Perlakuan Ganggang Mikro pada 60 Menit Pertama Pemberian Pestisida

70 Herbisida glifosat memberikan pengaruh negatif yang besar terhadap ketiga strain ganggang mikro pada semua konsentrasi glifosat yang diujikan. Penurunan OD yang paling tajam dialami oleh strain Synechoccus sp. ICBB 9111 diikuti Chlorella vulgaris ICBB 9114 dan Chlamydomonas sp. ICBB 9113 Gambar 31b slope α = -0.0385 ; -0,0287 dan - 0,0153. Herbisida yang berbahan aktif, glifosat bersifat tidak selektif. Herbisida ini dapat mengendalikan semua gulma melalui beragam mekanisme seperti reduksi klorofil dan karotenoid. Glifosat bersifat sistemik, yaitu pestisida ini dapat terserap ke dalam jaringan. Synechoccus sp. ICBB 9111 adalah golongan Synechoccus yang lebih mudah terpapar dibandingkan spesies ganggang mikro yang lain. Synechoccus sp. bersifat sel tunggal dan memiliki karetenoid yang memungkinkan penyerapan glifosat melalui dinding sel lebih cepat. Ket :Galur Gambar 32. Pengaruh a karbamat b deltametrin terhadap OD ganggang mikro dengan variasi konsentrasi pada 60 menit setelah pemberian . Pemberian karbamat Gambar 32a pada strain Synechoccus sp. ICBB 9111 menyebabkan pengaruh negatif yang ditunjukan dengan dengan terjadinya penurunan OD mulai pada konsentrasi sebesar 20 ppm. Uuntuk Chlamydomonas sp. ICBB 9113 pengaruh negatif sudah dimulai pada konsentrasi pemberian sebesar 5 ppm dan terjadi penurunan tajam ketika konsentrasi karbamat ditingkatkan hingga 40 ppm. Sedangkan pada Chlorella vulgaris ICBB 9114 respon penurunan OD baru terjadi pada konsentrasi 20 ppm. Ditinjau dari laju penurunan OD, Synechoccus sp. ICBB 9111 menampakkan penurunan yang paling tajam diikuti oleh Chlamydomonas sp. ICBB 9113 dan Chlorella vulgaris ICBB 9114 slope α = - 0.0351 ; -0,0259 dan -0,013, Confidential 71 Pemberian deltametrin Gambar 31b menyebabkan penurunan tajam OD strain Synechoccus sp. ICBB 9111 mulai pada konsentrasi 5 ppm, demikian juga halnya untuk Chlamydomonas sp. ICBB 9113. Pada Chlorella vulgaris ICBB 9114 penurunan tajam mulai terjadi pada konsentrasi 10 ppm. Secara umum penurunan paling tajam dialami oleh ICBB 9113, ICBB 9111 dan kemudian ICBB 9114 slope α = -0.047 ; -0,0261 dan -0,0166. Deltametrin merupakan racun kontak dan tidak bersifat sistemik, efektifitas toksik hanya berdasarkan luas bidang permukaan. Semakin kecil luas permukaan semakin cepat penyerapan. Keberadaan ganggang mikro yang bebas lebih cepat merespon polutan dibandingkan ganggang mikro yang dalam keadaan berkoloni. Strain Synechococcus sp. ICBB 9111 lebih dominan sebagai sel tunggal dibandingkan Chlorella vulgaris ICBB 9114 yang lebih banyak berbentuk koloni. Hal ini menyebabkan Chlorella vulgaris ICBB 9114 lebih toleran terhadap deltametrin.

4.8 Pemanfaatan Potensi Ganggang Mikro dalam Pemantauan dan Evaluasi

Pencemaran Perairan. Air adalah molekul yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Air mempertahankan suhu tubuh, mendistribusikan nutrisi ke seluruh tubuh, melembabkan persendian, dan membantu pencernaan makanan. Air juga merupakan unsur alam terpenting kedua bagi kehidupan makhluk hidup setelah oksigen, maka air harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, mudah didapatkan dan memenuhi persyaratan untuk dikonsumsi. Manusia mendapatkan air dari sumber-sumber air, baik yang ada dipermukaan tanah maupun air yang ada dalam tanah. Meskipun jumlah air di bumi relatif tetap sebesar ± 1,4 miliar km 3 , namun 97,1 berada di laut yang merupakan air yang mengandung kadar garam cukup tinggi, sekitar 2,15 tersimpan dalam bentuk es dan yang mempunyai potensi untuk dipergunakan manusia secara langsung maupun tidak langsung hanya 0.617, dan 0.017 terdapat di sungai dan danau serta 0.600 berupa air tanah. Menurut Machbub 1999, indeks ketersediaan air rata-rata Average Water Availability Index, WAI dunia adalah 7.6 1000 m 3 kapitatahun, sementara di Asia hanya 4.0. WAI Indonesia adalah 16.8 lebih tinggi dari nilai rata-rata WAI Asia, namun penyebarannya tidak merata. Pulau Jawa yang luasnya mencapai tujuh persen dari total daratan wilayah Indonesia hanya mempunyai 4.5 dari total potensi air tawar nasional, namun pulau ini dihuni oleh sekitar 65 total penduduk Indonesia. Kondisi ini menggambarkan potensi kelangkaan air di Pulau Jawa sangat besar. Jika dilihat ketersediaan air per kapita per tahun, di Pulau Jawa hanya tersedia 1750 m 3 per Confidential 72 kapita per tahun, masih di bawah standar kecukupan yaitu 2000 m 3 per-kapita per-tahun. Jumlah ini akan terus menurun sehingga pada tahun 2020 diperkirakan hanya akan tersedia sebesar 1200 m 3 . Secara alamiah sumber-sumber air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan mempunyai daya generasi, namun akibat peningkatan beban pencemaran oleh berbagai sumber akibat pertumbuhan penduduk, industri, peternakan dan pertanian serta kegiatan lainnya telah menyebabkan pencemaran per kapita per tahun sumber-sumber air. Untuk menentukan tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi tercemar atau kondisi baik suatu sumber air dalam waktu tertentu dilakukan dengan membandingkan baku mutu air yang ditetapkan. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 1990, sumber air menurut kegunaanperuntukannya digolongkan menjadi empat, yaitu: 1. Golongan A, yaitu air yang digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu; 2. Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga; 3. Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan; dan 4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan listrik negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, mutu air diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu: a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasaranasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut; d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Pencemaran air berhubungan dengan masalah limbah yang tergantung pada sifat-sifat kontaminan yang memerlukan oksigen, memacu pertumbuhan ganggang, penyakit dan zat toksik. Pencemaran terhadap sumber daya air dapat terjadi secara langsung dari saluran pembuangan atau buangan industri dan secara tidak langsung melalui pencemaran air dan limpasan dari daerah pertanian dan perkotaan. Menurut Effendi 2003, bahan pencemar memasuki sungai dapat melalui atmosfer, tanah, limpasan pertanian, limbah domestik dan Confidential