1.30 1.33
1.88 1.35
1.51 2.56
3.19 3.22
3.09 0.57
0.44 0.02
1.41
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 Pekerjaan dilakukan secara individual atau kelompok
Jumlah rumah tangga peternak Pertumbuhan rumah tangga peternak
Tingkat penyerapan tenaga kerja agroindustri Frekuensi konflik
Partisipasi keluarga dalam usaha peternakan Peran masyarakat dalam usaha peternakan
Frekuensi penyuluhan dan pelatihan Tingkat penyerapan tenaga kerja peternakan
Alternatif usaha selain usaha peternakan Jumlah penduduk yang bekerja di Agroindustri Peternakan
Alokasi waktu yang digunakan untuk usaha peternakan Jumlah desa dengan penduduk kerja disektor peternakan
A ttr
ib u
te
dalam setahun. Materi penyuluhan dan pelatihan biasanya terkait dengan sosialisasi bibit unggul, pembuatan pakan dari limbah peternakan dan
pembuatan pupuk organik. Daerah dengan potensi peternakan sapi potong yang menjanjikan seharusnya sering mengadakan pelatihan dan penyuluhan
terkait dengan kemajuan teknologi budidaya peternakan atau sosialisasi kebijakan peternakan yang diterapkan pemerintah. Pelatihan dan penyuluhan
harus lebih sering dilakukan karena banyak permasalahan mendasar dalam budidaya peternakan seperti kebersihan kandang yang belum memiliki
penyelesaian masalah. 5 Pertumbuhan rumah tangga peternak tergolong lamban. Hal ini menunjukkan
bahwa insentif beternak sapi potong berkurang. Saat ini, pemerintah setempat tidak melakukan inovasi dalam mendorong masyarakat beternak sapi potong.
Seharusnya pemerintah setempat mendorong pertumbuhan rumah tangga peternak untuk mendukung pengembangan sentra ternak sapi potong melalui
program agropolitan.
Gambar 8 Peran masing-masing atribut aspek sosial budaya yang dinyatakan
dalam bentuk nilai perubahan RMS Sumber: Data Primer diolah
6.1.4 Dimensi Infrastruktur dan Teknologi
Jumlah atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi berjumlah 12 dua belas atribut.
Penentuan atribut-atribut sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi, ditentukan melalui analisis
leverage. Berdasarkan hasil analisis leverage Gambar 9 diperoleh 1 satu atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur dan
teknologi, yaitu ketersediaan sarana dan prasarana agribisnis. Sarana dan prasarana agribisnis yang dibangun dalam rangka memajukan
usaha ternak sapi potong di Kabupaten Bondowoso memang tergolong minim. Pada subsistem agribisnis hulu, terdapat permasalahan mendasar seperti
ketersediaan input usaha ternak seperti industri pakan konsentrat yang tidak tersedia, lokasi kandang yang berada di pemukiman penduduk, ketersediaan lahan
pakan hijauan yang terbatas dan tidak handalnya tenaga kerja usaha ternak sapi potong. Pada subsistem agribisnis budidaya, terdapat permasalahan mendasar
seperti kesulitan membeli sapronak karena keterbatasan ketersediaan sapronak, sistem pemeliharaan ternak yang masih tradisional karena kurangnya sarana dan
prasarana informasi budidaya ternak sapi potong, jumlah dan kehandalan petugas kesehatan hewan yang terbatas sehingga kurang aktif dalam kegiatan pencegahan
dan pemberantasan penyakit ternak. Pada subsistem agribisnis hilir, terdapat permasalahan mendasar seperti minimnya agroindustri produk olahan ternak sapi
potong, ketersediaan pasar hewan dan pasar produk agroindustri ternak yang terbatas. Pada subsistem lembaga penunjang usaha ternak sapi potong, terdapat
masalah mendasar terkait dengan prasarana penunjang jalan usaha tani, koperasi, dan lembaga keuangan, sarana transportasi, informasi, kredit dan peralatan
ternak, kebijakan RUTR, makro dan mikro serta penyuluhan yang memerlukan peningkatan kualitas maupun kuantitas.
0.74 1.05
0.66 0.57
0.49 0.43
0.39 2.60
0.21 0.05
0.48 1.12
0.5 1
1.5 2
2.5 3
Penyebaran tempat pelayanan Poskeswan Penyebaran tempat pos pelayaan inseminasi buatan
Penggunaan vitamin dan probiotik Teknologi pakan
Teknologi pengolahan limbah ternak sapi potong Teknologi pengolahan hasil produk ternak sapi potong
Teknologi informasi dan transportasi Ketersediaan sarana dan prasarana agribisnis
Ketersediaan Sarana dan Prasarana Umum Tingkat penguasaan teknologi budidaya peternakan
Ketersediaan teknologi informasi peternakan Standarisasi mutu produk peternakan
A ttr
ib u
te
Gambar 9 Peran masing-masing atribut aspek infrastruktur dan teknologi yang dinyatakan dalam bentuk nilai perubahan RMS
6.1.5 Dimensi Hukum dan Kelembagaan
Jumlah atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan berjumlah 8 delapan. Hasil
analisis leverage dapat dilihat pada Gambar 10. Sebanyak 5 lima atribut sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan, yaitu:
1 Ketersediaan badan pengelola kawasan agropolitan sangat diperlukan dalam mendukung keberhasilan pengembangan kawasan agropolitan. Badan ini
berperan antara lain: a merumuskan program, kebijakan operasional, dan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pengembangan kawasan agropolitan;
b mendorong partisipasi dan swadaya masyarakat dalam mempersiapkan master plan, program, dan melaksanakan program kawasan agropolitan; c
Sumber: Data Primer diolah