12 sarana produksi berupa pupuk, pestisida, benih, ataupun alat dan mesin pertanian
yang diproduksi dan didistribusikan oleh perusahaan non pertanian. Sektor pertanian yang tumbuh mendorong semakin berkembangnya aktivitas-aktivitas di
bagian hilirnya, yaitu dengan menyediakan bahan baku untuk diproses ataupun didistribusikan. Pada sisi konsumsi, meningkatnya pendapatan rumah tangga
sektor pertanian akan meningkatkan konsumsi atau permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan non pertanian. Dari sisi pasar tenaga kerja, bahwa upah
di sektor pertanian menjadi patokan biaya oportunitas dari tenaga kerja yang disalurkan ke aktivitas-aktivitas non pertanian.
2.3.5. Proses Industrialisasi dan Perubahan Struktur Ekonomi
Dalam sejarah pembangunan ekonomi, konsep industrialisasi berawal dari revolusi industri pertama pada pertengahan abad ke-18 di Inggris. Revolusi
industri di Inggris ditandai dengan penemuan metode baru untuk pemintalan dan penenunan kapas yang menciptakan spesialisasi dalam produksi serta peningkatan
produktivitas dari faktor produksi yang digunakan. Setelah itu, inovasi dan penemuan baru dalam pengolahan besi baja, kereta api, dan kapal tenaga uap.
Selanjutnya, menyusul revolusi industri kedua pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 dengan berbabagai pengembangan teknologi dan informasi Pangestu
dan Aswicahyono 1996 dalam Tambunan 2001.
Sejarah ekonomi dunia menunjukkan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi,
dan perdagangan antar negara, yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi di
banyak negara, yang awalnya berbasis pertanian menjadi berbasis industri. Kombinasi dari dua pendorong dari sisi penawaran agregat sisi produksi, yakni
progres teknologi dan inovasi produk serta proses produksi dan meningkatnya pendapatan, kemudian peningkatan pendapatan per kapita masyarakat yang
mengubah volume dan komposisi konsumsi sisi permintaan agregat, merupakan kekuatan utama di balik akumulasi proses industrialisasi di dunia Tambunan
2001.
Pengalaman di hampir semua negara menunjukkan bahwa industrialisasi sangat perlu karena menjamin pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hanya
sebagian kecil negara dengan jumlah penduduknya yang sedikit dan kekayaan minyak atau SDA yang meilimpah, sepeti Kuwait, Arab Saudi, Emirat Arab,
Qatar, Libya, dan Brunai Darussalam dapat berharap mencapai tingkat pekndapatan per kapita yang tinggi tanpa proses industrialisasi atau pembangunan
sektor industri yang kuat, tetapi hanya mengandalkan minyak. Fakta di banyak negara menunjukkan bahwa tidak ada perekonomian yang bertumpu pada sektor-
sektor primer pertanian dan pertambangan, mampu mencapai tingkat pendapatan per kapita di atas US 500 selama jangka panjang Kahn 1979 dalam Tambunan
2001. Walaupun demikian, industrialisasi bukanlah tujuan akhir dari pembangunan ekonomi, melainkan hanya salah satu strategi yang harus ditempuh
untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai pendapatan per kapita yang tinggi dan berkelanjutan Riedel 1992 dalam Tambunan 2001.
Selain perbedaan kemampuan dalam pengembangan teknologi dan inovasi serta pertumbuhan pendapatan per kapita, terdapat beberapa faktor lainnya yang
membuat intensitas dari proses industrialisasi berbeda antar negara Tambunan 2001. Faktor-faktor lain tersebut adalah:
13 1 Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Suatu negara yang pada
awal pembangunan ekonomi atau industrialisasinya sudah memiliki industri- industri dasar industri primer atau hulu seperti besi dan baja, semen,
petrokimia, dan industri-industri tengah antara hulu dan hulir, seperti industri barang modal mesin, dan alat-alat produksi yang relatif kuat akan
mengalami proses industrialisasi yang lebih pesat dibandingkan negara yang hanya memiliki industri-industri hilir atau ringan , seperti tektil, pakaian jadi,
alas kaki, serta makanan dan minuman.
2 Besarnya pasar dalam negeri yang ditentukan oleh kombinasi antara populasi penduduk dan tingkat pendapatan per kapita riil. Hal ini karena pasar yang
besar menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi cateris paribus faktor-faktor penentu lainnya mendukung.
3 Ciri industrialisasi, antara lain cara pelaksanaan industrialisasi, misalnya tahapan dari implementasi, jenis industri yang diunggulkan, pola
pembangunan sektor industri, dan insentif yang diberikan, termasuk insentif kepada investor.
4 Keberadaan SDA. Ada kecenderungan negara-negara yang kaya SDA, tingkat diversifikasi dan laju pertumbuhan ekonominya relatif lebih rendah dan
negara tersebut cenderung tidak atau terlambat melakukan industrialisasi atau prosesnya berjalan relatif lebih lambat dibanding negara-negara miskin SDA.
5 Kebijakan atau strategi pemerintah yang diterapkan, termasuk instrumen- instrumen dari kebijakan seperti tax holiday, bebas bea masuk terhadap
impor bahan baku dan komponen-komponen tertentu, pinjaman dengan suku bunga rendah, dan export processing zone kawasan bebas perdagangan yang
digunakan dan implementasinya. Pola industrialisasi di negara yang menerapkan kebijakan substitusi impor dan kebijakan perdagangan luar
negeri yang protektif seperti Indonesia pada masa Orde Baru hingga krisis terjadi berbeda dengan di negara yang menerapkan kebijakan promosi ekspor
dalam mendukung perkembangan industrinya misalnya Singapura, Taiwan, dan Korea Selatan.
2.4. Sektor Basis, Keunggulan Komparatif dan Kompetitif
Kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah atau negara sangat tergantung dari keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di wilayahnya.
Nilai strategis setiap sektor di dalam memacu menjadi pendorong utama prime mover pertumbuhan ekonomi berbeda-beda. Sektor ekonomi dalam suatu
wilayah dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu sektor basis dan non basis. Sektor basis merupakan sektor dimana kelebihan dan kekurangan yang terjadi
dalam proses pemenuhan kebutuhan menyebabkan terjadinya mekanisme ekspor dan impor antar wilayah. Artinya sektorindustri basis ini akan menghasilkan
barang dan jasa, baik untuk pasar domestik daerah maupun pasar luar wilayahdaerah. Sedangkan sektor non basis adalah sektor dengan kegiatan
ekonomi yang hanya melayani pasar di daerahnya sendiri dan kapasitas ekspor daerah belum berkembang.
Terdapat dua kerangka konseptual pembangunan wilayah yang dipergunakan secara luas. Pertama adalah konsep basis ekonomi atau sektor basis,
konsep ini terutama dipengaruhi oleh pemilikan masa depan terhadap pembangunan daerah dalam konteks nasional adalah Merkantilisme. Teori basis
ekonomi beranggapan bahwa permintaan terhadap input hanya dapat meningkat