Selain untuk mengantisipasi resiko fluktuasi harga saham, hal tersebut menyebabkan penurunan harga saham karena para investor memindahkan
danannya ke instrumen obligasi.
2.2.5 Hubungan Kebijakan Moneter dengan Harga Saham
Suku bunga merupakan salah satu resiko yang harus dipertimbangkan oleh investor sebelum berinvestasi di sebuah negara. Mishkin 2008 mengungkapkan
bahwa kebijakan moneter tidak hanya mempengaruhi perekonomian melalui instrumen utang namun bisa melalui harga aset. Salah satu harga aset yang
dipengaruhi oleh suku bunga melalui mekanisme transmisi adalah harga saham. Fluktuasi harga di pasar saham, yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter,
memiliki pengaruh penting terhadap ekonomi. Mekanisme transmisi yang melibatkan pasar saham terdiri dari tiga jenis yakni pengaruh pasar saham
terhadap investasi, pengaruh neraca perusahaan, pengaruh kesejahteraan rumah tangga, dan pengaruh likuiditas rumah tangga. Khusus untuk pengaruh pasar
saham terhadap investasi. Teori Tobin’s q menjelaskan mekanisme penting tentang bagaimana pergerakan harga saham dapat mempengaruhi perekonomian.
Tobin’s q dapat diartikan sebagai nilai pasar perusahaan dibagi dengan biaya
penggantian modal. Jika q tinggi, harga pasar perusahaan relatif tinggi terhadap biaya penggantian modal, dan pabrik baru serta peralatan relatif murah terhadap
nilai pasar perusahaan. Perusahaan dapat menerbitkan saham dan menperoleh harga saham yang tinggi terhadap biaya fasilitas dan peralatan mereka beli.
Pengeluaran untuk investasi akan meningkat karena perusahaan dapat membeli banyak instrumen investasi hanya dengan menerbitkan sedikit saham.
Hal yang terpenting dari model Tobin’s q adalah adanya hubungan antara harga saham dan pengeluaran investasi. Kemudian bagaimana kebijakan moneter
mempengaruhi harga saham. Kebijakan moneter ekspansif dimana suku bunga diturunkan akan membuat obligasi tidak menarik dibandingkan saham dan
meningkatkan permintaan terhadap saham yang harganya akan meningkat. Dengan mengkombinasikan hal tersebut dengan pengeluaran investasi,
maka harga saham yang tinggi akan meningkatkan pengeluaran investasi. Mekanisme transmisinya dapat dilihat dalam skema berikut ini peningkatan
jumlah uang beredar menunjukan kebijakan moneter ekspansif. Jika penetapan harga saham menggunakan model dividend discount, maka kebijakan moneter
akan mempengaruhi harga saham melalui suku bunga karena investasi di saham lebih menguntungkan dibandingkan di obligasi Hildebrand, 2006. Kemudian
jumlah saham yang dimiliki meningkat dan mengindikasikan pengeluaran investasi meningkat. Dengan demikian akan terjadi peningkatan pada permintaan
aggregat yang akan meningkatkan output. Investasi perusahaan tidak hanya melalui obligasi tetapi dapat pula melalui
penerbitan saham baru. Biaya modal perusahaan akan relatif turun ketika harga saham tinggi karena perusahaan memperoleh dana yang lebih besar dari
penerbitan saham baru tersebut. Ketika harga saham tinggi maka pengeluaran investasi akan meningkat karena biaya modal yang rendah. Kebijakan moneter
ekspansif meningkatkan harga saham, menurunkan biaya modal dan menyebabkan investasi dan output meningkat.
2.3 Penelitian Terdahulu