Latar Belakang Status Keberlanjutan Wilayah Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Bondowoso untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan

1.2 Perumusan Masalah

Tujuan pembangunan subsektor peternakan dengan menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan multidimensi multi objective adalah mewujudkan kelestarian sustainability sistem budidaya peternakan baik secara ekologis, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur teknologi, maupun hukum dan kelembagaan. Implikasinya memang lebih menantang dan kompleks jika dibandingkan dengan sistem pembangungan konvensional yang hanya bertujuan mengejar pertumbuhan ekonomi. Keberhasilan membangun sistem peternakan sapi potong berkelanjutan akan menciptakan kehidupan manusia yang lebih sejahtera dan damai dalam lingkungan hidup yang sehat, bersih dan indah. Peternakan sapi potong merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Bondowoso yang perlu dibangun. Salah satu konsep pembangungan peternakan sapi potong adalah kawasan agropolitan sapi potong. Pengembangan kawasan agropolitan sapi potong harus memperhatikan lima dimensi pembangunan keberlanjutan ekologi, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur teknologi dan hukum kelembagaan untuk memperoleh manfaat optimal dari pembangunan seperti peningkatan pendapatan asli daerah PAD, penyerapan tenaga kerja yang lebih baik, peningkatan kepatuhan terhadap hukum, keefektifan lembaga sosial dan lain sebagainya. Kondisi pengelolaan peternakan sapi potong di Kabupaten Bondowoso saat ini belum menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan. Hal ini berdampak pada tidak optimalnya manfaat yang diperoleh dari pembangunan peternakan sapi potong. Berdasarkan permasalahan tersebut, tingkat keberlanjutan wilayah berbasis peternakan sapi potong di Kabupaten Bondowoso perlu diketahui untuk menunjang pembangunan peternakan sapi potong berupa pengembangan kawasan agropolitan ditinjau dari lima dimensi pembangunan berkelanjutan. Selain itu, diperlukan identifikasi faktor kunci yang menentukan keberlanjutan kawasan agar kebijakan pembangunan peternakan sapi potong tepat sasaran dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan sapi potong di Kabupaten Bondowoso.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menilai dan menganalisis status keberlanjutan kawasan berbasis peternakan sapi potong dari lima dimensi keberlanjutan dimensi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya, infrastruktur- teknologi, dan hukum-kelembagaan serta menentukan faktor kunci keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan sapi potong di Kabupaten Bondowoso. Dengan mengetahui status keberlanjutan wilayah dari lima dimensi, akan memudahkan dalam melakukan perbaikan-perbaikan terhadap atribut sensitif berpengaruh pada peningkatan status keberlanjutan wilayah terutama pada dimensi keberlanjutan dengan status rendah untuk mendukung pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan sapi potong ke depan.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Kajian keberlanjutan wilayah untuk pengembangan kawasan agropolitan sapi potong memiliki cakupan permasalahan yang sangat luas. Ruang lingkup penelitian ini, antara lain: 1 Penelitian ini dilakukan pada wilayah yang berpotensi dikembangkan menjadi kawasan agropolitan sapi potong, yaitu di daerah Kabupaten Bondowoso. 2 Penentuan status keberlanjutan dinilai berdasarkan lima dimensi pembangunan keberlanjutan dimensi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya, infrastruktur- teknologi, dan hukum-kelembagaan untuk pengembangan kawasan agropolitan sapi potong. 3 Masyarakat yang dikaji dalam penelitian adalah peternak sapi potong yang tersebar di lima kecamatan Kecamatan Cermee, Tapen, Botolinggo, Maesan dan Wringin. II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kawasan Agropolitan

Menurut Departemen Pertanian 2002, agropolitan berasal dari kata agro berarti pertanian dan politan berarti kota, yaitu kota pertanian yang tumbuh dan berkembang serta mampu memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, dan menarik kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya. Menurut Rustiadi et al. 2006 pengembangan kawasan agropolitan bertujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pembangunan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis berdayasaing. Sasaran pengembangan kawasan agropolitan adalah mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi menjadi kawasan agropolitan, melalui: 1 Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis agar mampu meningkatkan produksi, produktivitas komoditi pertanian serta produk-produk olahan pertanian, yang dilakukan dengan pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisien. 2 Penguatan kelembagaan petani. 3 Pengembangan kelembagaan agribisnis penyedia agroinput, pengelolaan hasil, pemasaran, dan penyedia jasa. 4 Pengembangan kelembagaan penyuluhan pembangunan terpadu dan pengembangan iklim kondusif bagi usaha dan investasi.

2.2 Pendekatan Agribisnis

Menurut Djajalogawa dan Pambudy 2003, agribisnis peternakan diartikan sebagai kegiatan bidang usaha peternakan yang menangani seluruh aspek siklus produksi secara seimbang dalam suatu paket kebijakan utuh melalui pengelolaan pengadaan, penyediaan dan penyaluran sarana produksi, kegiatan budidaya, pengelolaan pemasaran dengan melibatkan semua stakeholders pemangku kepentingan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan seimbang