Jurnal Kimia Unand ISSN No. 2303-3401, Volume 2 Nomor 3, Agustus 2013
20
PENYERAPAN ION Cd II DAN Zn II  DALAM AIR LIMBAH MENGGUNAKAN KULIT JENGKOL
Pithecellobium jiringa  Prain.
Putri Isnaini, Rahmiana Zein, dan Edison Munaf
Laboratorium Kimia Analitik Lingkungan Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas e-mail: pisnaini2yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
The sorption ability of Pithecellobium jiringa  Prain. shell has been investigated for removal  CdII and  ZnII  ions.  Effect  of  pH,  initial  concentration  of  metal  solution,  contact  time,  biosorbent
dosage, and agitation rate have been studied for investigating optimal conditions of biosorption process based on batch experiment. The optimal condition for removal CdII ion was achieved at
pH  5  within  15  minutes  and  0,1  g  of  biosorbent  dosage  at  agitation  rate  of  150  rpm  in  initial concentration  of  3000  mgL.  Meanwhile  the  optimal  condition  for  sorption  of  ZnII  was
achieved at pH 4 within 90 minutes and 0,1 g of biosorbent dosage at agitation rate of 100 rpm in initial concentration 2000 mgL. The optimal conditions have been applied in  sample of Batang
Arau  River of Padang city and removal efficiency of metals achieved for CdII and ZnII ions were  94,29    and  74,37,  respectively  with  metal  uptake  0,3922  mgg  and  0,1144  mgg,
respectively.  The analysis of FT-IR spectra indicated the possible functional groups involved in sorption process of metals were hydroxil, carboxyl, sulfonyl. Freundlich and Langmuir isotherm
have  been  studied  and  good  correlation  was  obtained  from  L
angmuir  isotherm  with  value  ≥ 0,976.  The  maximum  capacity  of  Cd  II  and  ZnII  ions  with  Pithecellobium  jiringa    Prain.  shell
determined from Langmuir isotherm were found to be 20,32 mgg and 16,67 mgg, respectively. Keywords: Biosorption, CdII, ZnII, Pithecellobium jiringa shell, adsorption isothem.
I. Pendahuluan
Polusi lingkungan oleh logam berat menjadi suatu problem yang sangat serius di berbagai
negara terutama
daerah berkawasan
industri.  Logam  berat  masuk  ke  dalam lingkungan  melalui  limbah  cair  dari  proses
industri seperti
elektroplating, pabrik
plastik,  pertambangan,  proses  metalurgi dan  berbagai  proses  industri  lainnya.
Beberapa  logam  berat  menjadi  penting untuk  tubuh  sebagai  mikronutrisi  seperti
tembaga,  seng,  selenium,  mangan,  kobalt dan  lain-lain,  namun  kebanyakan  mereka
adalah  berbahaya  dalam  konsentrasi  yang tinggi
karena bisa
menjadi beracun.
Sehingga  logam  berat  dengan  tingkat keracunannya
yang tinggi
menjadi perhatian besar karena membahayakan bagi
kesehatan  manusia  dan  kelangsungan makhuk hidup di lingkungan.
Logam  berat  tidak  dapat  terdegradasi menjadi  produk  yang  tidak  berbahaya
sehingga  telah  dikembangkan  beberapa teknologi  untuk  penghilangan  logam  berat
dalam  air  yang  terkontaminasi  seperti presipitasi,  filtrasi  membran,  ion-exchange,
adsorpsi
serta ko-presipitasi.
Namun metoda
tersebut memiliki
beberapa kekurangan  seperti  penghilangan  logam
yang  tidak  komplit,  peralatan  yang  mahal,
Jurnal Kimia Unand ISSN No. 2303-3401, Volume 2 Nomor 3, Agustus 2013
21
dan  perlunya  monitoring  systems.  Kerugian besar  lainnya  dari  metode  konvensional  ini
adalah  produksi  endapan  kimia  yang beracun  dan  pengolahan  limbah  menjadi
tidak  ramah  lingkungan.  Oleh  karena  itu pentingnya  sebuah  alternatif  penyerapan
logam berat dengan biaya yang lebih murah dan ramah lingkungan.
Biosorpsi merupakan metoda yang menarik perhatian  peneliti  karena  menggunakan
material alternatif dengan biaya yang sangat murah,
ketersediannya mudah,
dan adsorban  yang  sangat  efektif.  Biomaterial
yang telah digunakan untuk penyerapan ion CdII dan ZnII diantaranya adalah perlit,
1
lumut Musci,
2
kulit salak,
3
tangkai jagung,
4
dan sampah pertanian lainnya. Kadmium  merupakan  salah  satu  logam
berat,  bersifat  racun  dengan  tingkat  yang tinggi  bagi  manusia,  tanaman,  dan  hewan.
Logam ini menjadi perhatian khusus karena tidak dapat didegradasi. Jalur antropogenik
utama  yang  dilalui  kadmium  sehingga masuk ke dalam lingkungan adalah  melalui
limbah
dari proses
industri seperti
elektroplating, peleburan,
manufaktur paduan,  pigmen,  plastik,  pupuk,  pestisida,
pertambangan, pabrik
tekstil dan
penyulingan.
5
Zinc  tersedia  dalam  berbagai  bentuk, termasuk  debu,  foil,  butiran,  bubuk,
potongan,  bubuk  nanosize  diaktifkan, ditembak, dan bentuk berlumut. Ditemukan
di  blende  mineral  seng  sfalerit  ZnS, calamine
ZnO, franklinite
, smithsonite
ZnCO
3
,  willemite  Zn
2
SiO
4
,  dan  zincite ZnO.  Para  produsen  terbesar  adalah
Australia,  Kanada,  Peru  dan  Amerika Serikat. Produksi tahunan sekitar 5 juta ton.
7
Pada  penyerapan  ion  ZnII  menggunakan abu
sabut kelapa,
penyerapannya meningkat  dengan  meningkatnya  pH,
waktu  kontak,  dan  konsentrasi  awal  ion ZnII.
8
Sementara  dengan  menggunakan biosorben
lumpur teraktivasi
kering, dilakukan analisis  FT-IR, dan menunjukkan
bahwa  gugus  fungsi  amina  paling  utama terlibat  selama  penyerapan  ion  ZnII  dan
sebagian gugus fungsi hidroksida.
9
Kulit  jengkol  merupakan  sampah  pertanian yang  bisa  dijadikan  sebagai  biosorben
dengan  biaya  yang  sangat  murah.  Kulit keras  jengkol  sampai  saat  ini  masih
merupakan
limbah yang
tidak termanfaatkan  dan  tidak  mempunyai  nilai
ekonomi, padahal
kulit jengkol
mengandung  beberapa  senyawa-senyawa aktif  seperti  alkaloid,  flavonoid,  glikosida
antrakinon,  tannin,  triterpenoidsteroid, dan saponin.
10
II. Metodologi Penelitian 2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi