Tujuan Ruang Lingkup Penelitian

dan proporsional bagi kedua belah pihak petani-peternak dan perusahaan swasta. Sistem agribisnis peternakan merupakan kegiatan mengintegrasikan pembangunan sektor pertanian secara simultan dalam arti luas dengan industri dan jasa dalam suatu kluster industri peternakan yang mencakup empat subsistem. Menurut Departemen Pertanian 2002 sebagai suatu sistem, keempat subsistem agribisnis peternakan beserta usaha-usaha di dalamnya berkembang secara simultan dan harmonis Gambar 1.

2.3 Pembangunan Usaha Peternakan secara Berkelanjutan

Konsep pembangunan berkelanjutan akhir-akhir ini menjadi konsep pembangunan yang diterima oleh semua negara di dunia untuk mengelola sumberdaya alam agar tidak mengalami kehancuran dan kepunahan. Konsep ini berlaku untuk seluruh sektor pembangunan termasuk pembangunan sektor peternakan. Konsep pembangunan berkelanjutan bersifat multidisiplin karena banyaknya aspek pembangunan yang harus dipertimbangkan, antara lain aspek ekologi, ekonomi, sosial-budaya, hukum dan kelembagaan. Subsistem Agribisnis Hulu Sistem produksi dan distribusi sarana dan alat-alat peternakan: - Bibitinduksemen - Pakankonsentrat Subsistem Agribisnis Budidaya Sistem kegiatan produksi peternakan primer, penanganan dan pemasaran produk- produk primer: - Antisipasi iklimcuaca - Pencegahan penyakit - Pembelian sapronak - Manajemen - Kegiatan produksi Subsistem Agribisnis Hilir Sistem pengumpulan produk primer peternakan, Pengolahan produk, Distribusi dan pemasaran produk segar, beku, kaleng, dan sebagainya sampai ke konsumen Subsistem Lembaga Penunjang - Prasarana jalan, pasar, kelompok peternak, koperasi, dan lembaga keuangan. - Sarana transportasi, informasi, kredit, peralatan, dan lain-lain. - Kebijakan RUTR, makro, mikro, dan lain-lain. - Penyuluhan. Gambar 1 Lingkup pembangunan agribisnis peternakan Sumber: Departemen Pertanian 2002 Konsep pembangunan berkelanjutan memadukan dua kata kontradiktif yaitu pembangunan development yang menuntut perubahan dan pemanfaatan sumberdaya alam, dan keberlanjutan sustainabilitas yang bermakna tidak mengubah sumberdaya alam dalam proses pembangunan. Persekutuan antara kedua kepentingan ini pada dasarnya mengembalikan ”developmentalis” dan ”environmentalis” back to basic yaitu oikos dimana kepentingan ekonomi dan lingkungan hidup disetarakan Saragih dan Sipayung 2002. Kay dan Alder 1999, mengemukakan adanya tiga hal yang terkandung dalam definisi pembangunan berkelanjutan, yaitu: integritas lingkungan, efisiensi ekonomi, dan keadilan kesejahteraan. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Munasinghe 1993 yang menyatakan pembangunan tergolong berkelanjutan jika memenuhi tiga dimensi, yaitu: secara ekonomi dapat efisien serta layak, secara sosial berkeadilan, dan secara ekologis lestari. Makna dari pembangunan berkelanjutan dari dimensi ekologi memberikan penekanan pada pentingnya menjamin dan meneruskan kepada generasi mendatang sejumlah modal alam natural capital yang menyediakan suatu hasil keberlanjutan secara ekonomis dan jasa lingkungan. Departemen Pertanian 2001 mengemukakan bahwa dalam pengembangan usaha agribisnis termasuk usaha budidaya peternakan, perlu menerapkan prinsip berkelanjutan. Prinsip ini mengandung ciri bahwa dalam pengembangan usaha budidaya peternakan harus memiliki kemampuan merespon perubahan pasar, inovasi teknologi terus-menerus, mengupayakan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta menggunakan teknologi ramah lingkungan seperti yang terlihat pada Gambar 2.