Pengaruh Perubahan Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap Disparitas Regional

60 6.2. Karakteristik Tipologi Perkembangan Wilayah 6.2.1. Berdasarkan IndikatorPenciri Pada analisis karakteristik tipologi perkembangan wlayah ini didasarkan atas indikatorpenciri terkait dengan perkembangan struktur ekonomi dan disparitas regional di tujuh region selama 2000-2010. Deskripsi secara ringkas karakteristik tipologi perkembangan wilayah berdasarkan perkembangan struktur ekonomi dan disparitas regional sesuai Tabel 6.2 disajikan pada Gambar 6.3. Selanjutnya, deskripsi lebih rinci karakteristik masing-masing tipologi perkembangan wilayah diuraikan sebagai berikut: Gambar 6.3. Deskripsi Ringkas Karakteristik Tipologi Wilayah Berdasarkan Struktur Output Sektor Ekonomi dan Disparitas Regional, 2000-2010

6.2.1.1. Tipologi I: Wilayah Tertinggal

Region yang termasuk dalam Tipologi I: Wilayah Tertinggal adalah region Papua. Karakteristik utama tipologi ini dari aspek perkembangan struktur ekonomi wilayah bahwa sektor primer, yaitu sektor pertambangan dan penggalian masih memberikan kontribusi paling besar bagi perekonomiannya dibandingkan antar sektor dalam region Papua maupun antar tipologi, dengan rata-rata kontribusi selama 2000-2010 sebesar 49,72 persen, kemudian diikuti oleh sektor Tipologi I Wilayah Tertinggal Tipologi II Wilayah Sedang Berkembang Tipologi III Wilayah Transisi Tipologi IV Wilayah Maju Papua Sektor pertambangan dan penggalian mendominasi struktur ekonomi pangsa 49,72 . Sektor industri manufaktur dan perdagangan dan jasa belum berkembang pangsa 3,45 dan 13,99 . Sektor industri ekstraktif memiliki pertumbuhan dan keunggulan kompetitif paling tinggi 46,76 dan 11,54. Kontribusi sektor jasa pemerintahan umum cukup besar 6,86 serta memiliki pertumbuhan dan keunggulan kompetiti paling tinggi 10,47 dan 1,01. Kepadatan penduduk paling rendah 6 jiwakm 2 dan pertumbuhan penduduk paling tinggi 2,92 . Pendapatan per kapita sedang Rp 4,925 juta dan kemiskinan paling tinggi 37,93 . Indeks Williamson 0,1047. Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku Sektor perdagangan dan jasa dan sektor pertanian mendominasi struktur ekonomi pangsa 28,91 - 39,69 . Sektor industri manufaktur belum berkembang pangsa 3,32 - 10,73 . Kontribusi sektor jasa pemerintahan umum paling besar 11,13 - 12,57 , namun memiliki pertumbuhan rendah 4,61 - 6,39 . Kepadatan penduduk rendah 27 – 126 jiwakm 2 dan pertumbuhan penduduk rendah 1,53 - 1,67 . Pendapatan per kapita rendah-sedang Rp 2,545 juta – Rp 4,526 juta dan kemiskinan cukup tinggi 15,99 - 25,41 . Indeks Williamson 0,0094 - 0,2395. Sumatera, Kalimantan Sektor perdagangan dan jasa, pertambangan dan penggalian, dan pertanian mendominasi struktur ekonomi pangsa 14,92 - 27,19 . Kontribusi sektor industri manufaktur di region Sumatera cukup besar pangsa 16,68 . Sektor industri ekstraktif mengalami kontraksi pertumbuhan -1,95 hingga -6,11 dan perlambatan pertumbuhan -0,08 dan 0,37. Kontribusi sektor jasa pemerintahan umum kecil 4,45 - 5,88 , namun masih mengalami pertumbuhan cukup tinggi 6,16 - 7,17 . Kepadatan penduduk rendah 23 – 96 jiwakm 2 dan pertumbuhan penduduk sedang 1,64 - 2,09 . Pendapatan per kapita sedang Rp 6,356 juta – Rp 6,855 juta dan kemiskinan sedang 9,62 - 15,82 . Indeks Williamson 0,4891 - 0,8643. Jawa-Bali Sektor perdagangan dan jasa mendominasi struktur ekonomi pangsa 45,86 , kemudian diikuti sektor industri manufaktur 28,45 dan pertanian 11,82 . Sektor industri ekstraktif mengalami pertumbuhan 4,28 dan percepatan pertumbuhan 0,61. Kontribusi dan pertumbuhan sektor jasa pemerintahan umum paling kecil 4,10 dan 4,22 . Kepadatan penduduk paling tinggi 970 jiwakm 2 dan pertumbuhan penduduk paling rendah 1,04 . Pendapatan per kapita tinggi Rp 7,873 juta dan kemiskinan cukup tinggi 15,53 . Indeks Williamson 0,7671. 61 pertanian 15,35 dan sektor perdagangan dan jasa 13,99 . Namun demikian, sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan kontribusi paling besar dibandingkan antar sektor dalam region Papua maupun antar tipologi mencapai -26,88 persen. Sektor industri manufaktur termasuk sektor perdagangan dan jasa dalam tipologi ini belum berkembang dengan baik, ditunjukkan dengan kontribusinya yang masih rendah masing-masing 3,45 dan 13,99 . Sektor industri ekstraktif memiliki rata-rata pertumbuhan dan keunggulan kompetitif paling tinggi masing-masing 46,76 dan indeks differential shiftDS 11,54 dibandingkan antar sektor dalam region Papua maupun antar tipologi. Sektor pertanian mengalami peningkatan kontribusi, meskipun kecil 2,03 . Selain itu, sektor jasa pemerintahan umum memiliki kontribusi cukup tinggi 6,86 serta memiliki pertumbuhan, peningkatan kontribusi, dan keunggulan kompetitif paling tinggi dibandingkan tipologi lainnya masing-masing sebesar 10,47 , 4,66 , dan indeks DS 1,01. Sektor LGA dan bangunan juga mengalami peningkatan kontribusi dan memiliki keunggulan kompetitif paling tinggi dibandingkan antar sektor ekonomi dalam region Papua maupun antar tipologi mencapai 4,72 persen dan indeks DS 1,10. Dari aspek perkembangan wilayah dan disparitas regional, karakteristik Tipologi I memiliki kepadatan penduduk paling rendah 6 jiwakm 2 , namun memiliki pertumbuhan penduduk 2,92 dan persentase penduduk miskin 37,93 paling tinggi dibandingkan tipologi lainnya. Tipologi I ini memiliki pendapatan per kapita tanpa migas dan tambang kategori sedang Rp 4,925 juta dan memiliki indeks disparitas regional paling rendah 0,1049 dibandingkan dengan tipologi lainnya, kecuali region Maluku 0,0094.

6.2.1.2. Tipologi II: Wilayah Sedang Berkembang

Terdapat tiga region yang termasuk dalam Tipologi II: Wilayah Sedang Berkembang, yaitu region Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. Secara umum, struktur perekonomian Tipologi II ini didominasi sektor pertanian pangsa 31,81 hingga 34,43 dan sektor perdagangan dan jasa pangsa 28,91 hingga 39,69 . Namun demikian, kontribusi sektor pertanian mengalami penurunan paling tinggi -3,80 hingga -6,80 dibandingkan antar sektor dalam Tipologi II dan antar tipologi lainnya untuk sektor tersebut. Sementara itu, sektor industri manufaktur belum berkembang dengan baik dan memiliki pangsa paling kecil 3,32 hingga 10,73 dibandingkan tipologi lainnya, kecuali Tipologi I 3,45 . Kontribusi jasa pemerintahan umum pada tipologi ini paling besar 11,13 - 12,57 dibandingkan tipologi lainnya, namun pertumbuhannya paling rendah 4,61 - 6,39 dibandingkan tipologi lainnya, kecuali Tipologi IV 4,10 . Dari aspek perkembangan wilayah dan disparitasa regional, Tipologi II ini memiliki kepadatan penduduk tergolong rendah 27 hingga 126 jiwakm 2 , pendapatan per kapita tanpa migas dan tambang kategori rendah-sedang Rp 2,545 juta hingga Rp 4,526 juta, dan disparitas regional juga rendah 0,0094 hingga 0,2395. Pada tipologi ini memiliki pertumbuhan penduduk tergolong sedang 1,53 hingga 1,67 dan masih memiliki persentase penduduk miskin tergolong tinggi 22,73 hingga 25,41 , kecuali region Sulawesi tergolong sedang 15,99 . 62

6.2.1.3. Tipologi III: Wilayah Transisi

Tipologi III: Wilayah Transisi region Sumatera dan Kalimantan merupakan wilayah peralihan berada antara Tipologi II: Wilayah Sedang Berkembang dengan Tipologi IV: Wilayah Maju. Dari aspek perkembangan struktur ekonomi wilayah, karakteristik utama Tipologi III ini bahwa sektor perdagangan dan jasa; pertambangan dan penggalian; dan pertanian masih memiliki kontribusi paling besar dibandingkan sektor ekonomi lainnya dengan proporsi yang hampir sama. Selama 2000-2010, kontribusi sektor perdagangan dan jasa berkisar 21,31 persen hingga 26,93 persen; pertambangan dan penggalian 20,49 persen hingga 27,19 persen; dan pertanian 14,92 persen hingga 22,04 persen. Pada Tipologi III ini di region Sumatera, sektor industri manufaktur memiliki kontribusi cukup besar 16,68 , kemudian sektor pertambangan dan penggalian mangalami penurunan kontribusi sebesar -9,96 persen, namun di region Kalimantan meningkat 3,34 persen paling besar dibandingkan tipologi lainnya. Sementara itu, sektor industri ekstraktif mengalami kontraksi pertumbuhan -1,95 hingga -6,11 dan mengalami perlambatan pertumbuhan indeks DS -0,08 hingga -0,37. Kontribusi sektor jasa pemerintahan umum rendah 4,45 hingga 5,88 serta memiliki pertumbuhan lebih besar 6,16 hingga 7,17 dibandingkan Tipologi IV dan Tipologi II dan masih mengalami peningkatan kontribusi, meskipun kecil 1,13 hingga 1,40 . Sektor LGA dan bangunan mengalami peningkatan kontribusi 1,55 hingga 1,58 dan mengalami percepatan pertumbuhan indeks DS 0,13 hingga 0,17. Dari aspek perkembangan wilayah dan disparitas regional, karakteristik utama Tipologi III adalah memiliki kepadatan penduduk rendah 23 hingga 96 jiwakm 2 dan pertumbuhan penduduk sedang 1,64 hingga 2,09 . Tipologi III memiliki pendapatan per kapita tanpa migas dan tambang tergolong sedang Rp 6,356 juta hingga Rp 6,855 juta, persentase penduduk miskin tergolong rendah-sedang 9,62 hingga 15,82 , dan disparitas regional tergolong sedang-tinggi 0,4891-0,8643.

6.2.1.4. Tipologi IV: Wilayah Maju

Karakteristik utama Tipologi IV: Wilayah Maju region Jawa-Bali dari aspek perkembangan struktur ekonomi wilayah bahwa sektor tersier dan sekunder, yaitu sektor perdagangan dan jasa dan sektor industri manufaktur telah mendominasi perekonomian wilayah dan memiliki kontribusi termasuk skala ekonomi paling besar dibandingkan antar sektor dalam region Jawa-Bali maupun antar tipologi. Rata-rata kontribusi sektor perdagangan dan jasa dan sektor industri manufaktur selama 2000-2010 mencapai 45,86 persen dan 28,45 persen, kontribusi sektor pertanian hanya tinggal 11,82 persen dan mengalami penurunan kontribusi sebesar -2,83 persen. Sektor jasa pemerintahan umum memiliki pertumbuhan dan kontribusi paling rendah masing-masing 4,10 dan 4,22 dibandingkan antara tipologi serta mengalami perlambatan pertumbuhan -0,18. Sektor LGA dan bangunan mengalami peningkatan kontribusi 0,40 , namun mengalami perlambatan pertumbuhan indeks Differential Shift-DS 0,09. Sektor industri ekstraktif masih mengalami pertumbuhan 4,28 dan mengalami percepatan pertumbuhan indeks DS 0,61. Dari aspek perkembangan wilayah dan disparitas regional, karakteristik Tipologi IV memiliki kepadatan penduduk termasuk jumlah penduduk paling tinggi 970 jiwakm 2 , namun memiliki pertumbuhan penduduk paling rendah 63 1,04 dibandingkan tipologi lainnya. Pada tipologi ini memiliki persentase penduduk miskin tergolong sedang 15,53 , pendapatan per kapita tanpa migas dan tambang tergolong tinggi Rp 7,873 juta, dan memiliki disparitas regional tergolong paling tinggi 0,7671 dibandingkan tipologi lainnya, kecuali region Kalimantan 0,8643.

6.2.2. Korelasi Kontribusi Outpur Sektor Ekonomi, Pendapatan Per Kapita, dan Kemiskinan

6.2.2.1. Arah Pergeseran Kontribusi Output Sektor Pertanian, Industri Manufaktur, dan Perdagangan dan Jasa Berdasarkan analisis korelasi sederhana pergerakan atau pergeseran kontribusi antara sektor pertanian dengan sektor industri manufaktur dan sektor perdagangan dan jasa selama kurun waktu 2000-2010 ditunjukkan dalam Gambar 6.4 memiliki karakteristik dan pola yang berbeda-beda baik antar tipologi wilayah maupun antar region. Hal ini menunjukkan bahwa transformasi ekonomi antar tipologi wilayah maupun antar region memiliki tahapan, proses, dan kecepatan yang berbeda-beda, namun secara umum arah pergeseran kontribusi sektor industri manufaktur terhadap kontribusi sektor pertanian tidak sesuai teori tahapan transformasi ekonomi penurunan kontribusi sektor pertanian tidak diikuti oleh peningkatan kontribusi sektor industri manufaktur. Sebaliknya, arah pergeseran kontribusi sektor perdagangan dan jasa terhadap pergeseran kontribusi sektor pertanian konsisten atau sesuai dengan teori tahapan transformasi ekonomi. Berdasarkan teori tahapan transformasi ekonomi, bahwa seiring peningkatan pendapatan per kapita, maka peranan kontribusi sektor pertanian akan mengalami penurunan, sedangkan kontribusi sektor industri, termasuk sektor perdagangan dan jasa akan mengalami peningkatan kontribusinya terhadap PDBPDRB Chenery 1980; Todaro dan Smith 2006; dan Tambunan 2001. a b Keterangan: = Pola normal berdasarkan teori transformasi ekonomi = Pola pergerakan regional I, II, III, IV = Tipologi wilayah Sumber: BPS 2001-2011, diolah Gambar 6.4. Arah Pergerakan Kontribusi Sektor Ekonomi Regional dan Nasional, 2000- 2010 a Sektor Industri terhadap Sektor Pertanian dan b Sektor Perdagangan dan Jasa terhadap Sektor Pertanian 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 P a n g sa S e k to r In d u st ri Pangsa Sektor Pertanian Jawa-Bali Sulawesi Indonesia Sumatera Papua Kalimantan Maluku Nusa Tenggara IV III I II 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 P a n g sa S e k to r P e rd a g a n g a n J a sa Pangsa Sektor Pertanian Jawa-Bali Indonesia Sumatera Sulawesi Maluku Nusa Tenggara Kalimantan Papua IV II III I