Pendahuluan Pencemaran SINTESIS DAN KARAKTERISASI TiO

1 KULIT JENGKOL Pithecellobium jiringa Prain. SEBAGAI BIOSORBEN UNTUK PENYERAPAN ION LOGAM PbII DAN CuII DARI AIR LIMBAH Uzami Hamzah, Rahmiana Zein, dan Edison Munaf Laboratorium Kimia Analisis Lingkungan Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas e-mail: uzamihamzahrocketmail.com Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163 Abstract The ability of Pithecellobium jiringa Prain shells, a typical Indonesia agricultural by product, for removing of PbII and CuII ions has been studied. The effects of pH, initial metal ion concentration, contact time, adsorbent dosage, and agitation speed were investigated in batch experiments. The metal ions concentration was analyzed by Atomic Absorption Spectrophotometry AAS method. The optimum adsorption conditions of PbII onto Pithecellobium jiringa Prain shells was occurred at pH 3, concentration 4000 mgL, 30 min contact time, 0.1 g adsorbent dosage, and 30 rpm agitation speed, whereas for CuII was occurred at pH 5, 3000 mgL CuII concentration, 90 min contact time, 0.3 g weight of biosorbent, and 30 rpm agitation speed. The functional groups on biosorbent was characterized by Fourier Transformation Infra Red FTIR. The equilibrium adsorption data under range concentration studied was analyzed by Langmuir and Freundlich isotherm models. Adsorption of both ions onto Pithecellobium jiringa Prain shells was fitted well with Langmuir isotherm model and was found adsorption capacity for PbII and CuII ions was 36.36 mgg and 14.73 mgg, respectively. The present work was applied for removing PbII and CuII ions contained in Batang Arau river, Padang and obtained adsorption capacity 0.48 mgg and 0.17 mgg with adsorption efficiency 72,28 and 95.52 for PbII and CuII ion, respectively. Keywords: Pithecellobium jiringa Prain shells, PbII Ion, CuII Ion, Isotherm

I. Pendahuluan Pencemaran

lingkungan air yang disebabkan oleh logam berat menjadi salah satu perhatian khusus dunia. Logam berat dapat masuk ke lingkungan air baik dari aktivitas industri maupun nonindustri. Tidak seperti polutan organik, polutan ini membutuhkan waktu yang lama untuk terdegradasi di lingkungan. Keberadaannya pada level yang tinggi di lingkungan air berbahaya bagi tumbuhan, hewan, dan khususnya bagi kesehatan manusia. Logam timbal Pb dan tembaga Cu termasuk ke dalam logam berat dengan kategori toksik dengan berat jenis lebih dari 5,0 gcm 3 . 1 Logam timbal Pb digunakan secara luas pada berbagai aplikasi diantaranya pertambangan, elektroplating logam, antropogenik, dan industri lainnya. Beberapa industri seperti pewarnaan, kertas, minyak, industri pelapisan melepaskan sejumlah tembaga yang tidak diharapkan. 2 Beberapa metoda seperti pengendapan kimia, filtrasi, pertukaran ion, teknologi membran, dan lain sebagainya telah dilakukan untuk menyerap logam berat. Namun, proses ini kurang efektif terutama untuk logam berat dengan kadar 1 sampai 100 ppm. 3 Salah satu alternatif untuk mengatasi cemaran logam berat ini 2 digunakan biosorpsi logam berat dengan memanfaatkan limbah pertanian. Disamping karena biayanya murah, pemanfaatan limbah pertanian sebagai biosorben juga bertujuan untuk mengurangi sampah organik. Biosorben yang berasal dari limbah pertanian telah dilaporkan efektif untuk menghilangkan cemaran logam berat. Kulit buah manggis, 4 serbuk gergaji, 5 kulit salak, 6 daun zaitun, 7 kulit kacang almond dan kenari, 8 serta limbah pertanian lainnya telah digunakan sebagai biosorben. Indonesia menghasilkan limbah pertanian dalam jumlah besar tiap tahunnya. Sebagian besar dari limbah tersebut dibiarkan membusuk dengan sendirinya sehingga menimbulkan masalah estetika, baik di air, di tanah, maupun di udara. Jengkol Pithecellobium jiringa Prain merupakan tanaman yang sudah sejak lama ditanam di Indonesia. Sejauh ini pemanfaatan jengkol terbatas pada penggunaan bijinya sebagai bahan makanan, sementara kulitnya dibuang sebagai sampah. Sejauh ini kulit jengkol baru dimanfaatkan sebagai bioherbisida dan biolarvasida. 9 Padahal dalam kulit jengkol terkandung alkaloid, flavonoid, glikosida antrakinon, tannin, triterpenoidsteroid, dan saponin. 10 yang berpotensi sebagai bahan untuk menyerap logam berat. Maka pada penelitian ini dipelajari kemampuan kulit jengkol sebagai bahan penyerap ion logam PbII dan CuII.

II. Metodologi Penelitian 2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi