Konsep Kawasan Agropolitan Pendekatan Agribisnis
Konsep pembangunan berkelanjutan memadukan dua kata kontradiktif yaitu pembangunan development yang menuntut perubahan dan pemanfaatan
sumberdaya alam, dan keberlanjutan sustainabilitas yang bermakna tidak mengubah sumberdaya alam dalam proses pembangunan. Persekutuan antara
kedua kepentingan ini pada dasarnya mengembalikan ”developmentalis”
dan ”environmentalis” back to basic yaitu oikos dimana kepentingan ekonomi dan
lingkungan hidup disetarakan Saragih dan Sipayung 2002. Kay dan Alder 1999, mengemukakan adanya tiga hal yang terkandung
dalam definisi pembangunan berkelanjutan, yaitu: integritas lingkungan, efisiensi ekonomi, dan keadilan kesejahteraan. Pendapat ini sejalan dengan pendapat
Munasinghe 1993 yang menyatakan pembangunan tergolong berkelanjutan jika memenuhi tiga dimensi, yaitu: secara ekonomi dapat efisien serta layak, secara
sosial berkeadilan, dan secara ekologis lestari. Makna dari pembangunan berkelanjutan dari dimensi ekologi memberikan penekanan pada pentingnya
menjamin dan meneruskan kepada generasi mendatang sejumlah modal alam natural capital yang menyediakan suatu hasil keberlanjutan secara ekonomis
dan jasa lingkungan. Departemen
Pertanian 2001
mengemukakan bahwa
dalam pengembangan usaha agribisnis termasuk usaha budidaya peternakan, perlu
menerapkan prinsip berkelanjutan. Prinsip ini mengandung ciri bahwa dalam pengembangan usaha budidaya peternakan harus memiliki kemampuan merespon
perubahan pasar, inovasi teknologi terus-menerus, mengupayakan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta menggunakan teknologi ramah
lingkungan seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Penerapan konsep pembangunan berkelanjutan dalam budidaya peternakan dikategorikan berkelanjutan jika memenuhi kriteria dari masing-masing dimensi
pembangunan berkelanjutan, yaitu: dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya, teknologi, hukum, dan kelembagaan. Suatu sistem budidaya peternakan
dikategorikan memenuhi dimensi ekologis dalam konsep pembangunan berkelanjutan jika sistem tersebut tidak melakukan eksploitasi berlebih terhadap
sumberdaya peternakan, tidak terjadi pembuangan limbah yang melampaui kapasitas asimilasi lingkungan sehingga menimbulkan pencemaran, dan
menerapkan sistem manajemen lingkungan dalam melakukan kegiatan usaha. Suatu sistem budidaya peternakan dikatakan memenuhi dimensi ekonomi dalam
konsep pembangunan berkelanjutan jika sistem tersebut mampu menghasilkan Usaha Peternakan
Sapi, Domba, Kambing, Ayam, dsb
Daging, Susu, Telur, dan Produk Peternakan
Olahan Sosis, Dendeng, Abon, Yoghurt, Skeam,
Keju, Telur Asin, dsb Feses Kotoran Ternak
Kompos Pupuk Organik
Pertanian Organik Bio Gas
Peningkatan Pendapatan PetaniPeternak Limbah
Budidaya Ternak
Gambar 2 Usaha agribisnis peternakan ramah lingkungan Sumber: Santosa 2001