80 lainnya. Hal ini dikarenakan, saat ini PT Istana Alam Dewi Tara lebih fokus
terhadap komoditas ini berdasarkan permintaan akan bibit tanaman buah lengkeng yang lebih tinggi. Selain itu, expected return juga berkaitan dengan harga jual
masing-masing komoditas. Lebih tingginya nilai expected return pada bibit tanaman lengkeng juga dikarenakan harga jual lengkeng yang lebih tinggi
dibandingkan ketiga komoditas lainnya. Harga bibit tanaman lengkeng adalah Rp 60.000, sedangkan untuk bibit tanaman buah rambutan sebesar Rp 50.000 dan
untuk quisqualis serta mandevilla masing-masing sebesar Rp 35.000. Dengan harga jual yang lebih tinggi akan menghasilkan penerimaan yang lebih tinggi pula
bagi perusahaan, sebaliknya dengan harga jual yang rendah akan menghasilkan penerimaan yang rendah pula.
Harapan perolehan hasil expected return yang diperkirakan akan didapat perusahaan, dapat digunakan sebagai perencanaan untuk menentukan langkah
yang akan dibuat dalam perkembangan usaha PT Istana Alam Dewi tara. Langkah tersebut dilakukan untuk meminimalkan risiko yang ada pada kegiatan produksi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perusahaan sebaiknya membuat perencanaan dalam kegiatan produksi. Perencanaan produksi yang dilakukan oleh PT Istana
Alam Dewi Tara untuk meminimalkan risiko adalah dengan melakukan diversifikasi komoditas, yaitu mengusahakan beberapa komoditas dalam satu
luasan wilayah. Adanya kegiatan diversifikasi, dapat membuat perusahaan meningkatkan produksi tanaman dan dapat meningkatkan pula penerimaan
perusahaan.
6.2.1 Analisis Risiko Pada Kegiatan Spesialisasi
Penilaian risiko pada kegiatan spesialisasi dilihat berdasarkan penerimaan yang diperoleh dari masing-masing komoditas quisqualis, mandevilla, lengkeng,
dan rambutan. Penilaian risiko produksi pada masing-masing komoditas dihitung dengan menggunakan variance, standard deviation, dan coefficient variation yang
dapat dilihat pada Tabel 17. Dilihat dari Tabel 17, penilaian risiko untuk masing-masing komoditas
diperoleh bahwa bibit tanaman buah rambutan mempunyai nilai variance tertinggi dibandingkan komoditas quisqualis, mandevilla, dan bibit lengkeng yaitu sebesar
Rp 18.542.400.000.000. Dilihat dari nilai standard deviation, bibit rambutan juga
81 memperoleh nilai standard deviation lebih tinggi dibandingkan dengan bibit
lengkeng dan kedua tanaman komoditas lainnya sebesar 2.976.391. Penilaian risiko terhadap variance dan standard deviation dianggap kurang tepat, oleh
karena itu coefficient variation merupakan tolak ukur yang tepat dalam penilaian risiko untuk mengambil keputusan dan penentuan strategi yang tepat bagi
perusahaan. Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan expected return
. Nilai coefficient variation terendah didapat pada bibit tanaman lengkeng sebesar 0,161. Sedangkan nilai coefficient variation tertinggi didapat
pada bibit tanaman rambutan sebesar 0,216. Hal ini didasarkan semakin besar nilai coefficient variation maka semakin tinggi pula tingkat risiko yang dihadapi.
Tabel 17. Penilaian Risiko Produksi Spesialisasi berdasarkan Penerimaan pada Quisqualis, Mandevilla, Lengkeng dan Rambutan di PT Istana Alam
Dewi Tara
Komoditas Expected
Return Rp Variance
Standard Deviation
Coefficient Variation
Quisqualis 13.650.000
7.833.140.000.000 2.798.775
0,205 Mandevilla
15.533.000 8.858.906.000.000
2.976.391 0,192
Lengkeng 26.028.000 17.483.616.000.000 4.181.341 0,161
Rambutan 19.940.000 18.542.400.000.000 4.306.089 0,216
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PT Istana Alam Dewi Tara, bibit tanaman rambutan memiliki tingkat risiko yang paling tinggi disebabkan
karena karakteristik dari tanaman rambutan itu sendiri yang lebih sulit untuk diperbanyak. Tanaman rambutan memiliki kulit batang yang lebih keras
dibandingkan dengan komoditas lain, sehingga memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah dibandingkan komoditas lainnya.
Tanaman rambutan juga rentan terhadap hama dan penyakit. Tanaman rambutan memiliki banyak cabang dan daun yang rimbun, sehingga kutu putih
lebih menyukai tanaman rambutan. Dampak dari serangan kutu putih yaitu timbulnya bercak hitam disekitar daun, terutama pada daun muda yang
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Selain kutu putih, tungau juga dapat menyerang tanaman rambutan dengan mencari daun muda untuk dihisap.
Dampak yang ditimbulkan yaitu daun menjadi keriting yang menyebabkan
82 tanaman menjadi kerdil. Penyakit yang dapat menyerang tanaman rambutan
adalah jamur, namun penyakit ini jarang terjadi pada tanaman rambutan. Serangan hama dan penyakit ini berpengaruh terhadap produksi dan juga
keberhasilan perbanyakan bibit rambutan. Berbeda halnya dengan bibit lengkeng yang memiliki tingkat risiko lebih rendah, dimana bibit lengkeng lebih tahan
terhadap hama dan penyakit. Untuk mencegah dan mengendalikan hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman, PT Istana Alam Dewi Tara melakukan
penyemprotan pestisida secara teratur dan melakukan pemangkasan secara serempak. Selain itu, rendahnya risiko yang terdapat pada bibit lengkeng
disebabkan pula dari penerimaan yang didapat perusahaan. Penerimaan untuk bibit lengkeng lebih tinggi dibandingkan ketiga komoditas lainnya dengan harga
jual bibit lengkeng yang lebih tinggi pula.
6.2.2 Analisis Risiko pada Kegiatan Diversifikasi