2.2.2 Hipotesis Pasar Efisien
Hipotesis pasar efisien efficient market hypothesis didasarkan pada asumsi bahwa harga-harga dari sekuritas di pasar keuangan sepenuhnya mencerminkan
semua informasi yang tersedia. Hipotesis pasar efisien menganggap pengharapan atas harga depan sama dengan proyeksi optimal dengan menggunakan semua
informasi yang tersedia. Berdasarkan hipotesis ini, harga saham mencerminkan semua informasi
yang tersedia secara publik dalam pasar yang efisien. Harga saham akan bereaksi terhadap pengumuman atau berita jika informasi yang diumumkan tersebut baru
dan tidak diperkirakan sebelumnya Mishkin, 2008.
2.2.3 Teori Umum Pasar
Harga dalam suatu pasar merupakan titik pertemuan antara permintaan dan penawaran dari produk yang ditawarkan oleh pasar. Perubahan harga ataupun
perubahan volume produk berubah-ubah sesuai perubahan permintaan dan atau penawaran. Apabila volume produk mengalami peningkatan yang menunjukkan
bahwa terjadi perluasan pasar, maka tingkat harga akan mengalami peningkatan.
2.2.4 Hubungan Harga Minyak dan Harga Saham
Mekanisme yang menjelaskan pengaruh harga minyak terhadap harga saham telah banyak diungkapkan, khususnya dalam mekanisme transmisi
penawaran dan permintaan. Salah satunya dalam penelitian Adebiyi et. al. 2009 yang mengungkapkan bahwa bahan bakar minyak adalah salah satu input penting
bagi produksi sehingga jika ada kenaikan harga bahan bakar minyak akan meningkatkan biaya produksi dan mengurangi produktifitas.
Kenaikan harga minyak akan menimbulkan guncangan yang negatif pada sisi penawaran negative supply-side shock. Artinya, kenaikan harga minyak
akan menyebabkan naiknya ongkos energi bagi perusahaan-perusahaan dunia usaha, yang pada gilirannya akan mempengaruhi keputusan perusahaan untuk
menambah atau mengurangi jumlah produksi. Hal tersebut akan mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan serta harga jual output perusahaan. Selanjutnya
akan berpengaruh terhadap daya beli konsumen, dimana naiknya biaya produksi akan membuat naiknya harga jual serta konsumen akan cenderung mengurangi
jumlah barang yang dikonsumsi sehingga penerimaan produsen akan cenderung menurun dan mempengaruhi arus kas. Arus kas yang menurun akan dipandang
tidak baik oleh investor sehingga hal tersebut akan membuat investor tidak tertarik untuk menginvestasikan dananya pada saham perusahaan.
Basher dan Sadorsky 2006 mengungkapkan bahwa bahan bakar minyak, begitu pula dengan modal, tenaga kerja dan bahan baku merupakan komponen
penting dalam produksi barang dan jasa, sehingga perubahan harga input-input ini akan mempengaruhi kas perusahaanindustri. Pada kasus negara importir minyak,
peningkatan harga minyak akan meningkatkan biaya pruduksi karena tidak adanya input substitusi antara faktor-faktor produksi tersebut. Biaya produksi
yang tinggi mengurangi arus kas dan pada akhirnya menurunkan harga saham. Kenaikan harga minyak juga mempengaruhi tingkat bunga diskonto.
Kenaikan harga minyak sering menunjukkan tekanan inflasi, dan Bank Sentral dapat mengontrol kenaikan inflasi ini dengan meningkatkan suku bunga. Bagi tipe
investor yang memiliki kecenderungan berhati-hati risk overter, kenaikan suku bunga membuat investasi pada instrumen obligasi lebih menarik daripada saham.
Selain untuk mengantisipasi resiko fluktuasi harga saham, hal tersebut menyebabkan penurunan harga saham karena para investor memindahkan
danannya ke instrumen obligasi.
2.2.5 Hubungan Kebijakan Moneter dengan Harga Saham