9 kependudukan bukan berarti hanya penurunan tingkat kematian yang lebih dulu
dibanding dengan tingkat kelahiran, namun dalam pengertian yang luas juga menunjukkan peningkatan intensitas urbanisasi dalam perekonomian. Urbanisasi
dapat dipicu oleh perpindahan fisik manusia dari desa ke kota dan akibat perubahan status suatu daerah dari perdesaan menjadi perkotaan. Selanjutnya,
proses distribusi terjadi di antara kelompok masyarakat, di antara pemilik faktor produksi, dan juga antar daerahwilayah atau antar provinsi.
Mahzab klasik orthodox, yang berpegang pada konsep keseimbangan alokasi sumberdaya dan konsep pasar bebas, menyatakan bahwa perbedaan
kondisi antar sektor, di antaranya karena terjadinya pergeseran struktur aktivitas ekonomi akan menyebabkan pertukaran dan alokasi sumberdaya secara efisien
tanpa ada campur tangan pemerintah konsep pasar bebas, hingga mencapai kondisi pareto optimal. Pertukaran tersebut pada hakekatnya merupakan proses
pembangunan. Proses pembangunan berawal dari pengembangan kapasitas produksi melalui peningkatan stok modal dan adanya spesialisasi. Selanjutnya
Mahzab Strukturalis, yang memandang pembangunan ekonomi sebagai transisi yang ditandai oleh suatu transformasi yang mengandung perubahan mendasar
pada struktur ekonomi yang disebut sebagai perubahan struktural. Perubahan struktural tersebut merupakan masa ketidakseimbangan yang dapat menyebabkan
kesenjangan penyesuaian yang panjang Djojohadikusumo 1994.
2.3.2. Perubahan Struktural dan Jebakan Pendapatan Menengah
Berdasarkan hasil penelitian empiris yang dilakukan oleh Chenery dan Syrquin 1975 dalam Tambunan 2001 tentang transformasi struktur ekonomi,
menunjukkan bahwa sejalan pertumbuhan ekonomi kemudian secara simultan diikuti dengan peningkatan pendapatan per kapita, perekonomian suatu negara
akan bergeser dari yang semula mengandalkan sektor pertanian primer menuju sektor non primer, yaitu sektor industri dan sektor jasa. Selanjutnya, dalam upaya
meningkatkan pendapatan per kapita suatu negara melalui percepatan transformasi struktur ekonomi suatu negara, dikenal teori jebakan pendapatan menengah
middle income trap. Middle income trap merujuk pada situasi ekonomi suatu negara yang stagnan setelah berhasil mengalami pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Pada saat perekonomian mengalami stagnan, peningkatan standar hidup pun menjadi stagnan. Dengan kata lain, middle income trap menggambarkan
kondisi suatu negara yang pada tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu yang diukur berdasarkan tingkat pendapatan, terjebak pada tingkat pendapatan
menengah, sehingga tidak dapat berkembang lagi.
Istilah middle income trap diperkenalkan oleh Barry Eichengreen pada tahun 2013, seorang ahli Ekonomi berkebangsaan Amerika Serikat. Barry
Eichengreen mengamati negara-negara berpenghasilan menengah selama berpuluh-puluh tahun tidak dapat naik ke dalam jajaran negara-negara
berpenghasilan tinggi hight income countries. Dalam kasus ini, tidak banyak negara yang berhasil keluar dari jebakan tersebut. Afrika Selatan dan Brasil
adalah dua negara yang masuk dalam perangkap tersebut, Korea Selatan berhasil keluar dari perangkap dan sekarang masuk dalam jajaran negara industri maju
dengan pendapatan per kapita lebih dari US 30.000, hampir sepuluh kali lipat pendapatan per kapita Indonesia. Pada tahun 1960-an pendapatan per kapita Korea
Selatan masih di bawah US 100. Middle income trap biasanya terjadi pada negara dengan pendapatan per kapita antara US 12.000 hingga US 15.000.
10 Terdapat empat faktor yang menyebabkan negara masuk dalam jebakan
pendapatan menengah, yaitu: i rasio investasi rendah; ii pertumbuhan sektor manufaktur lambat; iii diversifikasi industri terbatas; dan iv kondisi pasar kerja
yang buruk. Selanjutnya, Chief Economist Asian Development Bank ADB, Changyong Rhee dalam konferensi pers peluncuran buku Diagnosing the
Indonesian Economy: Toward Inclusive and Green Growth di Jakarta, Senin 26 Maret 2013, mengatakan bahwa Indonesia harus melakukan transformasi
struktural untuk mencapai sukses menjadi negara berpendapatan tinggi. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah mengurangi ketimpangan ekonomi antar
pulau
1
.
2.3.3. Perubahan Struktural dan Pertumbuhan yang Berkualitas
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses terjadinya peningkatan pendapatan total dan pendapatan per kapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu
negara. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan ekonomi economic growth, pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan
ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang,
seperti Indonesia masih dihadapkan pada berbagai permasalahan, seperti masih tingginya tingkat pengangguran, kemiskinan, ketimpangan struktural, dan
terjadinya degradasi sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi di Indonesia dinilai kurang berkualitas. Pertumbuhan yang
berkualitas the quality of growth merujuk pada pertumbuhan ekonomi yang secara spesifik dapat menurunkan tingkat kemiskinan secara cepat, memperkecil
ketimpangan struktural, pelestarian terhadap lingkungan hidup, dan terjadinya keberlanjutan pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Untuk mengukur pertumbuhan
yang berkualitas digunakan beberapa indikator, yaitu: 1 encompassing long-term growth, 2 poverty and distribution, dan 3 six indicators of environmental
pollution Thomas et al. 2000.
2.3.4. Peran Sektor Pertanian dalam Perubahan Struktur Ekonomi
Menurut Hayami dan Ruttan 1971, perubahan struktur sektor pertanian yaitu perubahan pola komposisi produksi, urutan produksi, dan perubahan
sumberdaya yang digunakan. Dalam proses pertumbuhan ekonomi, pangsa sektor pertanian baik dalam PDB maupun dalam kesempatan kerja menurun sejalan
dengan peningkatan pendapatan per kapita. Proses pertumbuhan PDB juga disertai pertumbuhan sektor pertanian yang meningkat dengan cepat bersamaan dan
bahkan
mendahului pertumbuhan
PDB. Sektor
industri mempunyai
ketergantungan yang erat dengan sektor pertanian. Perkembangan sektor industri akan disertai dengan penurunan keuntungan jika tidak didukung oleh
perkembangan sektor pertanian. Hal ini disebabkan sektor industri tidak menghasilkan bahan makanan. Sektor industri tidak dapat berkembang tanpa
didukung perkembangan sektor pertanian. Menurut Rostow 1960 dalam Todaro dan Smith 2006, sektor pertanian yang handal merupakan prasyarat bagi
pembangunan sektor industri dan jasa. Pengamatan empiris menunjukkan bahwa
2
Dikutif dari www.bisnis.com, pada tanggal 17 Januari 2014