PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk DAN ENTITAS ANAKAND SUBSIDIARIES
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2013 DAN 2012 Dinyatakan dalam miliaran Rupiah,
kecuali dinyatakan lain
NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS
31 DECEMBER 2013 AND 2012
Expressed in billions of Rupiah, unless otherwise stated
Halaman - 112 - Page
38. PERJANJIAN, KOMITMEN DAN LIABILITAS KONTINJENSI YANG SIGNIFIKAN lanjutan
38. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES continued
PERJANJIAN DAN KOMITMEN lanjutan AGREEMENTS AND COMMITMENTS
continued
h. Rencana pengeluaran saham baru PT Astra Sedaya Finance “ASF”
h. Plan of issuance of new shares of PT Astra Sedaya Finance “ASF”
Pada bulan Juni 2013, Perseroan, PT Garda Era Sedaya, PT Sedaya Multi Investama dan
ASF, entitas
anak Perseroan,
menandatangani perjanjian dengan PT Bank Permata Tbk “BP”, pengendalian bersama
entitas, yang
memuat kesepakatan
pengeluaran 237.609.989 lembar saham baru ASF kepada BP atau setara dengan sekitar
25 dari modal disetor ASF setelah pengeluaran saham baru tersebut dilakukan.
In June 2013, the Company, PT Garda Era Sedaya, PT Sedaya Multi Investama and
ASF, the Company’s subsidiaries, signed an agreement with PT Bank Permata Tbk
“BP”, a jointly controlled entity, to issue 237,609,989 new shares of ASF to BP or
equal to around 25 of the issued capital of ASF after issuance of such new shares.
Pengeluaran saham baru tersebut hanya akan
dilaksanakan setelah
dipenuhinya beberapa persyaratan pendahuluan.
The issuance of the new shares will only be implemented upon the satisfaction of
certain conditions precedent.
LIABILITAS KONTIJENSI CONTINGENCIES
i. Tuntutan PT Era Giat Prima i.
PT Era Giat Prima Claim
Dua perkara yang terkait dengan dana sebesar Rp 546 miliar, yang sebelumnya ditempatkan
dalam rekening escrow oleh PT Bank Permata Tbk “BP”, telah melalui proses peninjauan
kembali di Mahkamah Agung, masing-masing untuk perkara perdata dan perkara pidana.
Two cases relating to funds amounting to Rp 546 billion, which were formerly held in
escrow account by PT Bank Permata Tbk “BP”, have been subject to judicial review in
the Supreme Court, separately in the Civil and Criminal Divisions.
Pada bulan September 1999, PT Era Giat Prima “EGP” mengajukan gugatan perdata
terhadap BP, mengklaim BP telah melakukan wanprestasi perjanjian yang terkait dengan
Bank Dagang Negara Indonesia dan Bank Umum Nasional “Perjanjian Cessie” dan juga
mengklaim kepemilikan atas dana tersebut. In September 1999, PT Era Giat Prima
“EGP” filed a lawsuit in the civil courts against BP, alleging breach of an agreement
in respect of Bank Dagang Negara Indonesia and Bank Umum Nasional the “Cessie
Agreement” and asserting ownership over these funds.
Perjanjian Cessie tersebut telah dibatalkan oleh Badan
Penyehatan Perbankan
Nasional “BPPN” berdasarkan Surat Keputusan BPPN
No. 423BPPN1099 tanggal 15 Oktober 1999, sehingga gugatan tersebut tidak mempunyai
dasar hukum. The Cessie Agreement had been cancelled
by the Indonesian Bank Restructuring Agency “IBRA” based on Decision Letter
IBRA No. 423BPPN1099 dated 15 October 1999, and the lawsuit was therefore without
merit.
i PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk
DAN ENTITAS ANAKAND SUBSIDIARIES CATATAN ATAS
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012
Dinyatakan dalam miliaran Rupiah, kecuali dinyatakan lain
NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS
31 DECEMBER 2013 AND 2012
Expressed in billions of Rupiah, unless otherwise stated
Halaman - 113 - Page
38. PERJANJIAN, KOMITMEN DAN LIABILITAS KONTINJENSI YANG SIGNIFIKAN lanjutan
38. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES continued
LIABILITAS KONTIJENSI lanjutan CONTINGENCIES continued
i. Tuntutan PT Era Giat Prima lanjutan i.
PT Era Giat Prima Claim continued
Posisi tersebut
diperkuat oleh
putusan peninjauan kembali Mahkamah Agung untuk
perkara Tata Usaha Negara pada bulan Oktober 2004 yang menyatakan bahwa BPPN
berwenang untuk membatalkan Perjanjian Cessie tersebut. Pada bulan Mei 2007,
Mahkamah
Agung telah
mengeluarkan putusannya
atas perkara
perdata yang
memenangkan BP dan menyatakan bahwa BP adalah pemilik dana tersebut.
This position was supported by a Supreme Court administrative judicial review in
October 2004, which ruled that IBRA had the authority to cancel the Cessie Agreement.
The Civil Case Supreme Court concluded in May 2007 in favour of BP and confirmed
BPs entitlement to the funds.
Secara terpisah, pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia menuntut Joko Tjandra, direktur EGP
pada saat itu, dalam pengadilan pidana, sehubungan dengan dana disebut di atas,
dimana dana tersebut merupakan salah satu bukti dalam tuntutan pidana. Pada bulan Juni
2009,
Mahkamah Agung
mengeluarkan putusannya atas perkara pidana ini yang
menyatakan Joko Tjandra terbukti bersalah dan memerintahkan dana dalam escrow account
harus dikembalikan ke Kas Negara. Hal ini telah dilakukan pada bulan Juni 2009.
Separately, in 1999, the Government of Indonesia filed a lawsuit in the criminal courts
against Joko Tjandra, a director of EGP at that time, in connection with the above-
mentioned funds, in which the funds formed part of the evidence in the lawsuit. The
Criminal Case Supreme Court concluded the criminal case in June 2009 which stated
Joko Tjandra was proven guilty and directed the funds in the escrow account be paid
over to the State Treasury. This was done in June 2009.
Berdasarkan putusan-putusan
Mahkamah Agung atas perkara perdata dan tata usaha
negara, manajemen BP berkeyakinan bahwa dana tersebut adalah sah milik BP dan saat ini
telah mengambil
tindakan-tindakan yang
bertujuan untuk pengembalian dana tersebut. Based on the decisions of the Civil and
Administrative Divisions of the Supreme Court, BPs management is of the opinion
that these funds are legally the property of BP and steps are currently being taken to
pursue return of the funds.
j. Gugatan Lembaga Swadaya Masyarakat
“LSM” j.
Claim from
a Non
Government Organisation “NGO”
Pada tahun 2008, PT Mamuang “MMG”, entitas anak tidak langsung, digugat oleh LSM
Perkumpulan Kelompok Pemberdayaan Tani dan Nelayan Pesisir Pantai Kabupaten
Mamuju Utara yang mengklaim tanah milik MMG. Pengadilan Negeri Mamuju - Sulawesi
Barat memutuskan bahwa MMG harus membayar ganti rugi sebesar Rp 61 miliar,
putusan ini diperkuat oleh Pengadilan Tinggi. In 2008, PT Mamuang “MMG”, an indirect
subsidiary, was
sued by
a NGO
“Perkumpulan Kelompok Pemberdayaan Tani dan Nelayan Pesisir Pantai Kabupaten
Mamuju Utara” claiming ownership of land rights owned by MMG. The District Court of
Mamuju - West Sulawesi ruled that MMG should pay compensation of Rp 61 billion,
which decision was upheld by the High Court.