57
BAB VI. TIPOLOGI PERKEMBANGAN WILAYAH 6.1. Tipologi Wilayah Berdasarkan Analisis Cluster
Analisis tipologi wilayah dalam penelitian ini didasarkan atas perkembangan struktur ekonomi dan disparitas regional di tujuh region selama
kurun waktu 2000-2010. Terkait dengan perkembangan struktur ekonomi, hasil pengolahan data yang dibutuhkan adalah: i rata-rata pertumbuhan sektoral, ii
rata-rata kontribusi sektoral, iii perubahan penurunanpeningkatan kontribusi sektoral, dan iv keunggulan kompetitif sektoral indeks differential shift hasil
Shift Share Analysis. Selanjutnya, terkait dengan disparitas regional, hasil pengolahan data yang dibutuhkan adalah: i rata-rata kepadatan penduduk
regional, ii persentase penduduk miskin regional, iii rata-rata pertumbuhan penduduk regional, iv rata-rata pertumbuhan PDRB regional, v rata-rata
pertumbuhan PDRB per kapita regional, vi PDRB per kapita regional, dan vii rata-rata indeks disparitas regional indeks Williamson.
Berdasarkan hasil Analisis Cluster K-Means Cluster, terdapat empat cluster atau tipologi wilayah didasarkan karakteristik perkembangan struktur
ekonomi dan disparitas regional di tujuh region selama 2000-2010. Hierarki pengelompokan region berdasarkan hasil analisis Hierarchical Clustering Method
menggunakan metode Ward Ward linkage dan metode Furthest Neighbor Complete linkage disajikan pada Gambar 6.1. dan Gambar 6.2. Selanjutnya
keempat tipologi wilayah tersebut masing-masing diberi nama: Tipologi I: Wilayah Tertinggal region Papua, Tipologi II: Wilayah Sedang Berkembang
region Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Tipologi III: Wilayah Transisi region Sumatera, Kalimantan, Tipologi IV: Wilayah Maju region Jawa-Bali.
Pemberian nama tipologi wilayah ini didasarkan teori tahapan transformasi ekonomi dan tingkat perkembangan wilayah.
Gambar 6.1. Dendrogram Hasil Analisis Hierarchical Clustering Method Menggunakan Metode Ward Ward Linkage, Output SPSS 20
58
Gambar 6.2. Dendrogram Hasil Analisis Hierarchical Clustering Method Menggunakan Metode Furthest Neighbor Complete Linkage, Output SPSS 20
Dalam penelitian ini dilakukan analisis secara umum terhadap empat tipologi wilayah didasarkan karakteristik indikatorpenciri terkait perkembangan
struktur output sektor ekonomi dan disparitas regional. Kategori indikator perkembangan wilayah dan disparitas regional disajikan pada Tabel 6.1 dan
pengelompokan tipologi wilayah beserta karakteristik indikatorpenciri terkait perkembangan struktur output sektor ekonomi dan disparitas regional disajikan
pada Tabel 6.2 dan Gambar 6.3. Dalam penelitian ini juga dilakukan analisis korelasi sederhana pergeseran kontribusi output antar sektor ekonomi sektor
pertanian; pertambangan dan penggalian; industri manufaktur; dan perdagangan dan jasa dan korelasi perubahan kontribusi ouput sektoral terhadap pendapatan
per kapaita dan kemiskinan persentase penduduk miskin. Grafik korelasi disajikan pada Gambar 6.4 hingga Gambar 6.8.
Tabel 6.1. Indikator Perkembangan Wilayah dan Disparitas Regional
No Indikator
Kategori Rendah
Sedang Tinggi
1. Kepadatan Penduduk-KPDK jiwakm
2
KPDK 150 150
≤ KPDK ≤ 400 KPDK 400
2. Persentase Penduduk Miskin-PPM
PPM 10,00 10,00
≤ PPM ≤ 20,00 PPM 20,00
3. Pertumbuhan Penduduk-GPDK
GPDK 1,50 1,50
≤ GPDK ≤ 2,25 GPDK 2,25
4. Pertumbuhan PDRB-GPDRB
GPDRB 4,00 4,00
≤ GPDRB ≤ 5,50 GPDRB 5,50
5. Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita-GPK
GPK 2,25 2,25
≤ GPK ≤ 3,25 GPK 3,25
6. Pendapatan Per Kapita-PK Rp juta
PK 4,500 4,500
≤ PK ≤ 7,500 PK 7,500
7. Disparitas Regional-DR Indeks Williamson
DR 0,375 0,375
≤ DR ≤ 0,575 DR 0,575
Sumber: BPS 2001-2011 dan berbagai referensi, diolah
59
Tabel 6.2. Pengelompokan Tipologi Wilayah beserta Pencirinya Hasil Analisis Cluster
Sumber: BPS 2001-2011, diolah
Tipologi I Tipologi IV
Wilayah Tertinggal
Wilayah Maju Papua
Nusa Tenggara
Sulawesi Maluku
Sumatera Kalimantan
Jawa-Bali I.
Struktur Sektor Ekonomi A.
Pertumbuhan Sektor Ekonomi
1. Pertanian 4,65
2,74 4,38
3,54 4,38
3,57 2,83
2. Tambang Galian 0,58
5,91 5,39
2,77 -0,75
5,10 1,66
3. Industri Ekstraktif 46,76
- -
- -6,11
-1,95 4,28
4. Industri Manufaktur 5,59
6,00 5,80
2,61 5,28
1,67 4,51
5. LGA Bangunan 11,55
5,03 8,27
6,38 7,17
7,39 5,91
6. Perdagangan Jasa 10,59
6,51 8,64
6,03 7,16
6,60 6,64
7. Jasa Pemerintahan 10,47
6,39 5,68
4,61 6,16
7,17 4,10
B. Pangsa Sektor Ekonomi
1. Pertanian 18,35
31,81 32,86
34,43 22,04
14,92 11,82
2. Tambang Galian 49,72
17,04 6,73
2,44 20,49
27,19 1,54
3. Industri Ekstraktif 1,53
- -
- 2,61
18,56 1,06
4. Industri Manufaktur 3,45
3,32 10,73
8,89 16,68
8,92 28,45
5. LGA Bangunan 6,11
7,17 8,10
1,98 5,37
4,64 7,06
6. Perdagangan Jasa 13,99
28,91 30,45
39,69 26,93
21,31 45,86
7. Jasa Pemerintahan 6,86
11,75 11,13
12,57 5,88
4,45 4,22
C. Perubahan Pangsa Sektor
Ekonomi
1. Pertanian 2,03
-6,80 -6,02
-3,52 0,47
-0,28 -2,83
2. Tambang Galian -26,88
0,69 -0,68
-0,43 -9,96
3,43 -0,59
3. Industri Ekstraktif 5,46
- -
- -2,63
-10,07 -0,11
4. Industri Manufaktur 0,68
0,32 -0,57
-1,71 1,77
-1,87 -2,18
5. LGA Bangunan 4,72
0,02 1,43
0,32 1,55
1,58 0,40
6. Perdagangan Jasa 9,34
4,19 6,56
5,34 7,67
5,81 5,79
7. Jasa Pemerintahan 4,66
1,58 -0,71
0,00 1,13
1,40 -0,49
D. Keunggulan Kompetitif
Sektor Ekonomi
1. Pertanian 0,16
-0,11 0,12
0,00 0,12
0,00 -0,09
2. Tambang Galian 0,35
0,56 0,54
0,18 -0,21
0,51 0,04
3. Industri Ekstraktif 11,54
- -
- -0,37
-0,08 0,61
4. Industri Manufaktur 0,16
0,23 0,19
-0,27 0,11
-0,38 -0,01
5. LGA Bangunan 1,10
-0,23 0,34
-0,04 0,13
0,17 -0,09
6. Perdagangan Jasa 0,78
-0,05 0,36
-0,14 0,06
-0,04 -0,03
7. Jasa Pemerintahan 1,01
0,19 0,07
-0,10 0,15
0,34 -0,18
II. Perkembangan Wilayah
Disparitas Regional
Rendah Rendah
Rendah Rendah
Rendah Rendah
Tinggi 6
126 85
27 96
23 970
Tinggi Tinggi
Sedang Tinggi
Sedang Rendah
Sedang 37,93
25,41 15,99
22,73 15,82
9,62 15,53
Tinggi Sedang
Sedang Sedang
Sedang Sedang
Rendah 2,92
1,53 1,57
1,67 1,64
2,09 1,04
Sedang Sedang
Tinggi Sedang
Sedang Rendah
Sedang 4,20
4,98 6,35
4,61 4,16
3,77 5,32
Rendah Tinggi
Tinggi Sedang
Sedang Rendah
Tinggi 1,24
3,40 4,71
2,89 2,48
1,64 4,24
Sedang Rendah
Sedang Rendah
Sedang Sedang
Tinggi 4,925
2,545 4,526
2,560 6,356
6,855 7,873
Rendah Rendah
Rendah Rendah
Sedang Tinggi
Tinggi 0,1049
0,1887 0,2395
0,0094 0,4891
0,8643 0,7671
Keterangan: = Nilai Rata-rata Tahun 2000-2010
= Nilai Rata-rata Tahun 2004-2010 = Berdasarkan Indeks Differential Shift
4. Pertumbuhan PDRB
7. Disparitas Regional Indeks
Williamson
5. Pertumbuhan Pendapatan
Per Kapita
6.
Pendapatan Per Kapita Tanpa Migas dan Tambang Rp Juta
3. Pertumbuhan Penduduk
2. Persentase Penduduk
Miskin
1. Kepadatan Penduduk
jiwakm2
Wilayah Sedang Berkembang No.
IndikatorPenciri Tipologi II
Tipologi III Wilayah Transisi
60
6.2. Karakteristik Tipologi Perkembangan Wilayah 6.2.1. Berdasarkan IndikatorPenciri
Pada analisis karakteristik tipologi perkembangan wlayah ini didasarkan atas indikatorpenciri terkait dengan perkembangan struktur ekonomi dan
disparitas regional di tujuh region selama 2000-2010. Deskripsi secara ringkas karakteristik tipologi perkembangan wilayah berdasarkan perkembangan struktur
ekonomi dan disparitas regional sesuai Tabel 6.2 disajikan pada Gambar 6.3. Selanjutnya, deskripsi lebih rinci karakteristik masing-masing tipologi
perkembangan wilayah diuraikan sebagai berikut:
Gambar 6.3. Deskripsi Ringkas Karakteristik Tipologi Wilayah Berdasarkan Struktur Output Sektor Ekonomi dan Disparitas Regional, 2000-2010
6.2.1.1. Tipologi I: Wilayah Tertinggal
Region yang termasuk dalam Tipologi I: Wilayah Tertinggal adalah region Papua. Karakteristik utama tipologi ini dari aspek perkembangan struktur
ekonomi wilayah bahwa sektor primer, yaitu sektor pertambangan dan penggalian masih memberikan kontribusi paling besar bagi perekonomiannya dibandingkan
antar sektor dalam region Papua maupun antar tipologi, dengan rata-rata kontribusi selama 2000-2010 sebesar 49,72 persen, kemudian diikuti oleh sektor
Tipologi I Wilayah Tertinggal
Tipologi II Wilayah Sedang
Berkembang Tipologi III
Wilayah Transisi Tipologi IV
Wilayah Maju
Papua
Sektor pertambangan dan penggalian mendominasi
struktur ekonomi pangsa 49,72 .
Sektor industri manufaktur dan perdagangan dan jasa
belum berkembang pangsa 3,45 dan 13,99 .
Sektor industri ekstraktif memiliki pertumbuhan dan
keunggulan kompetitif paling tinggi 46,76 dan
11,54. Kontribusi sektor jasa
pemerintahan umum cukup besar 6,86 serta
memiliki pertumbuhan dan keunggulan kompetiti paling
tinggi 10,47 dan 1,01.
Kepadatan penduduk paling rendah 6 jiwakm
2
dan pertumbuhan penduduk
paling tinggi 2,92 . Pendapatan per kapita
sedang Rp 4,925 juta dan kemiskinan paling tinggi
37,93 . Indeks Williamson 0,1047.
Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku
Sektor perdagangan dan jasa dan sektor pertanian
mendominasi struktur ekonomi pangsa 28,91 -
39,69 . Sektor industri manufaktur
belum berkembang pangsa 3,32 - 10,73 .
Kontribusi sektor jasa pemerintahan umum paling
besar 11,13 - 12,57 , namun memiliki
pertumbuhan rendah 4,61 - 6,39 .
Kepadatan penduduk rendah 27 – 126 jiwakm
2
dan pertumbuhan penduduk rendah 1,53 -
1,67 . Pendapatan per kapita
rendah-sedang Rp 2,545 juta – Rp 4,526 juta dan
kemiskinan cukup tinggi 15,99 - 25,41 .
Indeks Williamson 0,0094 - 0,2395.
Sumatera, Kalimantan
Sektor perdagangan dan jasa, pertambangan dan
penggalian, dan pertanian mendominasi struktur
ekonomi pangsa 14,92 - 27,19 .
Kontribusi sektor industri manufaktur di region
Sumatera cukup besar pangsa 16,68 .
Sektor industri ekstraktif mengalami kontraksi
pertumbuhan -1,95 hingga -6,11 dan
perlambatan pertumbuhan -0,08 dan 0,37.
Kontribusi sektor jasa pemerintahan umum kecil
4,45 - 5,88 , namun masih mengalami
pertumbuhan cukup tinggi 6,16 - 7,17 .
Kepadatan penduduk rendah 23 – 96 jiwakm
2
dan pertumbuhan penduduk sedang 1,64 -
2,09 . Pendapatan per kapita
sedang Rp 6,356 juta – Rp 6,855 juta dan kemiskinan
sedang 9,62 - 15,82 . Indeks Williamson 0,4891 -
0,8643.
Jawa-Bali
Sektor perdagangan dan jasa mendominasi struktur
ekonomi pangsa 45,86 , kemudian diikuti sektor
industri manufaktur 28,45 dan pertanian 11,82
.
Sektor industri ekstraktif mengalami pertumbuhan
4,28 dan percepatan pertumbuhan 0,61.
Kontribusi dan pertumbuhan sektor jasa
pemerintahan umum paling kecil 4,10 dan 4,22 .
Kepadatan penduduk paling tinggi 970 jiwakm
2
dan pertumbuhan penduduk paling rendah
1,04 . Pendapatan per kapita
tinggi Rp 7,873 juta dan kemiskinan cukup tinggi
15,53 . Indeks Williamson 0,7671.