Jurnal Kimia Unand ISSN No. 2303-3401, Volume 2 Nomor 3, Agustus 2013
16
F.  Persiapan inokulum  ragi  Saccharomyces cerevisiae
Ragi  Saccharomyces  cerevisiae  sebanyak  3 jarum  ose  diinokulasikan  dari  agar  miring
ke  dalam  medium  medium  Yeast  Peptone Dextrose  YPD  diinkubasi  pada  suhu
kamar  dengan  shaker  130  rpm  selama  48 jam.  Diambil  10  mL  kaldu  disentrifugasi
pada  4500  rpm  selama  5  menit.  Supernatan dituangkan,  pellet  ditambahkan  dengan  10
mL  akuades  steril,  disentrifugasi  dan supernatan  dituang.  Perlakuan  dengan
akuades  dilakukan  2  kali.  Pelet  yang diperoleh  ditambahkan  10  mL  buffer  sitrat
50  mM  pH  5,0  dan  digunakan  sebagai inokulum.
G. Variasi lama fermentasi pada SSF Sebanyak 0,7 gram bubuk ampas tebu, 1,0 g
ekstrak  ragi  dan  2.0  g  pepton  ditempatkan di masing-masing labu Erlenmeyer 250 mL,
buffer  sitrat  50  mM,  pH  5,0  ditambahkan untuk
membentuk suspensi
80 mL.
Kemudian diautoklaf pada 121
o
C selama 20 menit.  Setelah  dingin  pada  temperatur
kamar,  10  mL  dari  filtrat  kultur  Aspergillus niger
dan  10  mL  inokulum  S.  cerevisae
dimasukkan ke tiap erlenmeyer. Erlenmeyer diinkubasi  pada  suhu  kamar  dishaker  pada
110 rpm selama 2, 3, 4 dan 5 hari. Kemudian disentrifugasi  pada  4500  rpm  selama  10
menit  dan  supernatan  didestilasi.  Destilat disimpan  untuk  analisis  etanol  pada  gas
kromatografi.
8,13
H.  Pengaruh  Variasi  Jumlah  Ampas  Tebu Pada Fermentasi
Variasi  jumlah  substrat  ampas  tebu  yang digunakan  1,4,  2,1,  2,8,  3,5  dan  4,2  g.  Ke
dalam masing-masing substrat ditambahkan 1 g ekstrak ragi, 2 g pepton dan 80 ml buffer
sitrat
pH 5,0.
Setelah diautoklaf
ditambahkan  10  ml  ekstrak  kasar  enzim selulase  dan  10  ml  inokulum  ragi.
Fermentasi  dilakukan  selama  3  hari  pada suhu kamar  menggunakan shaker pada 110
rpm.  Konsentrasi  etanol  yang  dihasilkan diukur dengan kromatografi gas.
13
H.  Penentuan  Konsentrasi  Etanol  dengan
Kromatografi Gas
Konsentrasi  etanol  ditentukan  dengan menggunakan  Kromatografi  Gas  GC  2010
SHIMADZHU ,  dilengkapi  dengan  detektor
ionisasi  nyala  FID.  Digunakan  sebuah kolom  kromatografi  dengan  panjang  kolom
30  m  dan  diameter  0,25  mm.  Gas pembawanya  N
2
nitrogen  dengan  laju  alir 136,3  mL  menit  dan  tekanan          100  kPa.
Suhu  injektor,  suhu  kolom  dan  suhu detektor masing-masing 150, 60-240, 200
o
C. Volume  yang  disuntikkan  1  µl.  Identifikasi
dan kuantifikasi
didasarkan pada
perbandingan  langsung  kromatogram  gas dengan  standar  etanol.  Standar  etanol  yang
digunakan adalah etanol p.a 96 . III. Hasil dan Pembahasan
3.1
Pretreatment Ampas
Tebu dengan
Campuran NaOH dan NH
4
OH Pada  Gambar  1  dapat  dilihat  perbandingan
optimum  ialah  1  :  15  karena  sampel  bersisa paling
sedikit. Jika
volume larutan
dinaikkan,  yaitu  perbandingan  1  :  20,  berat sisa  ampas  tebu  mendekati  berat  sisa  pada
perbandingan 1 : 15.
Gambar 1. Kurva Pengaruh Konsentrasi
NH
4
OH terhadap berat sisa ampas tebu
Perbandingan  berat  ampas  tebu  dengan volume larutan perendam 1:10
Perbandingan  berat  ampas  tebu  dengan volume larutan perendam 1:15
Perbandingan  berat  ampas  tebu  dengan volume larutan perendam 1:20
Pada  perbandingan  volume  campuran  1:10 sampel  tidak  terendam  dengan  sempurna
sehingga  reaksi  antara  NaOH  dan  NH
4
OH dalam  melepaskan  lignin  tidak  sempurna,
dapat  dilihat  berat  sisa  sampel  ampas  tebu paling  banyak.  Pada  konsentrasi  NaOH  2
Jurnal Kimia Unand ISSN No. 2303-3401, Volume 2 Nomor 3, Agustus 2013
17
dan NH
4
OH 10 diperoleh berat sisa ampas tebu  paling  rendah.  Berat  sisa  ampas  tebu
yang diperoleh hampir mendekati berat sisa ampas  tebu  pada  perlakuan  dengan  NaOH
2 dan NH
4
OH 8 . Di sini tidak dilakukan lagi
peningkatan konsentrasi
NH
4
OH karena  jumlah  NH
4
OH  yang  digunakan sudah  mendapatkan  berat  sisa  ampas  tebu
yang mendekati konstan. 3.2 Hasil Aktifitas Enzim dengan Substrat CMC
CMC  yang  dipakai  sebanyak    0,1    dalam buffer  natrium  asetat    0,1  M  pH  5,0.
Konsentrasi glukosa ditentukan dengan cara memasukkan  nilai  absorban  yang  terukur
ke dalam persamaan regresi yang diperoleh dari  perhitungan  kurva  standar  glukosa.
Konsentrasi
glukosa yang
didapatkan adalah  130,24  ppm.  Aktifitas  enzim  yang
diperoleh dengan substrat CMC didapatkan 1,4471 unit.
3.3 Pengaruh Konsentrasi Substrat Ampas Tebu
Terhadap Konsentrasi Glukosa Pada  Gambar  2  dapat  diketahui  bahwa
semakin  banyak  ampas  tebu  maka  semakin tinggi  pula  konsentrasi  glukosa  yang
dihasilkan.  Konsentrasi  glukosa  optimum diperoleh  pada  jumlah  susbtrat  ampas  tebu
0,7 g yaitu 96,15 ppm. Hal ini terjadi karena selulosa yang terdapat pada substrat ampas
tebu  telah  habis  dihidrolisis  atau  enzim telah  mencapai  kecepatan  tetap  dan
kecepatan
reaksi mencapai
kondisi optimum.  Pada  jumlah  ampas  tebu  0,8  g
hingga  jumlah  1  g  terjadi  penurunan konsentrasi  glukosa  yang  dihasilkan.  Jika
konsentrasi  substrat  terlalu  tinggi  dapat menyebabkan
inhibisi unkompetitif
terhadap  enzim  yang  digunakan  sehingga kinerja  enzim  menurun  dan  konsentrasi
glukosa yang dihasilkan menurun.
Gambar  2.  Kurva  hubungan  jumlah  ampas
tebu terhadap
konsentrasi glukosa yang dihasilkan.
3.4  Pengaruh  Lama  Sakarifikasi  Terhadap Konsentrasi Glukosa
Dari  Tabel  1  dapat  dilihat  bahwa  lama sakarifikasi  optimum  terjadi  pada  waktu
sakarifikasi  75  menit,  konsentrasi  glukosa 98,49 ppm. Pada waktu sakarifikasi 45 menit
hingga  75  menit  konsentrasi  glukosa  yang dihasilkan mendekati konstan. Pada saat ini
terjadi kontak yang sempurna antara enzim dengan  substrat.  Namun  apabila  waktu
tersebut  dilanjutkan  lebih  dari  75  menit maka  konsentrasi  glukosa    yang  dihasilkan
mengalami
penurunan. Pada
lama sakarifikasi  90  menit  hingga  105  menit
dihasilkan konsentrasi
glukosa yang
semakin  menurun  yaitu  95,79  ppm  dan 72,17 ppm.
Tabel  1.  Hubungan  lama  sakarifikasi
terhadap konsentrasi
gula yang dihasilkan.
3.5  Pengaruh  Lama  Fermentasi  Terhadap Konsentrasi Etanol
Waktu  sakarifikasi  yang  terlalu  lama menyebabkan  kestabilan  dan  ketahanan
Waktu Sakarifikasi menit
Konsentrasi Glukosa ppm
30 96,15
45 97,23
60 97,77
75 98,49
90 95,79
105 72,17
Jurnal Kimia Unand ISSN No. 2303-3401, Volume 2 Nomor 3, Agustus 2013
18
enzim  menurun.  Pada  proses  ini  enzim selulase
yang digunakan
merupakan ekstrak  selulase  kasar  sehingga  daya  tahan
enzim  cepat  menurun  pada  suhu  kamar, yang  menyebabkan  konsentrasi  glukosa
rendah. Dari  Gambar  3  dapat  dilihat  bahwa  etanol
terbentuk pada lama fermentasi lebih dari 2 hari  karena  pada  lama  fermentasi  2-3  hari
fase  pertumbuhan  mikroba  berada  pada fase  eksponensial.  Pada  lama  fermentasi  2
hari, etanol belum terbentuk sehingga tidak terdeteksi  dengan  alat  GC.  Hal  ini
disebabkan  karena  Saccharomyces  cerevisiae membutuhkan  waktu  yang  lama  untuk
beradaptasi
dengan medium
yang mengandung ampas tebu dan ekstrak kasar
enzim selulase. Pada lama fermentasi 3 hari konsentrasi  etanol  yang  diperoleh  0,23
Glukosa  dalam  medium  selain  digunakan untuk  produksi  etanol,  juga  dimanfaatkan
oleh
khamir untuk
pertumbuhannya. Konsentrasi  glukosa  yang  rendah  dalam
medium  akan  mengakibatkan  rendahnya konsentrasi
etanol yang
dihasilkan. Selanjutnya pada lama fermentasi 4 hari dan
5  hari,  konsentrasi  etanol  yang  dihasilkan semakin  menurun.  Pada  lama  fermentasi  4
hingga  5  hari  ini  pertumbuhan  mikroba telah  mencapai  fase  stationer  hingga  fase
death  sehingga  konsentrasi  etanol  yang dihasilkan sangat sedikit.
Gambar 3.
Kurva hubungan
lama fermentasi
terhadap konsentrasi  etanol  yang
dihasilkan. 3.5  Pengaruh  Jumlah  Ampas  Tebu  Terhadap
Konsentrasi Etanol
Gambar  4.  Kurva  konsentrasi  etanol  yang
dihasilkan  bedasarkan  variasi jumlah ampas tebu.
Pada  Gambar  4  dapat  diketahui  bahwa jumlah  substrat  ampas  tebu  sebanyak  3,5  g
menghasilkan  konsentrasi  etanol  yang optimum  yaitu  2,11  disebabkan  jumlah
nutrisi  dan  glukosa  yang  tersedia  sesuai dengan  jumlah  mikroba  yang  digunakan
sehingga  mikroba  bekerja  dengan  baik untuk  mengubah  glukosa  menjadi  etanol.
Pada  jumlah  ampas  tebu  4,2  g  konsentrasi bioetanol  yang  didapatkan  menurun  yaitu
0,25. IV. Kesimpulan
Dari  penelitian  yang  telah  dilakukan  maka dapat  disimpulkan  bahwa  pretreatment
optimum  untuk  melepaskan  lignin  adalah pada konsentrasi NaOH 2  dan NH
4
OH 10 dengan  perbandingan  berat  ampas  tebu
dan  volume larutan
perendam  1:15 .
Aktifitas  enzim  selulase  dari  Aspergillus niger
dengan  substrat  CMC  0,1    adalah 1,4471  unit.  Konsentrasi  glukosa  optimum
didapatkan  98,49  ppm  pada  jumlah  ampas tebu  0,7  g  dan  lama  sakarifikasi  75  menit.
Dengan metoda SSF didapatkan konsentrasi etanol  maksimum  2,11    dengan  lama
fermentasi 3 hari. V. Ucapan terima kasih
Penulis  mengucapkan  terima  kasih  kepada analis  Laboratorium  Bioteknologi  Jurusan
Kimia FMIPA Unand.
Jurnal Kimia Unand ISSN No. 2303-3401, Volume 2 Nomor 3, Agustus 2013
19
Referensi 1.  Howard, R. L. A, E., Resburg, J. V. E. L.,
Howard, S.,
2003, Lignicellulose