Logam Berat dalam Sedimen.

sedimen sungai sangat krusial. Kandunganlogam berat dalam sedimen akan mempengaruhi organisme yang tinggal di dasar air, benthos. Hasil penelitian Tabel 4. menemukan beberapa elemen logam terkonsentrasi pada sedimen di beberapa lokasi pengambilan sampel daerah aliran sungai Citarum. Konsentrasi yang lebih tinggi dari unsur Cr, Cu dan Pb menunjukkan input yang berasal dari area industri, khususnya industri tekstil. Telah diketahui bahwa industri tekstil menggunakan berbagai macam logam berat dalam prosesnya, terutama dalam proses “dyeing” dan “printing”. Akibatnya, mereka membuang sejumlah logam berat ke lingkungan. Sunardi dan Ariyanti 2009 telah menunjukkan bahwa sedimen yang terkontaminasi logam akan bersifat toksik terhadap organisme benthos. Tabel 4. Kandungan logam berat pada sedimen sungai Citarum Lokasi Hg ppb Cd ppm Cr ppm Cu ppm Pb ppm Cisanti 133 1,35 117 43 12 Majalaya 118,92 0,990 99,3 49,2 26,8 Rancaekek 140,54 1,005 58,8 42,0 11,8 Cisirung 978 1,95 324 131 29 Margaasih 356,76 0,765 51,4 62,7 79,3 Batu Jajar 172,97 0,765 30,6 159,5 40,7 Cihaur 118,92 0,900 48,6 30,2 13,9 Jatiluhur 140,54 0,885 35,1 20,6 25,7 Bekasi 140,54 0,960 48,4 156,2 18,2 Sumber : Sunardi dan Ariyanti 2009. Pada sedimen terdapat hubungan antara ukuran partikel sedimen dengan kandungan bahan organik. Pada sedimen yang halus, persentase bahan organik lebih tinggi dari pada sedimen yang kasar. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan yang tenang, sehingga memungkinkan pengendapan sedimen lumpur yang diikuti oleh akumulasi bahan organik ke dasar perairan. Sedangkan pada sedimen yang kasar, kandungan bahan organiknya lebih rendah karena partikel yang lebih halus tidak mengendap. Demikian pula dengan bahan pencemar, kandungan bahan pencemar yang tinggi biasanya terdapat pada partikel sedimen yang halus. Hal ini diakibatkan adanya daya tarik elektrokimia antara partikel sedimen dengan partikel mineral.

2.7.3 Logam Berat dalam Organisme Air.

Pertumbuhan organisme air sangat dipengaruhi oleh keberadaan logam berat di dalam air, terutama pada konsentrasi yang melebihi batas normal. Organisme air mengambil logam berat dari badan air atau sedimen dan memekatkannya ke dalam tubuh hingga 100-1000 kali lebih besar dari lingkungan. Akumulasi melalui proses ini disebut bioakumulasi. Kemampuan organisme air dalam menyerap absorpsi dan mengakumulasi logam berat dapat melalui beberapa cara, yaitu melalui saluran pernapasan insang, saluran pencernaan dan difusi permukaan kulit Hutagalung 1991; Darmono 2001. Namun sebagian besar logam berat masuk ke dalam tubuh organisme air melalui rantai makanan dan hanya sedikit yang diambil dari air Waldichuck 1974. Akumulasi dalam tubuh organisme air dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pencemar dalam air, kemampuan akumulasi, sifat organisme jenis, umur dan ukuran dan lamanya pernapasan.

2.7.4 Raksa Hg.

Logam merkuri bernomor atom 80, berat atom 200,59, titik didih 356,9 o C, dan massa jenis 13,6 gml Reilly 1991. Merkuri dalam perairan dapat berasal dari buangan limbah industri kelistrikan dan elektronik, baterai, pabrik bahan peledak, fotografi, pelapisan cermin, pelengkap pengukur, industri bahan pengawet, pestisida, industri kimia, petrokimia, limbah kegiatan laboratorium dan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan baku bakar fosil Suryadiputra 1995. Merkuri terdapat dalam bentuk Hg murni, Hg anorganik dan Hg organik Darmono 1995. Merkuri di alam umumnya terdapat sebagai metil merkuri yaitu bentuk senyawa organik alkil merkuri atau metil merkuri dengan daya racun tinggi dan sukar terurai dibandingkan zat asalnya. Bila terakumulasi metil merkuri dalam tubuh, akan mengakibatkan keracunan yang bersifat akut maupun kronis Darmono 1995. Akibat dari keracunan akut antara lain adalah mual, muntah-muntah, diare, kerusakan ginjal, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Keracunan kronis ditandai oleh peradangan mulut dan gusi, pembengkakan kelenjar ludah dan pengeluaran ludah secara berlebihan, gigi menjadi longgar dan kerusakan pada ginjal. Kadar maksimum merkuri untuk keperluan air baku air minum kurang dari 0,001 mgL dan untuk kegiatan perikanan yang diperbolehkan kurang dari 0,002 mgL Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Merkuri yang masuk ke dalam perairan dapat masuk dan terakumulasi pada ikan-ikan dan makhluk air lainnya, termasuk ganggang dan tumbuhan air. Mekanisme masuknya merkuri ke dalam tubuh hewan air adalah melalui penyerapan pada permukaan kulit, melalui insang dan rantai makanan, sedangkan pengeluaran dari tubuh organisme perairan bisa melalui pemukaan tubuh atau insang atau melalui isi perut dan urine. Merkuri dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui tiga cara yaitu pernafasan inhalasi, permukaan kulit dan paling banyak melalui makanan. Hal ini terjadi karena ikan-ikan yang telah terkontaminasi senyawa merkuri tersebut dikonsumsi oleh manusia sehingga merkuri terakumulasi dalam tubuh manusia. Penyerapan merkuri dalam