Random Effect Model METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

40 Berdasarkan data tersebut menunjukkan masih besarnya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian, meskipun kontribusinya terhadap PDB sudah kecil. Hal ini karena tidak terjadi transfer tenaga kerja dari sektor pertanian yang memiliki produktivitas rendah ke sektor lainnya yang memiliki produktivitas lebih tinggi, terutama sektor industri. Kondisi demikian akan menjadi beban bagi sektor pertanian, sehingga sektor pertanian memiliki produktivitas rendah dibandingkan sektor ekonomi lainnya, implikasinya kesejahteraan tenaga kerja sektor pertanian juga menjadi lebih rendah. Selanjutnya, kondisi ini akan berdampak terjadinya kesenjangan antar sektor ekonomi, kemudian kesenjangan antar wilayah. Menurut Clark dalam Nasoetion 1991, merumuskan bahwa pertumbuhan ekonomi melalui proses transformasi dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu: i peningkatan produktivitas tenaga kerja di setiap sektor dan ii transfer tenaga kerja dari sektor yang produktivitas tenaga kerjanya rendah ke sektor yang produktivitas tenaga kerjanya lebih tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa telah terjadi transformasi struktur output sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian nasional, namun tidak diikuti oleh transformasi tenaga kerja sektoral secara proporsional. Hal ini mengindikasikan masih lemahnya keterkaitan antar sektor ekonomi dalam penyerapan tenaga kerja, terutama antara sektor pertanian dengan sektor industri manufaktur. Selaras dengan hasil studi Kurniawan 2011, meneliti tentang transformasi struktural perekonomian Indonesia, pendekatan model Input-Output tahun 1971- 2008 menunjukkan bahwa perkembangan struktur tenaga kerja di Indonesia menunjukkan pola yang tidak biasa unusual pattern dan bertentangan dengan teori perkembangan tenaga kerja. Hal ini karena tenaga kerja di sektor pertanian yang memiliki produktivitas rendah tidak dapat beralih atau bergeser ke sektor sekunder industri yang memiliki produktivitas tenaga kerja lebih tinggi. Masih lemahnya keterkaitan antar sektor ekonomi tidak hanya dalam hal penyerapan tenaga kerja, namun juga keterkaitan dalam proses produksi. Lebih lanjut hasil penelitian Kurniawan 2011 menyebutkan bahwa daya penyebaran yang tinggi pada sektor-sektor sekunder tidak diikuti derajat kepekaan yang tinggi pada sektor-sektor primer mengindikasikan tidak adanya keterkaitan antara industri yang dibangun dengan sumber bahan baku yang tersedia. Strategi industrialisasi yang kurang tepat menyebabkan proses de-industrialisasi di Indonesia berjalan tidak alami dan cenderung negatif. Selaras dengan hasil penelitian Budiharsono 1996, menunjukan bahwa pola transformasi struktural antar daerah pada kurun waktu 1969-1987 terjadi penyimpangan apabila dibandingkan dengan pola normal Chenery-Syrquin. Hal ini karena relatif kecilnya keterkaitan antar sektor, terutama antara sektor pertanian dengan sektor industri, baik dalam proses produksi maupun penyerapan tenaga kerja. Dalam rangka menciptakan pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan, Pemerintah Indonesia berkomitmen melakukan percepatan transformasi struktur ekonomi Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI 2011-2025. MP3EI merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju developed nation dan termasuk sepuluh negara besar di dunia pada tahun 2025. Untuk mencapai hal tersebut, diharapkan pertumbuhan riil ekonomi Indonesia sebesar 7 persen hingga 9 persen per tahun secara berkelanjutan. Masih lemahnya keterkaitan antar sektor ekonomi baik dalam proses produksi maupun dalam penyerapan tenaga kerja menjadi 41 permasalahan tersendiri bagi pembangunan dan peningkatan pertumbuhan perekonomian Indonesia ke depan. Penghiliran industri yang memperhatikan seluruh mata rantai value chain adalah salah satu solusi bagi negara Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, dan sekaligus menghindari risiko jebakan pendapatan menengah. Oleh karena itu, pembangunan perekonomian wilayah terutama melalui pengembangan sektor industri termasuk sektor perdagangan dan jasa harus berbasis pada potensi dan sumberdaya lokal yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Berdasarkan analisis korelasi sederhana antara PDB sektoral dengan tenaga kerja sektoral selama 2004-2010, menunjukkan bahwa meskipun proporsi pangsa tenaga kerja sektor pertanian masih jauh lebih besar dibandingkan dengan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB, namun laju penurunan kontribusi sektor pertanian yang lambat diikuti oleh laju penurunan pangsa tenaga kerja sektor pertanian yang lebih cepat. Pada sektor industri terjadi laju penurunan kontribusi secara cepat, namun serapanpangsa tenaga kerjanya masih mengalami peningkatan meskipun lambat. Pada sektor perdagangan dan jasa, peningkatan kontribusi sektor ini diikuti pula oleh peningkatan pangsa tenaga kerjanya dengan laju peningkatan yang relatif sama proporsional Gambar 4.2. Arah pergeseran kontibusi sektor industri manufaktur tersebut mengindikasikan terjadinya gejala de-industrialisasi dalam perekonomian Indonesia, yang ditunjukkan semakin menurunnya kontrbusi sektor industri manufaktur sebesar -1,69 persen dan sektor tersebut mengalami perlambatan pertumbuhan indeks differential shift -0,057 selama 2000-2010. Kondisi demikian, selain juga disebabkan oleh masih rendahnya kualitas SDM di sektor pertanian, telah mengakibatkan lambatnya transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri manufaktur, sehingga sektor pertanian masih mengalami surplus tenaga kerja yang lebih besar menampung tenaga kerja lebih besar dibandingkan sektor lainnya. Sumber: BPS-SAKERNAS 2005-2011, diolah Gambar 4.2. Korelasi Kontribusi PDB Sektoral dengan Pangsa Tenaga Kerja Sektoral, 2004-2010 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 P a n g sa T K S e k to ra l Pangsa PDB Sektoral Pertanian Industri Manufaktur Perdagangan dan Jasa