380
PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
3. Aspek Management Manajemen
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 2 disimpulkan bahwa berdasarkan NPM tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kesehatan bank antara bank konvensional dan
bank syariah periode setelah krisis ekonomi global. Bank syariah lebih banyak mengeluar-
kan biaya operasional dan non operasional yang dapat mengurangi pendapatan operasi dan pen-
dapatan bersih. Namun perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan karena kontribusi pen-
dapatan operasional bank syariah dalam meng- hasilkan pendapatan operasi masih tinggi. Hal
inilah yang menyebabkan NPM bank konven- sional dan bank syariah tidak berbeda signifikan
pada periode setelah krisis ekonomi global.
4. Aspek Earning Profitabilitas
a. Return on Assets ROA
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 2 di- simpulkan bahwa berdasarkan ROA tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kesehatan bank antara bank kon-
vensional dan bank syariah periode setelah krisis ekonomi global. Kemampuan pengem-
balian laba atas aktiva pada bank syariah berada di bawah bank konvensional. Hal
tersebut disinyalir pada bank syariah terdapat aktiva yang tidak menghasilkan
laba. Namun perbedaan tersebut tidak ter- lalu signifikan karena bank syariah masih
mampu memanfaatkan aktiva yang dimi- liki untuk menghasilkan laba. Selain itu,
bank syariah masih berada pada kondisi perbankan yang sehat. Hal inilah yang
menyebabkan ROA bank konvensional dan bank syariah tidak berbeda signikan pada
periode setelah krisis ekonomi global.
b. Return on Equity ROE
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 2 disimpulkan bahwa berdasarkan ROE ter-
dapat perbedaan yang signifikan pada ting- kat kesehatan bank antara bank konven-
sional dan bank syariah periode setelah krisis ekonomi global. Kemampuan
pengembalian laba atas modal pada bank konvensional berada di bawah bank
syariah. Perbedaan tersebut dikarenakan terdapat perbedaan pada permodalan bank
konvensional dan bank syariah. Modal sendiri bank konvesnional berasal dari
modal disetor berupa saham. Bank konven- sional yang telah menjadi perusahaan
publik lebih banyak mengedarkan saham sebagai sumber modal sendiri sehingga
tingkat pengembalian laba atas modal sendiri pada bank koncensional menjadi
lebih rendah dari bank syariah. Hal inilah yang menyebabkan ROE bank konven-
sional dan bank syariah berbeda signifikan pada periode setelah krisis ekonomi global.
c. Net Interest Margin NIM
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 2 disimpulkan bahwa berdasarkan NIM tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kesehatan bank antara bank kon-
vensional dan bank syariah periode setelah krisis ekonomi global. Kemampuan bank
syariah dalam menghasilkan pendapatan operasi dari aktiva produktif berada di
bawah bank konvensional. Namun per- bedaan tersebut tidak terlalu signifikan ka-
rena penempatan aktiva produktif bank syariah masih mampu menghasilkan
pendapatan operasi. Selain itu, posisi bank syariah masih berada pada kondisi per-
bankan yang sehat. Hal inilah yang menye- babkan NIM bank konvensional dan bank
syariah tidak berbeda signifikan pada pe- riode setelah krisis ekonomi global.
d. Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional BOPO
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 2 disimpulkan bahwa berdasarkan BOPO
terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kesehatan bank antara bank
381
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
konvensional dan bank syariah periode setelah krisis ekonomi global. Bank kon-
vensional kurang efisien dalam mengeluar- kan biaya operasional daripada bank
syariah sehingga mengurangi pendapatan operasi yang diterima. Perbedaan tersebut
disinyalir karena eksposure pembiayaan perbankan syariah lebih diarahkan kepada
aktivitas perekonomian domestik sehingga belum memiliki tingkat integrasi yang
tinggi dengan sistem keuangan global. Maka bank syariah tidak menanggung
biaya transaksi valuta asing pada biaya ope- rasionalnya. Hal inilah yang menyebabkan
BOPO bank konvensional dan bank syariah berbeda signifikan pada periode setelah
krisis ekonomi global.
5. Aspek Likuidity Likuiditas
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 2 disimpulkan bahwa berdasarkan LDR terdapat
perbedaan yang signifikan pada tingkat kesehatan bank antara bank konvensional dan
bank syariah periode setelah krisis ekonomi global. Bank syariah lebih banyak menyalurkan
pinjaman pada masyarakat dibanding bank kon- vensional. Hal ini disinyalir karena permintaan
pinjaman di bank syariah lebih tinggi dari pada bank konvensional. Perbedaan tersebut dika-
renakan perbedaan dalam perhitungan kredit atau pinjaman pada bank konvensional dan
bank syariah. Bank konvensional telah mene- tapkan besarnya biaya bunga yang harus
dibayar oleh nasabah peminjam. Namun pada bank syariah besarnya biaya yang harus dike-
luarkan oleh nasabah peminjam berdasarkan perjanjian kedua belah pihak. Prinsip ini disebut
dengan prinsip profit sharing atau bagi hasil. Hal inilah yang menyebabkan tingginya
penyaluran kredit pada bank syariah. Karena masyarakat lebih memilih untuk meminjam di
bank syariah daripada bank konvensional.
SIMPULAN SARAN Simpulan
Berdasarkan CAR, KAP
1
, KAP
2
, NPM, ROA, dan NIM tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada tingkat kesehatan bank antara bank konvensional dan bank syariah periode
sebelum krisis ekonomi global. Berdasarkan ROE, BOPO, dan LDR terdapat perbedaan
yang signifikan pada tingkat kesehatan bank antara bank konvensional dan bank syariah
periode sebelum krisis ekonomi global.
Berdasarkan CAR, KAP
1
, KAP
2
, NPM, ROA, dan NIM tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada tingkat kesehatan bank antara bank konvensional dan bank syariah periode
setelah krisis ekonomi global. Berdasarkan ROE, BOPO, dan LDR terdapat perbedaan
yang signifikan pada tingkat kesehatan bank antara bank konvensional dan bank syariah
periode setelah krisis ekonomi global.
Saran
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, maka terdapat beberapa saran
kepada pihak yang berkepentingan: 1. Bagi Bank Indonesia diharapkan adanya
pergantian format dan transparasi pada laporan keuangan perbankan Indonesia
dalam perhitungan rasio CAMELS serta penjelasan mengenai kriteria penilaian
tingkat kesehatan bank sehingga penilaian analisis CAMELS dengan pola Bank In-
donesia dapat dilakukan sepenuhnya.
2. Pada peneliti selanjutnya diharapkan melibatkan penilaian dari aspek Manage-
ment dan Sensitivity to Market Risk pada
analisis CAMELS dengan komponen- komponen penilaian yang telah ditetapkan
Bank Indonesia agar diperoleh kinerja ke- uangan yang relevan.