesia berjalan
tidak alami dan cenderung negatif. Selaras dengan hasil penelitian Budiharsono 1996, menunjukan bahwa pola transformasi struktural antar daerah pada kurun
waktu 1969-1987 terjadi penyimpangan apabila dibandingkan dengan pola normal Chenery-Syrquin. Hal ini karena relatif kecilnya keterkaitan antar sektor, terutama
antara sektor pertanian dengan sektor industri, baik dalam proses produksi maupun penyerapan tenaga kerja.
Dalam rangka menciptakan pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan, Pemerintah Indonesia berkomitmen melakukan
percepatan transformasi struktur ekonomi Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
MP3EI 2011-2025. MP3EI merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju developed nation dan termasuk sepuluh negara
besar di dunia pada tahun 2025. Untuk mencapai hal tersebut, diharapkan pertumbuhan riil ekonomi Indonesia sebesar 7 persen hingga 9 persen per tahun
secara berkelanjutan. Masih lemahnya keterkaitan antar sektor ekonomi baik dalam proses produksi maupun dalam penyerapan tenaga kerja menjadi