Analisis Risiko pada Kegiatan Diversifikasi

82 tanaman menjadi kerdil. Penyakit yang dapat menyerang tanaman rambutan adalah jamur, namun penyakit ini jarang terjadi pada tanaman rambutan. Serangan hama dan penyakit ini berpengaruh terhadap produksi dan juga keberhasilan perbanyakan bibit rambutan. Berbeda halnya dengan bibit lengkeng yang memiliki tingkat risiko lebih rendah, dimana bibit lengkeng lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Untuk mencegah dan mengendalikan hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman, PT Istana Alam Dewi Tara melakukan penyemprotan pestisida secara teratur dan melakukan pemangkasan secara serempak. Selain itu, rendahnya risiko yang terdapat pada bibit lengkeng disebabkan pula dari penerimaan yang didapat perusahaan. Penerimaan untuk bibit lengkeng lebih tinggi dibandingkan ketiga komoditas lainnya dengan harga jual bibit lengkeng yang lebih tinggi pula.

6.2.2 Analisis Risiko pada Kegiatan Diversifikasi

Analisis risiko pada kegiatan spesialisasi bertujuan untuk menggambarkan besarnya risiko yang dihasilkan dari masing-masing komoditas jika perushaan hanya memproduksi satu komoditas. Untuk menurunkan tingkat risiko yang ada pada masing-masing komoditas, maka diversifikasi merupakan salah satu cara yang dilakukan PT Istana Alam Dewi Tara. Diversifikasi merupakan strategi investasi dengan mengalokasikan untuk berbagai kegiatan usaha dengan tujuan untuk meminimalkan risiko. PT Istana Alam Dewi Tara melakukan diversifikasi tanaman hias dan bibit tanaman buah. Upaya melakukan diversifikasi ini adalah untuk memenuhi permintaan pasar yang selalu berubah. PT Istana Alam Dewi Tara melakukan diversifikasi dari beberapa tanaman hias dan bibit tanaman buah seperti quisqualis, mandevilla, lengkeng dan rambutan. Risiko pada masing-masing komoditas yang telah dibahas sebelumnya menggambarkan risiko yang dihadapi perusahaan pada masing-masing komoditas. Dengan melakukan diversifikasi, maka risiko yang dihadapi perusahaan menjadi lebih rendah sehingga diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Perhitungan analisis risiko yang dilakukan berdasarkan hasil return dari penerimaan yang diperoleh perusahaan. Perhitungan risiko portofolio yang dilakukan meliputi gabungan dari dua komoditas, tiga komoditas dan empat komoditas. Gabungan dua komoditas atau dua asset yang dilakukan perhitungan 83 sebanyak enam portofolio yaitu gabungan quisqualis dan mandevilla, lengkeng dan rambutan, quisqualis dan lengkeng, mandevilla dan rambutan, quisqualis dan rambutan serta mandevilla dan lengkeng. Gabungan tiga komoditas atau tiga asset yang dihitung sebanyak empat portofolio yaitu gabungan quisqualis, mandevilla dan lengkeng; gabungan quisqualis, mandevilla dan rambutan; gabungan quisqualis, lengkeng dan rambutan; serta gabungan mandevilla, lengkeng dan rambutan. Sedangkan untuk risiko portofolio gabungan empat komoditas adalah dengan menggabungkan keempat komoditas tersebut yaitu gabungan quisqualis, mandevilla, lengkeng dan rambutan. Total perhitungan risiko portofolio yang dilakukan analisis adalah sebanyak sebelas portofolio. Penilaian risiko portofolio pada quisqualis, mandevilla, bibit lengkeng dan rambutan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Penilaian Risiko Portofolio berdasarkan Penerimaan pada Komoditas Quisqualis, Mandevilla, Lengkeng dan Rambutan di PT Istana Alam Dewi Tara No. Gabungan Komoditas Expected Return Rp Variance Standard Deviation Coefficient Variation 1 Quis+Mande 14.591.500 10.296.419.370.000 3.208.803 0,220 2 Leng+Ramb 22.984.000 22.380.021.240.000 4.730.753 0,206 3 Quis+Leng 20.334.120 14.515.334.730.000 3.809.899 0,187 4 Mande+Ramb 17.912.780 15.849.349.740.000 3.981.124 0,222 5 Quis+Ramb 17.046.600 14.997.527.540.000 3.872.664 0,227 6 Mande+Leng 21.200.300 15.356.147.070.000 3.918.692 0,185 7 Quis+Mande+Leng 18.968.920 11.527.037.690.000 3.395.149 0,179 8 Quis+Mande+Ramb 16.716.360 11.842.585.480.000 3.441.306 0,206 9 Quis+Leng+Ramb 21.376.160 14.517.947.680.000 4.035.957 0,178 10 Mande+Leng+Ramb 21.978.720 14.324.164.930.000 4.092.794 0,172 11 Quis+Mande+Leng+ Ramb 19.123.450 13.103.634.730.000 3.619.894 0,189 Keterangan : Quis = Quisqualis Leng = Lengkeng Mande = Mandevilla Ramb = Rambutan Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa risiko portofolio yang dihadapi PT Istana Alam Dewi Tara berbeda-beda jika mengusahakan dua komoditas, tiga komoditas dan empat komoditas. Penjelasan mengenai analisis risiko diversifikasi pada Tabel 18 akan dijelaskan sebagai berikut. 84 a. Analisis Risiko Diversifikasi Dua Komoditas Berdasarkan nilai coefficient variation gabungan dua komoditas pada Tabel 18, didapat bahwa gabungan quisqualis dan rambutan memiliki risiko yang paling tinggi dengan nilai coefficient variation paling tinggi dibandingkan dengan gabungan dua komoditas lainnya. Risiko terendah didapat pada gabungan mandevilla dan lengkeng dengan nilai coefficient variation yang paling rendah diantara gabungan dua komoditas lainnya. 1. Quisqualis dan Mandevilla Berdasarkan hasil penilaian risiko, dapat dilihat perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan quisqualis, mandevilla dan diversifikasinya. Berdasarkan hasil penilaian risiko dari coefficient variation, ternyata didapat bahwa risiko portofolio quisqualis dengan mandevilla lebih tinggi jika dibandingkan dengan risiko quisqualis dan mandevilla pada usaha spesialisasinya. Hasil ini bertentangan dengan tujuan penggunaan strategi diversifikasi yaitu untuk meminimalkan besarnya risiko jika mengusahakan satu komoditi atau usaha. Nilai coefficient variation yang diperoleh pada kegiatan diversifikasi sebesar 0,220 lebih tinggi jika dibandingkan usaha spesialisasinya quisqualis yaitu sebesar 0,205. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini, ternyata dapat menaikkan risiko sebesar 0,015. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi tidak selalu dapat meminimalkan risiko yang ada, dan diperlukan strategi-strategi lain yang tepat untuk meminimalkan risiko. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi dua komoditas quisqualis dan mandevilla tidak tepat dilakukan. Diversifikasi dua komoditas quisqualis dan mandevilla tidak dapat mengurangi risiko dikarenakan tidak dapat menghasilkan keuntungan pada perusahaan. Penerimaan yang diperoleh pada kedua komoditas ini lebih rendah dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Dengan luas lahan dan harga jual yang sama pada masing-masing komoditas, maka tidak dapat menambah penerimaan bagi perusahaan. Selain itu, dengan mengusahakan dua komoditas ini dapat menambah biaya baik dalam produksi maupun perawatan. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan melakukan strategiupaya lain yang dapat meminimalkan risiko. 85 Berdasarkan hasil wawancara di lapang, diketahui bahwa tanaman quisqualis lebih rentan terhadap hama dan penyakit dibandingkan tanaman mandevilla. Meskipun jenis hama dan penyakit yang menyerang pada dua komoditas ini sama, namun tanaman quisqualis lebih rentan terhadap hama dan penyakit dibandingkan dengan mandevilla. Hama yang menyerang kedua tanaman ini adalah kupu-kupu, tungau, kutu daun dan belalang. Penyakit yang sering menyerang kedua tanaman ini adalah busuk akar, busuk daun, dan busuk batang. Selain itu, karakteristik tanaman quisqualis berbeda dengan mandevilla. Quisqualis merupakan tanaman yang merupakan batang airtunas air, sehingga tanaman ini akan cepat membusuk jika tidak dilakukan perawatan dengan tepat. 2. Lengkeng dan Rambutan Berdasarkan hasil penilaian risiko, dapat dilihat perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan lengkeng, rambutan dan diversifikasinya. Berdasarkan nilai coefficient variation, didapat bahwa risiko portofolio lengkeng dengan rambutan lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko lengkeng dan rambutan pada usaha spesialisasinya. Nilai coefficient variation pada kegiatan diversifikasi sebesar 0,206, sedangkan nilai coefficient variation pada usaha spesialisasi sebesar 0,216. Kegiatan diversifikasi ini dapat menurunkan risiko sebesar 0,01. Meskipun kegiatan diversifikasi dua komoditas ini hanya sedikit dapat menurunkan risiko, namun dengan kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko pada kegiatan spesialisasi. Berdasarkan informasi di lapangan, bibit tanaman rambutan memiliki karakteristik batang yang keras sehingga lebih sulit dalam perbanyakannya. Selain itu tanaman rambutan juga rentan terhadap perubahan cuaca, hama dan penyakit. Pada musim kemarau serangan hama pada bibit rambutan lebih tinggi dibandingkan bibit lengkeng. Hama yang sering menyerang bibit rambutan adalah kutu putih, tungau, dan kupu-kupu. Namun, hama yang paling sering menyerang bibit rambutan adalah kutu putih. Tungau dan kupu-kupu juga dapat menyerang bibit lengkeng, namun tanaman ini lebih tahan terhadap hama dibandingkan dengan bibit rambutan. Penyakit yang menyerang bibit rambutan pada musim hujan adalah jamur, namun jamur tidak terlalu berpengaruh pada tanaman dibandingkan dengan serangan hama. 86 3. Quisqualis dan Lengkeng Berdasarkan hasil penilaian risiko, dapat dilihat perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan quisqualis, lengkeng dan diversifikasi keduanya. Berdasarkan nilai coefficient variation, didapat bahwa risiko portofolio quisqualis dan lengkeng lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko quisqualis dan lengkeng pada usaha spesialisasinya. Nilai coefficient variation yang didapat pada kegiatan diversifikasi adalah sebesar 0,187, sedangkan nilai coefficient variation yang didapat pada kegiatan spesialisasi sebesar 0,205. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini dapat menurunkan risiko produksi sebesar 0,018. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi yang ada pada usaha spesialisasi. Pada kegiatan spesialisasi, risiko produksi quisqualis lebih tinggi jika dibandingkan dengan risiko bibit lengkeng. Berdasarkan informasi di lapangan, didapat bahwa tanaman quisqualis lebih rentan terhadap perubahan cuaca, hama dan penyakit dibandingkan dengan bibit tanaman lengkeng. Pada musim kemarau, hama lebih sering menyerang quisqualis dibandingkan dengan bibit lengkeng. Hama yang sering menyerang quisqualis adalah kupu-kupu, tungau, kutu daun dan belalang. Sedangkan hama yang sering menyerang bibit lengkeng adalah tungau dan kupu-kupu. Pada musim hujan, penyakit juga lebih sering menyerang quisqualis dibandingkan bibit lengkeng. Penyakit yang sering menyerang quisqualis adalah busuk akar, busuk daun, dan busuk batang. Sedangkan penyakit yang dapat menyerang bibit lengkeng adalah jamur. Dengan mengusahakan diversifikasi keduanya, maka risiko yang ada dapat diminimalkan. 4. Mandevilla dan Rambutan Berdasarkan hasil penilaian risiko, dapat dilihat perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan mandevilla, rambutan dan diversifikasinya. Berdasarkan hasil penilaian risiko dari coefficient variation, ternyata didapat bahwa risiko portofolio mandevilla dengan rambutan lebih tinggi jika dibandingkan dengan risiko mandevilla dan rambutan pada usaha spesialisasinya. Hasil risiko ini sama halnya dengan hasil risiko gabungan komoditas quisqualis dan mandevilla yang bertentangan dengan tujuan penggunaan strategi diversifikasi, yaitu untuk meminimalkan besarnya risiko jika 87 mengusahakan satu komoditi atau usaha. Nilai coefficient variation yang diperoleh pada kegiatan diversifikasi sebesar 0,222 lebih tinggi jika dibandingkan usaha spesialisasinya yaitu sebesar 0,216. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini, ternyata semakin menaikkan risiko sebesar 0,006. Mengusahakan satu komoditasspesialisasi lebih baik dibandingkan dengan diversifikasi. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi tidak selalu dapat meminimalkan risiko yang ada, dan diperlukan strategi-strategi lain yang tepat untuk meminimalkan risiko. Dengan demikian, strategi diversifikasi dua komoditas mandevilla dan rambutan tidak tepat untuk menurunkan risiko produksi yang ada. Kegiatan diversifikasi dua komoditas mandevilla dan rambutan ini tidak dapat meminimalkan risiko dikarenakan pada salah satu komoditas terdapat tingkat risiko yang paling tinggi. Tingkat risiko paling tinggi didapat pada komoditas rambutan, sehingga dengan menggabungkan dua komositas ini, maka risiko yang didapat akan tinggi pula. Berdasarkan wawancara di lapang, komoditas rambutan memiliki karakteristik tanaman yang lebih sulit untuk diperbanyak dibandingkan dengan komoditas mandevilla. Dimana tingkat keberhasilan yang diperoleh tanaman rambutan lebih rendah dibandingkan dengan tanaman mandevilla. Dengan demikian risiko yang diperoleh pada kegiatan diversifikasi ini lebih tinggi dibandingkan risiko pada kegiatan spesialisasinya. 5. Quisqualis dan Rambutan Berdasarkan hasil penilaian risiko, dapat dilihat perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan quisqualis, rambutan dan diversifikasinya. Berdasarkan hasil penilaian risiko dari coefficient variation, ternyata didapat bahwa risiko portofolio quisqualis dengan rambutan lebih tinggi jika dibandingkan dengan risiko quisqualis dan rambutan pada usaha spesialisasinya. Hasil risiko ini sama halnya dengan hasil risiko gabungan komoditas quisqualis dengan mandevilla dan gabungan komoditas mandevilla dan rambutan. Dimana hasil risiko yang didapat bertentangan dengan tujuan penggunaan strategi diversifikasi, yaitu untuk meminimalkan besarnya risiko jika mengusahakan satu komoditi atau usaha. Nilai coefficient variation yang diperoleh pada kegiatan diversifikasi sebesar 0,227 lebih tinggi jika dibandingkan usaha spesialisasinya yaitu sebesar 0,216. Kegiatan diversifikasi dua komoditas 88 ini, ternyata semakin menaikkan risiko sebesar 0,011. Berdasarkan hasil penilaian risiko ini, maka mengusahakan satu komoditasspesialisasi lebih baik dibandingkan dengan diversifikasi. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi tidak selalu dapat meminimalkan risiko yang ada, dan diperlukan strategi-strategi lain yang tepat untuk meminimalkan risiko. Dari hasil penilaian risiko spesialisasi, rambutan merupakan komoditas yang memiliki risiko paling tinggi dibandingkan dengan quisqualis. Karakteristik rambutan yang memiliki batang keras lebih sulit untuk diperbanyak dibandingkan dengan quisqualis. Pada kegiatan diversifikasi dua komoditas ini memiliki risiko yang paling tinggi dibandingkan dengan diversifikasi dua komoditas lainnya. Diversifikasi dua komoditas ini juga merupakan diversifikasi yang memiliki risiko paling tinggi di antara sebelas diversifikasi keseluruhan. Hal ini dikarenakan, pada diversifikasi ini quisqualis dan rambutan memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dua komoditas lainnya. Sehingga risiko diversifikasi quisqualis dan rambutan yang diperoleh juga lebih tinggi dibandingkan diversifikasi lainnya. Oleh karena itu, strategi diversifikasi juga harus memperhatikan tingkat risiko pada masing-masing tanaman. 6. Mandevilla dan Lengkeng Berdasarkan hasil penilaian risiko, dapat memperlihatkan perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan mandevilla, lengkeng dan diversifikasi keduanya. Dilihat dari nilai coefficient variation, didapat bahwa risiko portofolio mandevilla dan lengkeng lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko mandevilla dan lengkeng pada usaha spesialisasinya. Nilai coefficient variation yang didapat pada kegiatan diversifikasi adalah sebesar 0,185, sedangkan nilai coefficient variation yang didapat pada kegiatan spesialisasi sebesar 0,192. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini dapat menurunkan risiko produksi sebesar 0,007. Dengan demikian, meskipun hanya dapat menurunkan sedikit risiko, namun dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi yang ada pada usaha spesialisasi. Risiko pada kegiatan spesialisasi untuk tanaman mandevilla lebih tinggi jika dibandingkan risiko untuk bibit lengkeng. Berdasarkan wawancara dengan pihak perusahaan, tanaman mandevilla sedikit lebih rentan terhadap perubahan 89 cuaca, hama dan penyakit dibandingkan dengan bibit tanaman lengkeng. Sama halnya dengan quisqualis, pada musim kemarau, hama lebih sering menyerang mandevilla dibandingkan dengan bibit lengkeng. Namun, mandevilla lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibandingkan dengan quisqualis. Hama yang sering menyerang mandevilla adalah kupu-kupu, tungau, kutu daun dan belalang. Sedangkan hama yang sering menyerang bibit lengkeng adalah tungau dan kupu- kupu. Pada musim hujan, penyakit juga lebih sering menyerang mandevilla dibandingkan bibit lengkeng. Penyakit yang sering menyerang quisqualis adalah busuk akar, busuk daun, dan busuk batang. Sedangkan penyakit yang dapat menyerang bibit lengkeng adalah jamur. Dengan mengusahakan diversifikasi keduanya, maka dapat meminimalkan risiko yang ada pada kegiatan produksi. Risiko portofolio dua komoditas mandevilla dan lengkeng merupakan risiko yang paling rendah diantara gabungan dua komoditas lainnya. Hal ini dikarenakan risiko spesialisasi pada mandevilla dan lengkeng merupakan risiko yang paling rendah diantara dua komoditas lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan mengusahakan diversifikasi pada komoditas yang sama-sama memiliki risiko lebih rendah, maka risiko diversifikasi yang dihasilkan juga akan lebih rendah. b. Analisis Risiko Diversifikasi Tiga Komoditas Dilihat dari diversifikasi tiga komoditas pada Tabel 18, maka dapat dikatakan bahwa berdasarkan nilai coefficient variation didapat gabungan quisqualis, mandevilla dan rambutan memiliki risiko portofolio paling tinggi dibandingkan gabungan tiga komoditas lainnya. Sedangkan risiko paling rendah didapat pada gabungan komoditas quisqualis, mandevilla dan lengkeng. 1. Quisqualis, Mandevilla dan Lengkeng Berdasarkan penilaian risiko portofolio, diperoleh bahwa nilai expected return diversifikasi quisqualis, mandevilla dan lengkeng berada diantara nilai expected return quisqualis, mandevilla dan lengkeng. Dilihat dari nilai coefficient variation , menunjukkan bahwa risiko portofolio quisqualis, mandevilla dan lengkeng lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko spesialisasi quisqualis, mandevilla dan lengkeng. Nilai coefficient variation pada kegiatan diversifikasi adalah sebesar 0,179, sedangkan nilai coefficient variation pada kegiatan 90 spesialisasi adalah sebesar 0,205. Adanya kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini dapat menurunkan risiko produksi sebesar 0,026. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko yang ada pada kegiatan produksi. Berdasarkan hasil penilaian risiko spesialisasi, quisqualis merupakan komoditas yang memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan mandevilla dan lengkeng. Quisqualis lebih rentan terhadap perubahan cuaca, serangan hama dan penyakit dibandingkan dengan mandevilla dan lengkeng. Risiko portofolio quisqualis, mandevilla dan lengkeng merupakan risiko yang paling rendah di antara diversifikasi tiga komoditas lainnya. Hal ini dikarenakan gabungan ketiga komoditas ini merupakan gabungan tiga komoditas yang memiliki risiko spesialisasi yang lebih rendah. Dimana dengan mengusahakan diversifikasi pada komoditas yang sama-sama memiliki risiko lebih rendah, maka risiko diversifikasi yang dihasilkan juga akan lebih rendah. 2. Quisqualis, Mandevilla dan Rambutan Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa nilai expected retun yang diperoleh pada diversifikasi quisqualis, mandevilla dan rambutan berada di antara expected return pada spesialisasi quisqualis, mandevilla dan rambutan. Dilihat dari nilai coefficient variation, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi quisqualis, mandevilla dan rambutan memiliki risiko lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko pada kegiatan spesialisasinya. Nilai coefficient variation pada kegiatan diversifikasi adalah sebesar 0,206, sedangkan nilai coefficient variation tertinggi pada kegiatan spesialisasi adalah sebesar 0,216. Adanya kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini dapat menurunkan risiko sebesar 0,01. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa meskipun dapat menurunkan sedikit risiko, namun kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi yang ada. Berdasarkan hasil penilaian risiko spesialisasi, rambutan merupakan komoditas yang memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan quisqualis dan mandevilla. Karakteristik rambutan yang memiliki batang keras lebih sulit untuk diperbanyak dibandingkan dengan quisqualis dan mandevilla. Risiko portofolio quisqualis, mandevilla dan rambutan merupakan risiko yang paling tinggi di 91 antara diversifikasi tiga komoditas lainnya. Hal ini dikarenakan dalam gabungan tiga komoditas ini terdapat komoditas yang memiliki risiko paling tinggi, yaitu rambutan. Hal ini dapat dikatakan bahwa dengan mengusahakan diversifikasi dimana terdapat komoditas yang memiliki risiko paling tinggi, maka risiko diversifikasi yang didapat juga akan lebih tinggi dibandingkan jika diversifikasi pada komoditas yang memiliki risiko lebih rendah. Namun, kegiatan diversifikasi ini juga dapat meminimalkan risiko produksi pada kegiatan spesialisasi. 3. Quisqualis, Lengkeng dan Rambutan Berdasarkan penilaian risiko, dapat dilihat bahwa nilai expected return pada kegiatan diversifikasi quisqualis, lengkeng dan rambutan berada di antara expected return pada spesialisasi quisqualis, lengkeng dan rambutan. Dilihat dari nilai coefficient variation, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi quisqualis, lengkeng dan rambutan memiliki risiko lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko pada kegiatan spesialisasinya. Nilai coefficient variation pada kegiatan diversifikasi adalah sebesar 0,178, sedangkan nilai coefficient variation tertinggi pada kegiatan spesialisasinya adalah sebesar 0,216. Adanya kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini dapat menurunkan risiko sebesar 0,038. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini dapat menurunkan risiko produksi yang ada. Dari hasil penilaian risiko spesialisasi, rambutan merupakan komoditas yang memiliki risiko paling tinggi dibandingkan dengan quisqualis dan lengkeng. Karakteristik rambutan yang memiliki batang keras lebih sulit untuk diperbanyak dibandingkan dengan quisqualis dan lengkeng. Namun, pada kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan diversifikasi tiga komoditas lainnya yang sama-sama terdapat komoditas rambutan dalam diversifikasinya. Hal ini dikarenakan, pada diversifikasi ini terdapat komoditas lengkeng yang memiliki risiko terendah. Dengan demikian, risiko diversifikasi quisqualis, lengkeng dan rambutan yang diperoleh juga lebih rendah. 4. Mandevilla, Lengkeng dan Rambutan Berdasarkan penilaian risiko, dapat dilihat bahwa nilai expected return pada kegiatan diversifikasi mandevilla, lengkeng dan rambutan berada di antara 92 expected return pada spesialisasi mandevilla, lengkeng dan rambutan. Dilihat dari nilai coefficient variation, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi mandevilla, lengkeng dan rambutan memiliki risiko lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko pada kegiatan spesialisasinya. Nilai coefficient variation pada kegiatan diversifikasi adalah sebesar 0,172, sedangkan nilai coefficient variation tertinggi pada kegiatan spesialisasinya adalah sebesar 0,216. Adanya kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini dapat menurunkan risiko sebesar 0,044. Diversifikasi tiga komoditas ini menurunkan risiko paling besar dibandingkan diversifikasi lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini dapat menurunkan risiko produksi yang ada. Dari hasil penilaian risiko spesialisasi, rambutan merupakan komoditas yang memiliki risiko paling tinggi dibandingkan dengan mandevilla dan lengkeng. Karakteristik rambutan yang memiliki batang keras lebih sulit untuk diperbanyak dibandingkan dengan quisqualis dan lengkeng. Kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan diversifikasi tiga komoditas lainnya. Diversifikasi tiga komoditas ini juga memiliki risiko yang paling rendah dibandingkan dengan sebelas diversifikasi keseluruhan. Hal ini dikarenakan, pada diversifikasi ini terdapat komoditas mandevilla dan lengkeng yang memiliki risiko lebih rendah jika dibandingkan dengan quisqualis. Dengan demikian, risiko diversifikasi mandevilla, lengkeng dan rambutan yang diperoleh lebih rendah dibandingkan diversifikasi quisqualis, lengkeng dan rambutan. c. Analisis Risiko Diversifikasi Empat Komoditas Tabel 18 memperlihatkan, bahwa nilai expected return pada kegiatan diversifikasi empat komoditas quisqualis, mandevilla, lengkeng dan rambutan berada di antara nilai expected return pada kegiatan spesialisasi quisqualis, mandevilla, lengkeng dan rambutan. Dilihat dari nilai coefficient variation, dapat dilihat bahwa risiko portofolio empat komoditas quisqualis, mandevilla, lengkeng dan rambutan lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai coefficient variation pada kegiatan spesialisasi quisqualis, mandevilla, lengkeng dan rambutan. Nilai coefficient variation pada kegiatan diversifikasi empat komoditas adalah sebesar 93 0,189, sedangkan nilai coefficient variation pada kegiatan spesialisasi tertinggi rambutan adalah sebesar 0,216. Kegiatan diversifikasi empat komoditas ini dapat menurunkan risiko sebesar 0,027. Dengan demikian kegiatan diversifikasi empat komoditas pada PT Istana Alam Dewi Tara dapat meminimalkan risiko produksi yang ada. Risiko pada kegiatan diversifikasi empat komoditas quisqualis, mandevilla, lengkeng dan rambutan lebih tinggi jika dibandingkan risiko pada kegiatan diversifikasi tiga komoditas mandevilla, lengkeng dan rambutan yaitu sebesar 0,172. Meskipun diversifikasi empat komoditas ini bukan merupakan risiko yang paling rendah, namun diversifikasi empat komoditas ini dapat meminimalkan risiko produksi yang ada dibandingkan dengan mengusahakan komoditas tunggal. Adapun gabungan penilaian risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi, dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Penilaian Risiko Spesialisasi dan Portofolio pada Tanaman Quisqualis, Mandevilla, Lengkeng dan Rambutan di PT Istana Alam Dewi Tara Komoditas Expected Return Rp Variance Standard Deviation Coefficient Variation Risiko Spesialisasi Quis 13.650.000 7.833.140.000.000 2.798.775 0,205 Mande 15.533.000 8.858.906.000.000 2.976.391 0,192 Leng 26.028.000 17.483.616.000.000 4.181.341 0,161 Ramb 19.940.000 18.542.400.000.000 4.306.089 0,216 Risiko Portofolio Quis+Mande 14.591.500 10.296.419.370.000 3.208.803 0,220 Leng+Ramb 22.984.000 22.380.021.240.000 4.730.753 0,206 Quis+Leng 20.334.120 14.515.334.730.000 3.809.899 0,187 Mande+Ramb 17.912.780 15.849.349.740.000 3.981.124 0,222 Quis+Ramb 17.046.600 14.997.527.540.000 3.872.664 0,227 Mande+Leng 21.200.300 15.356.147.070.000 3.918.692 0,185 Quis+Mande+Leng 18.968.920 11.527.037.690.000 3.395.149 0,179 Quis+Mande+Ramb 16.716.360 11.842.585.480.000 3.441.306 0,206 Quis+Leng+Ramb 21.376.160 16.288.947.680.000 4.035.957 0,178 Mande+Leng+Ramb 21.978.720 16.750.964.930.000 4.092.794 0,172 Quis+Mande+Leng+Ramb 19.123.450 13.103.634.730.000 3.619.894 0,189 Keterangan : Quis = Quisqualis Leng = Lengkeng Mande = Mandevilla Ramb = Rambutan Berdasarkan hasil perbandingan risiko pada keempat komoditas tanaman hias dan bibit tanaman buah yang dilakukan PT Istana Alam Dewi Tara, dapat disimpulkan bahwa diversifikasi empat komoditas dapat meminimalkan risiko 94 yang ada. Namun, diversifikasi tidak selalu dapat menekan risiko seperti diversifikasi dua komoditas quisqualis dengan mandevilla; mandevilla dengan rambutan; dan gabungan quisqualis dengan rambutan. Ketiga diversifikasi dua komoditas tersebut memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan mengusahakan satu komoditas. Dengan demikian, diversifikasi dua komoditas tersebut tidak dapat meminimalkan risiko. Namun, secara umum kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko pada kegiatan spesialisasi. Tetapi dengan melakukan diversifikasi tidak dapat menghilangkan risiko atau membuat risiko menjadi nol. Meskipun perusahaan telah melakukan diversifikasi empat komoditas, perusahaan tetap menghadapi risiko. Hal ini dapat dilihat pada hasil variance , standard deviation dan coefficient variation yang tidak sama dengan nol. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu usaha diharapkan bisa ditutupi dari usaha yang lainnya. Namun, diperlukan adanya strategi-strategi lain yang tepat untuk lebih dapat meminimalkan risiko produksi yang ada.

6.3 Strategi Pengelolaan Risiko Produksi di PT Istana Alam Dewi Tara