Hasil dan Pembahasan 3.1. Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder

88 juga mengandung azadirachtin, salalinin, meliantriol, nimbin dan nimbidin, mampu membunuh larva Aedes aegypty. 4 Senyawa terpenoid yang telah berhasil diisolasi dari tumbuhan mimba sebagai berikut, 6 β-Hydroxygedunin, odoratone, limocin, dan meliatetraolenone. 5-8 Dari beberapa penelitian yang telah dilaporkan, masih sangat sedikit laporan yang menjelaskan tentang aktivitas sitotoksik senyawa dari ekstrak daun mimba. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh informasi tentang aktivitas sitotoksik dari ekstrak daun mimba.

II. Metodologi Penelitian 2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi

Bahan-bahan yang digunakan adalah daun mimba sebagai sampel yang telah dikeringanginkan, metanol CH 3 OH, etil asetat C 4 H 8 O 2 , heksan C 6 H 14 , klorofom 5 CHCl 3 , asam klorida pekat HCl, logam magnesium Mg, besi III klorida FeCl 3 , anhidrida asetat, asam sulfat pekat H 2 SO 4 , pereaksi Mayer, akuades, alumunium foil, dan silika gel 60 0,063- 0,200 mm keluaran Merck, larva udang Artemia salina , air laut,dan dimetilsulfoksida DMSO. Alat yang digunakan adalah seperangkat alat distilasi, rotary evaporator Heidolph WB 2000, oven, kertas saring Whatman no.42, kolom kromatografi, peralatan gelas yang umum digunakan dalam laboratorium, chamber, plat KLT, lampu Ultraviolet  = 254 dan 356 nm, Fisher melting point apparatus, spektrofotometer Ultraviolet Secoman S1000 PC dan Fourier Transform Infra Red Perkin Elmer 1600 FTIR spectrometer. 2.2. Prosedur penelitian Bahan yang digunakan adalah daun mimba yang diambil di daerah Sulik Aia, Solok sebnyk 1,5 kg. Kemudian dikeringanginkan dan dihaluskan sehingga didapatkan sampel bubuk sebanyak 1 kg. Sampel bubuk tersebut direndam dengan menggunakan pelarut , n-heksan, etil asetat, dan metanol. Ekstrak yang didapat di uapkan dengan mengggunakan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak pekat. Selanjutnya pengerjaan dilanjutkan terhadap fraksi n-heksana fraksi aktif sitotoksik. Fraksi ekstrak pekat etil asetat dilanjutkan dengan kromatografi kolom dengan menggunakan fasa diam silika gel 60 0,063-0,200 mm dengan menggunakan eluen n-heksan dan etil asetat dengan menggunakan sistem Step Gradient Polarity SGP. Senyawa murni yang didapat diuji kemurnian dengan uji titik leleh dan dikarakterisasi dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard, FTIR Perkin Elmer 1600 series dan lampu UV  = 254 dan 356 nm. Selanjutnya dilakukan uji sitotoksik dengan menggunakan metode Brineshrimp Lethality Bioassay BSLT. 2.3 Uji Sitotoksik Salah satu cara untuk menapis kandungan senyawa aktif biologis dari tanaman adalah dengan menggunakan metoda “Brine Shrimps Lethality Bioassay”. Metoda ini pertama kali dilakukan oleh Meyer dkk 1982. Metoda ini dapat digunakan sebagai petunjuk untuk senyawa sitotoksik. 9 Hewan percobaan yang digunakan adalah larva udang Artemia salina Leach. Larva ini diperoleh dengan cara menetaskan telur udang selama 48 jam dalam wadah pembiakan. Persiapan sampel uji dibuat variasi konsentrasi 10, 100, 1000 mgmL tiap tiap fraksi. Kemudian ditambahkan 50 L DMSO dan 2 mL air laut. Hal yang sama juga dilakukan terhadap kontrol. Jumlah larva yang mati dihitung setelah 24 jam. Dari data tersebut dapat dihitung nilai LC 50 . 10

III. Hasil dan Pembahasan 3.1. Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder

Dari proses ekstraksi diperoleh ekstrak pekat n-heksana, etil asetat dan metanol seperti pada Tabel 1 Tabel 1. Hasil proses ekstraksi 89 3.2 Pemisahan dan pemurnian Hasil pemisahan dengan kromatografi kolom diperoleh satu senyawa dari fraksi yang terdapat pada vial 70-75. Senyawa yang terdapat pada vial 70-75 merupakan senyawa berbentuk kristal menjarum. Yang kemudian dimurnikan dan di reksristalisasi. Senyawa hasil isolasi dimonitor dengan Kromatografi Lapis Tipis dengan berbagai eluen yang menunjukkan bahwa senyawa telah murni dengan penampakan noda tunggal berwarna merah setelah ditambahkan reagen Lieberman Burchard. Berikut data KLT senyawa murni dengan nilai Rf dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Nilai Rf senyawa hasil isolasi Berdasarkan hasil KLT senyawa hasil isolasi dengan beberapa perbandingan eluen didapatkan noda tunggal, ini mengindikasikan bahwa senyawa yang diisolasi telah murni. Dari hasil pengujian titik leleh didapatkan titik leleh dari senyawa ini adalah sebesar 151,8 o C – 152,3 o C . Rentang titik leleh senyawa yang didapatkan adalah 0,5 o C ini mengindikasikan bahwa senyawa telah murni karena senyawa dapat dikatakan murni apabila titik lelehnya mempunyai rentang ± 2 o C 3.3 Karakterisasi Spektrum UV dari senyawa murni yang telah berhasil diisolasi memberikan serapan maksimum pada λ max : 204 nm ditunjukan pada gambar 1. Gambar 1. Spektrum Ultraviolet senyawa hasil isolasi Berdasarkan panjang gelombang yang dapat dilihat pada gambar, yaitu pada λ 204 nm menunjukkan bahwa adanya ikatan rangkap yang tidak berkonjugasi yang terdapat pada senyawa hasil pemurnian. Hasil pengukuran spektroskopi inframerah memperlihatkan beberapa pita serapan yang terlihat pada pada gambar 2. Gambar 2. Spektrum Inframerah senyawa hasil isolasi Pada spektrum memperlihatkan beberapa angka gelombang, yaitu angka gelombang 3480 cm -1 dengan pita melebar menunjukkan adanya vibrasi dari gugus O- H yang didukung oleh adanya serapan pada angka gelombang 1150 cm -1 yang menunjukkan vibrasi dari gugus C-O. Serapan pada angka gelombang 2960 cm -1 menunjukkan adanya vibrasi dari C-H alifatis. Serapan penting lainnya pada angka gelombang 1705 cm -1 menunjukkan adanya vibrasi gugus C=O. Geminal dimetil yang merupakan serapan khas senyawa golongan terpenoid ditunjukkan pada daerah 1370 dan 1480 cm -1 . 90 3.4 Hasil Uji Toksisitas dan LC 50 Fraksi MeOH, n-heksana dan fraksi EtOAc ekstrak daun mimba dilakukan uji toksisitasnya sebagai skrining awal adanya aktifitas sitotoksik dengan menggunakan metoda uji Brine Shrimps. Dari pegolahan data maka didapatkanlah nilai dari LC 50 tiap tiap fraksi, dapat dilihat pada tabel 3 Tabel 3. LC 50 dari fraksi n-heksan, EtOAc, dan MeOH Dari hasil perhitungan nilai LC 50 diketahui bahwa, ketiga fraksi yang diujikan yaitu fraksi MeOH, n-heksan dan EtOAc. Hanya fraksi EtOAc dan n-heksan yang memberikan respon yang aktif terhadap uji ini dengan nilai LC 50 yaitu 126,55 μgml dan 80,43 μgml. Berdasarkan literatur diketahui bahwa secara umum ekstrak tumbuhan yang memiliki nilai LC 50 1000 μgml termasuk aktif biologis dan farmakologis. kedua fraksi ini bersifat toksik karena memiliki nilai LC 50 1000 μgml 7,8 . Fraksi yang paling aktif sebagai sitotoksik dalam pengujian ini adalah fraksi n-heksana, sehingga frksi ini yang dilanjutkan pemisahannya sesuai dengan yang tercantum pada subbab 2.2 rosedur penelitian dengan nilai LC 50 = 179.43 μgml.

IV. Kesimpulan Fraksi n-heksana dari daun Azadirachta