143
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
dasarnya baik bank syariah X maupun koperasi Y menyadari masing-masing pihak memiliki
tanggung jawab untuk menjaga dan mengelola dana. Amanah bagi kedua pihak adalah terbatas
pada bagaimana menjaga agar tidak terjadi kerugiaan atau sebaliknya bagaimana agar
dapat menghasilkan keuntungan sedangkan bagi koperasi Y menjaga amanah dilakukan
agar memiliki kredibilitas yang baik di mata bank syariah X dengan harapan bisa men-
dapatkan kemudahan dalam mendapatkan tambahan modal kerja. Bagi bank, menjaga
amanah dilakukan untuk memberikan kepuasan bagi nasabah, dapat menutup operational cost
bank, dan tujuan-tujuan lain yang masih terbatas pada tataran material. Ketika dising-
gung lebih jauh mengenai tidak amanahnya pelaksanaan mudharabah sehingga rentan
dengan kerugian yang harus ditanggung oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam
kontrak termasuk deposan, berikut pernyataan Pimpinan Bank Syariah X:
...Kebersihan usaha termasuk komitmen kami. Bank syariah X tidak munafik
menjadikan laba sebagai salah satu tujuan dan penilaian kinerja baik bagi kami
maupun nasabah pembiayaan. Perhatian terhadap zakat, infaq dan shodaqoh juga
memiliki prioritas yang tidak kalah pen- ting seperti laba. Anda tau sendiri untuk
mengeluarkan zakat dituntut kebersihan dan anda juga tahu kami harus memegang
amanah dana pihak ketiga dengan mengelola dalam koridar kebersihan dan
menghasilkan laba yang optimal. Itu adalah amanah bagi kami. Kami wujud-
kan semua itu dalam kontrak kerja yang efektif dan terjaga pengawasan pelak-
sanaannya.
Dari pernyataan di atas menyiratkan Pim- panan Bank Syariah X menjamin kebersihan
usaha dari unsur-unsur yang menjauhkan dari nilai syariah. Fenomena menggambarkan
kondisi yang jauh berbeda dengan yang diutarakan oleh Pimpinan bank syariah X.
Sementara itu AO bank syariah memberika pendapat berbeda dengan AM bank syariah
sebagai berikut:
Kami sudah mengamanahkan dana untuk proyek-proyek sesuai dengan kesepakatan
dalam kontrak. Bahkan sudah tercantum dibawah perlindungan hukum dimana bila
diselewengkan untuk proyek lain maka hukum yang akan berbicara. Sehingga kalau akhirnya
dipergunakan untuk usaha lain ya yang me- nanggung dosa bukan kami melainkan nasabah.
Bagaimanapun keamanan dana nasabah penabung adalah utama dan memberikan
distribusi yang layak bagi mereka juga adalah prioritas utama.
Bank syariah menggunakan atribut “kemanan dana pihak ketiga” melakukan
kebijakan untuk kepentingannya sendiri dengan membiarkan terjadinya penyelewengan dana
beserta laporan keuangannya. Koperasi Y menggunakan dengan alasan mencegah
kebangkrutan berlaku untuk kepentingannya sendiri mengalihkan dana ke produk yang tidak
sesuai dengan kesepakatan dan membuat laporan keuangan palsu. Meskipun proses tidak
sesuai dengan nilai syariah tidak menjadi masalah karena prioritas utama adalah
keselamatan dana dan keuntungan.
Dari uraian di atas dikaitkan dengan dua pernyataan yang dilontarkan bank syariah X dan
koperasi Y terlihat bahwa kedua belah pihak masih menganggap amanah sebatas mengelola
dana secara bertanggung jawab dan profesional untuk memberikan return yang positif bagi
dana pihak ketiga dan menutupi operasional bank. Koperasi Y mengelola dana untuk
proyek-proyek yang sesuai dengan kesepakatan dan berharap dengan bekerja secara profesional
serta bertanggung jawab memberikan nilai positif sehingga memudahkan pengajuan
pembiayaan berikutnya. Pemahaman kedua belah pihak diatas melalui pernyataan yang
144
PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
bersifat “spontan” memberikan gambaran pemahaman yang belum matang tentang esensi
amanah sesungguhnya bahwa profesionalisme dan tanggung jawab shahib al-maal tidak saja
untuk menjalankan amanah deposan atau kejujuran mudharib melainkan lebih dari itu
adalah menjaga amanah yang diberikan oleh substansi tertinggi yaitu Tuhan. Kurangnya
kesadaran akan nilai amanah secara kaffah adalah benih pertama resiko berlaku tidak
amanah. Benih ini dapat tumbuh dan hidup menjadi ketidak jujuran, kecurangan,
manipulasi data, tidak adil dan khianat. Inilah yang disebut sebagai agency problem yaitu
ketika pihak-pihak yang terikat dalam kontrak bertindak tidak untuk kepentingan bersama
melainkan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Beranjak dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan masalah yang menyebabkan
agency problem pada kontrak mudharabah
antara bank syariah X dan koperasi Y adalah sikap “fobia” bank syariah X terhadap resiko
kecurangan koperasi Y yang menimbulkan sikap tidak percaya dan prasangka buruk
membuahkan sistem yang menekan koperasi Y dan mengakibatkan aplikasi mudharabah
menjauhi nilai syariah. Dari nisbah bagi hasil yang terlalu tinggi sampai dengan “pem-
bersihan diri” bank syariah X dari semua unsur biaya yang timbul dari aktivitas operasional
maupun non operasional usaha. Oleh karena itu, metafora amanah menyelesaikan masalah
ini dengan mengembalikannya pada hakikat diri manusia untuk bersikap “menjadi amanah”
melalui nilai-nilai yang dibawa oleh metafora amanah secara tersirat maupun konkrit dalam
bentuk sistem yang lebih mendorong untuk bersikap amanah dan adil.
3.4 Nilai - nilai Metafora Amanah : Menga- tasi Agency Problem Dalam Konteks
Normatif Di bawah ini alasan logis metafora
amanah dapat mereduksi agency problem pada mudharabah yaitu:
1. Metafora amanah yang diturunkan dalam metafora zakat dan infaq melunturkan
nilai-nilai materialisme, individualisme, dan hedonisme yang melekat pada agency
theory
sebagai salah satu ilmu yang lahir dari paradigma positivisme. Metafora
amanah memberikan nuansa yang humanis dan religius melalui pengenalan fungsi dan
tanggung jawab sebagai bentuk amanah kepada Substansi yang Paling Tinggi yaitu
Tuhan. Pendelegasian wewenang pada entitas bisnis dan kontrak kerjasama dalam
bentuk kemitraan dalam metafora amanah merupakan sarana untuk mengelola dan
mendistribusikan harta atas nama Tuhan sebagai pemberi amanah. Pemahaman ini
memberikan kepuasan tidak saja bagi prin- cipal
dan agent melainkan juga pihak lain.Tujuan dari metafora amanah adalah
menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Berikut komentar Ketua I Koperasi Y
sebagai agent atau mudharib menyikapi metafora amanah:
Saya sangat setuju dengan misi yang dibawa metafora amanah. Baru kali ini
saya sadar bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi. Memang
betul harta bukan mutlak milik kita sendiri tetapi sekedar amanah dari Tuhan
untuk kita jaga dan kelola....
Hal senada dilontarkan pula oleh AO bank Syariah X yang dalam hal ini berperan
sebagai shahib al-maal, yaitu: Apapun peranan yang diberikan Alloh
adalah amanah. Sebagai karyawan bank, anak, suami, ayah, teman dan sebagainya
merupakan amanah. Metafora amanah membawa imaginasi kita untuk berperan
sebagai manajer Alloh dan sebagai manajer-Nya semua yang kita lakukan
selalu dimintai pertanggung jawaban. Pernyataan diatas lahir dari dua pihak yang
memiliki peranan berbeda, shahib al-maal
145
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
dan mudharib, akan tetapi memiliki perspektif yang hampir sama tentang harta,
tanggung jawab, dan amanah. Dua pihak yang dalam agency theory diposisikan
sebagai pihak yang selalu bertentangan dalam hal kepentingan dan tujuan yang
diakibatkan oleh motivasi materi, oleh metafora amanah didudukan dalam posisi
yang sama yaitu sebagai manajer Tuhan meski dalam bentuk peranan yang berbeda.
Masing-masing memiliki amanah untuk menjalankan fungsi dan tugasnya dengan
Tuhan sebagai pemimpinnya sehingga cara berpikir dan bertindak tidak pernah putus
dari PenglihatanNya dan PendengaranNya. Nilai terpenting adalah kesadaran untuk
tunduk dan pasrah kepada Tuhan. Konsekuensinya baik berpikir maupun
bertindak dioperasikan di atas hamparan nilai-nilai etika bisnis yang dalam hal ini
etika bisnis Islam. Menjaga kehormatan dirinya dihadapan Tuhan dengan mem-
berikan yang terbaik melalui “dapat dipercaya” hanya lahir dari kejujuran.
Dengan kata lain, kinerjanya dinilai tidak lagi oleh sistem yang dibangun manusia
melainkan dinilai secara langsung saat itu juga oleh sistem yang dibangun Tuhan
melalui ruh, akal dan hati nurani. Metafora amanah dibangun melalui sebuah sistem
menyalurkan transformasi positif kepada masing-masing diri untuk tidak berlaku
curang tetapi jujur, untuk menjaga komitmen dan tidak ingkar janji serta setia
dengan akad kerjasama dan tidak mengkhianati. Proses ini secara langsung
akan mengurangi agency problem yang secara otomatis mengurangi agency cost.
2. Metafora amanah mengandung nilai spiri- tual, sosial dan material dalam perspektif
zakat. Zakat dan infaq merupakan dua sejoli yang memiliki persamaan tujuan
hanya berbeda dalam ranah hukum. Zakat hukumnya adalah wajib dengan aturan
yang paten mengenai obyek zakat, nishab dan haul sementara infaq hukumnya sunah
akan tetapi pada kondisi tertentu akan menjadi wajib. Infaq jumlahnya bersifat
sukarela sehingga lebih dinamis dan fleksibel, namun baik zakat maupun infaq
memiliki tujuan yang sama. Tujuan Islam mewajibkan zakat dan sangat mengan-
jurkan untuk berinfaq tidak hanya sebatas mengeluarkan dan mengumpulkan harta
untuk sekumpulan komunitas yang fakir dan miskin atau untuk meningkatkan
jumlah kas pada baitul maal melainkan lebih dari itu zakat infaq menghapus sifat
hedonisme dan mendudukkan manusia lebih berharga nilainya daripada harta serta
tidak diperbudak oleh harta. Apabila manusia sudah menjadi tuannya harta maka
harta bukan sebagai tujuan utama melainkan hanya alat, media atau jalan
untuk mengabdi kepada Tuhan sehingga kecurangan, manipulasi data dan peng-
khianatan terhadap janji tidak memiliki tempat sama sekali. Zakat adalah “for-
mula” menyembuhkan tamak dan rakus terhadap harta sebagai sumber kecurangan
dan pengkhianatan. Berikut penjelasan Qardhawi 1986 mengenai harta dalam
perspektif zakat: Zakat dari segi lain, merupakan suatu
peringatan terhadap hati akan kewa- jibannya kepada akhirat serta merupakan
obat,
agar hati jangan tenggelam kepada kecintaan akan harta dan kepada dunia
secara berlebih-lebihan. Karena sesung- guhnya tenggelam kepada kecintaan dunia,
sebagimana dikemukakan oleh ar-Razi, dapat memalingkan jiwa dari kecintaan
kepada Allah dan ketakutan kepada akhirat. Dengan adanya syariat memerintahkan
pemilik harta untuk mengeluarkan seba- gian harta dari tangannya, maka diharapkan
pengetahuan itu dapat menahan kecintaan yang berlebih-lebihan terhadap harta,
146
PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
menahan agar jiwa tidak dikuasainya dan memberikan peringatan bahwa keba-
hagiaan hidup itu tidaklah akan tercapai dengan penundukan jiwa terhadap harta,
akan tetapi justru kebahagiaan itu bisa dicapai dengan menginfakkan harta, demi
rangka mencari ridha Allah. Maka kewa- jiban zakat itu merupakan obat yang pantas
dan tepat dalam rangka mengobati hati agar tidak cinta dunia secara berlebih-lebihan
pp.858. Zakat memiliki pandangan tersendiri
terhadap harta sehingga apabila zakat diaplikasikan secara konkrit menjadi
sebuah simbol atau nilai dalam komunitas akan memberikan pengaruh bagaimana
komunitas tersebut dalam memandang dan menyikapi harta. Harta merupakan sebuah
amanah yang harus terjaga kebersihan dan kesuciannya karena harta halal adalah
makanan terbaik, dan terdapat hak orang lain didalamnya. Sikap yang tidak sesuai
dengan fitrah dalam memperlakukan harta tidak mendapatkan tempat apabila zakat
menjadi motivasi nilai, simbol, keper- cayaan serta kebiasaan bagi agent dan prin-
cipal.
Zakat dapat mereduksi agency prob- lem
ketika zakat menjadi nilai, simbol, kepercayaan serta kebiasaan shahibul mal
dan mudharib. Triyuwono 2007 men- jelaskan makna metafora zakat dalam
menciptakan realitas organisasi sebagai berikut:
...Pertama, ada transformasi pencapaian nilai laba bersih yang maksimal ke
pencapaian zakat. Ini berarti bahwa pencapaian zakat bukan merupakna
tujuan akhir the ultimate goal perusahaan, tetapi hanya sekedar tujuan
antara. Kedua, karena yang menjadi tujuan zakat adalah zakat, maka segala
bentuk operasional perusahaan harus tunduk pada aturan main rules of game
yang ditetapkan dalam syariah. Ketiga, zakat mengandung perpaduan karakter
kemanusiaan yang seimbang antara karakter egoistik egoistic, selfish dan
altruistiksosial altruistic mementing- kan lebih dulu kepentingan orang lain
daripada kepentingan pribadi....Keempat, zakat mengandung nilai emansipatoris. Ia
adlah lambang pembebas manusia dari ketertindasan ekonomi, sosial, dan inte-
lektual, serta pembebas alam dari penindasan dan ekspliotasi manusia.
Kelima,
zakat adalah jembatan penghu- bung anatara aktivitas manusia yang
profan duniawi dan suci ukhrowi. Ia zakat, sebagai jembatan , memberikan
kesadaran ontologis bagi diri manusia bahwa segala bentuk kegiatan selalu
berkait erat dengan kedudukan manusia di hadapan Tuhan kelak di akhirat. 194
Dari pernyataan di atas, realitas organisasi yang di metaforakan zakat akan mendapat
tranformasi nilai-nilai yang di bawa oleh zakat seperti kebersihan, kesucian, halal,
dan sebagainya sehingga mempengaruhi perilaku seluruh komponen organisasi
seperti manajemen, stockholder, karyawan, sistem, bahkan informasi-informasi baik
keuangan maupun non keuangan perusahaan.
3. Metafora amanah mereduksi agency cost melalui sistem penghitungan bagi hasil.
Agency cost merupakan biaya yang timbul
dari aktivitas pemantauan principal terhadap agent untuk mengeliminasi
asimetri informasi dan moral hazard.
Agency cost dalam agency theory
sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal dengan asumsi bahwa principal
adalah sebagai pemilik dana dan menganggap biaya yang dikeluarkan akan
jauh lebih besar apabila kecurangan dilakukan oleh agent. Untuk itu agency