Taat hukum Bagi Hasil dan Zakat : Model Bagi Hasil Menurut Zakat Mengeliminasi Agency

166 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah” DAFTAR RUJUKAN Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2000. Antoni, Syafi’i, 1999. Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan . Tazkia Insti- tute, Jakarta. Choudhury, Masudul Alam. 2009. Islamic Cri- tique and Alternative to Financial Engi- neering Issues . JKAU: Islamic Ecom, Vol. 22 No. 2, pp: 205-244. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional. No 92DSN- MUIIV2014. Tentang Pembiayaan yang Disertai Rahn al-Tamwil al- Mautsuq bi al-Rahn . Financial Engineering: An Islamic Perspective. Finnerty, J. 1988 “Financial Engineering in Corporate Finance: An Overview ,” Fi- nancial Management , vol. 17, pp. 14-33. Hafidah, Noor. 2012. Implementasi Konsep Jaminan Syariah dalam Tata Aturan UU Perbankan Syariah. Arena Hukum . Vol. 9, No. 2: Agustus 2012, hal 79-154. Hulam, Taufiqul. 2010. Jaminan dalam Transaksi Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah . Mimbar Hukum Vol. 22 No. 3: Oktober 2010, hal 520-533. Mahmudah, Siti Nur Lailatul. . Fungsi Jaminan dalam Pembiayaan Mudharabah Studi pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua. Skripsi. Universitas Islam Syarif Hidayatullah. Jakarta. Rusmiyati, Kurnia. 2012. Tinjauan Hukum Is- lam tentang Penerapan Jaminan dalam Akad Pembiayaan Mudharabah Studi Kasus di Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta . Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta. Silviana, Elizza SH. ____ . Telaah Konsep Jaminan dalam Akad Mudharabah pada Baitul Maal wat Tamwil BMT Sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah Studi Kasus BMT di Pontianak . Publikasi Ilmiah. Surat Edaran kepada Semua Bank Syariah di Indonesia. No. 1014DPbS. Jakarta, 17 Maret 2008. Triyuwono, Iwan. 2007. Mengangkat “Sing Liyan” untuk Formulasi Nilai Tambah Syari’ah . Simposium Nasional Akun- tansi X. Unhas Makassar 2007. http:www.darussalaf.or.idfiqihaplikasi- mudharabah -dalam-perbankan-syariah diakses pada tanggal 6 Mei 2015. http:savixumam.blogspot.com200902 jaminan-mudharabah.html diakses pada tanggal 7 Mei 2015. http:zadandunia.blogspot.com201209 asmaul-husnaallah-memiliki-nama- nama.html diakses pada tanggal 7 Mei 2015. https:ajidedim.wordpress.com20140206 masjid-dan-pasar-sinergi-oposisi-biner- yang-kadang-terlupakan-1comment- 2530 diakses pada tanggal 6 mei 2015. https:ajidedim.wordpress.com20140206 masjid-dan-pasar-sinergi-oposisi-biner- yang-kadang-terlupakan-2 diakses pada tanggal 6 mei 2015. http:www.namberpratama.com201403 penerapan-strategi-sun-tzu-dalam- dunia.html diakses pada tanggal 6 Mei 2015 167 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah” Perkembangan Ekonomi I slam Di I ndonesia HARTINI Alumni Universitas Syiah Kuala Aceh Program Magister Ilmu Ekonomi – Universitas Brawijaya Email : hartini50gmail.com Abstrak : Pada dasarnya karya ilmiah yang berjudul perkembangan ekonomi islam di Indonesia ini membahas tentang tantangan-tantangan Indonesia dalam mengembangkan ekonomi islam, potensi-potensi yang dimiliki Indonesia dalam mengembangkan ekonomi islam serta sejauh mana perkembangan ekonomi islam yang telah di capai oleh republik Indonesia.Tujuan penulisan karya tulis ilmiah adalah untuk mengetahui apa saja yang menjadi tantangan bangsa Indonesia dalam mengembangkan ekonomi islam, mengetahui potensi-potensi yang dimiliki Indonesia dalam mengembangkan ekonomi islam serta mengetahui sejauh mana perkembangan ekonomi islam yang telah di capai oleh republik Indonesia.Data bahan acuan pembelajaran bersumber dari buku-buku. Selain itu, informasi lebih luas diperoleh dari penelusuran di internet. Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis,maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang masih menjadi tantangan dalam mengembangkan ekonomi islam di Indonesia, namun bukan berarti penerapan sistem ekonomi islam menjadi sesuatu yang mustahil. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki banyak potensi dalam mengembangkan ekonomi islam dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian-pencapaian perkembangan dari ekonomi syariah itu sendiri baik dalam hal perkembangan industri keuangan syariah maupun perkembangan industri non keuangan syariah. Kata Kunci : Ekonomi Islam Krisis ekonomi kapitalis telah terjadi berulangkali hampir diseluruh negara di belahan dunia dari masa ke masa. Kebijakan Ekonomi Kapitalis yang mengutamakan hak individu ini mengakibatkan ketimpangan pere- kenomian yang sangat besar antara kaum milyarder dengan kaum papa. Hal ini menye- babkan penderitaan ekonomi seperti halnya pendapatan yang menurun, kelaparan, keru- suhan, dan meningkatnya kriminalitas. Dasar filosofi rasionalisme sekuler inilah yang menye- babkan ketidakseimbangan yang berdampak pada kerusakan alam, kemiskinan, kerusuhan sosial, hingga menimbulkan berbagai krisis yang berkelanjutan. Sementara itu dalam kondisi negara In- donesia sendiri keadaan ekonomi saat ini juga masih tidak stabil, nilai tukar rupiah terhadap dolar akhir-akhir ini mengalami depresiasi yang cukup signifikan. Menurut data dari Bank In- donesia nilai tukar rupiah terhadap dolar pada tanggal 29 September 2015 adalah kondisi terpuruk hingga menembus angka Rp14.728 per dolar AS. Nilai tukar tersebut melemah 32 poin dari kurs tengah sebelumnya yakni sebesar Rp14,696 per dolar AS, atau terdepresiasi 0,28. Selain itu, kondisi yang sama juga di terjadi pada indicator makro ekonomi yaitu inflasi. Tingkat harga yang tidak stabil tentu akan mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat. Berikut adalah gambaran kondisi inflasi yang terjadi di Indonesia dalam kurun waktu terakhir: Berdasarkan grafik di atas, dapat di simpulkan bahwa tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia belum stabil. Di mana pada bulan 168 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah” januari 2015 tingkat inflasi sebesar 6,69 . Kemudian mengalami penurunan di bulan Feb- ruary menjadi 6,29 . Penurunan ini tidak berlangsung lama, karena di bulan maret tingkat inflasi kembali meningkat menjadi 6,38 . Begitu pula di bulan april meningkat menjadi 6,79. Hingga pada bulan juli yaitu sebesar 7,26 . Yang pada akhirnya baru menunjukan tanda-tanda penurunan di bulan agustus menjadi 7,18 dan pada bulan terakhir analisis tingkat inflasi menurun kembali menjadi 6,83. Dengan kata lain, sistem-sistem ekonomi yang selama ini di anut dan dibanggakan oleh banyak negara termasuk Indonesia dapat dikatakan gagal dalam meningkatkan harkat hidup orang banyak baik di negara maju maupun di negara berkembang. Ketidak- berhasilan secara penuh dari sistem-sistem ekonomi yang ada disebabkan karena masing- masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-masing. Kelemahan atau kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol ketimbang kelebihannya. Sistem ekonomi Islam dianggap menjadi alternatif pilihan karena sistem ekonomi Islam berbeda dengan sistem-sistem ekonomi yang lain. Sejarah pergerakan ekonomi Islam di In- donesia sebenarnya telah berlangsung sejak tahun 1911, yaitu sejak berdirinya organisasi Syarikat Dagang Islam yang dikepalai oleh para entrepreneur dan para tokoh Muslim saat itu. Bahkan jika kita menarik sejarah jauh ke belakang, jauh sebelum tahun 1911, peran dan kiprah para santri umat Islam dalam dunia perdagangan cukup besar. Perkembangan bank syariah mulai terasa sejak dilakukan amandemen terhadap UU No. 71992 menjadi UU No. 101998 yang memberi-kan landasan operasi yang lebih jelas bagi bank syariah. Sebagai tindak lanjut UU tersebut, Bank Indonesia BI mulai mem- berikan perhati-an lebih serius terhadap pengembangan per-bankan syariah, yaitu membentuk satuan kerja khusus pada April 1999. Satuan kerja khusus ini menangani penelitian dan pengembangan bank syariah Tim Penelitian dan Pengembangan Bank Syariah dibawah Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan yang menjadi cikal bakal bagi Biro Perbankan Syariah yang diben- tuk pada 31 Mei 2001, dan sekarang resmi menjadi Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia sejak Agustus 2003. Minat investor untuk membuka kantor bank syariah tidak hanya terbatas di pulau Jawa tetapi juga telah menyebar ke pulau lain-nya, antara lain: Sumatera Banda Aceh, Medan, 169 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah” Padang, Palembang dan Pekanbaru; Kali- mantan Balikpapan dan Banjarmasin; Sulawesi Makasar; Madura Pamekasan; dan Irian Jaya Jayapura. Sistem ekonomi islam yang hendak diterapkan adalah sebuah sistem yang bersifat universal, inklusif, dan modern. Universalisme dan Inklusivisme ekonomi syariah menis- cayakan eksistensi ekonomi syariah terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Modern berarti sistem ekonomi islam dirumuskan secara rasional dan canggih untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Dengan cara demikian, maka upaya pengembangan sistem ekonomi syariah akan senantiasa dilihat dan diterima oleh segenap masyarakat Indone- sia sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa dan Negara Indonesia. Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah di kemukakan, maka penulis mengidentifikasi dan merumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apa saja tantangan dalam mengembangkan ekonomi islam di Indonesia? 2. Apa saja potensi yang dimiliki negara In- donesia dalam mengembangkan ekonomi islam? 3. Sejauh mana perkembangan ekonomi islam di Indonesia? Sesuai dengan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Tantangan-tantangan dalam mengem- bangkan ekonomi islam di Indonesia. 2. Potensi-potensi yang dimiliki negara Indo- nesia dalam mengembangkan ekonomi islam. 3. Sejauh mana perkembangan ekonomi islam di Indonesia. Hasil penelitian di harapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam hal per- kembangan ekonomi islam di Indonesia. 2. Dapat dijadikan bahan masukan infor- masi bagi lembaga-lembaga pemerintah terkait. 3. Memberikan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan. METODE Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan. Penulis menggunakan metode telaah media informasi online internet dan literatur kepustakaan serta data baik dari Badan Pusat Statistik maupun Bank Indonesia. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan adalah sebagai berikut: 1. Collecting Data Pada metode ini, penulis mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan masalah karya ilmiah penulis yakni dari badan pusat statistik dan Bank Indonesia. 2. Study Pustaka Di metode ini penulis membaca buku-buku dan literatur pustaka yang berhubungan dengan penulisan karya ilmiah atau teknik penulisan karya ilmiah dan berkaitan tentang sistem ekonomi islam. 3. Metode telaah Media informasi internet Pada metode ini penulis membaca artikel sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan masalah karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah ini di susun berangkat dari keyakinan penulis setelah cukup mela- kukan pengenalan masalah. Adapun keyakinan atau hipotesis tersebut adalah bahwa Indone- sia bisa menerapkan sistem ekonomi islam secara kaffah dengan segala potensi yang di miliki. Dalam penulisan karya ilmiah ini, lokasi penelitian di ambil di wilayah Indonesia. 170 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah” HASIL PEMBAHASAN 1. Tantangan-tantangan dalam mengem- bangkan sistem ekonomi Islam di Indo- nesia. Ada beberapa faktor yang menjadi tantangan atau pun kendala dalam mengem- bangkan sistem ekonomi islam di Indonesia. 1. Keterbatasan Sumber Daya Insani SDI Pertumbuhan dan ekspansi bank-bank syariah dan lembaga keuangan syariah yang demikian massif, membutuhkan ketersediaan SDI yang berkompeten dan professional. Namun kebutuhan SDI yang demikian banyak, belum diimbangi dengan supply SDI yang memadai, baik dari lembaga pendidikan for- mal berupa Perguruan Tinggi maupun lembaga pendidikan dan pelatihan. Sebagai gambaran, pada semua jenjang pendidikan tidak disediakan pelajaran ekonomi syariah, hanya ada pada Sekolah Menengah Kejuruan SMK dan perguruan tinggi yang menyediakan sebagai pelajaranmata kuliah peminatan kosentrasi ekonomi islam, bukan dalam level jurusanprodi. Dan jumlah institusi pendidikan yang mengajarkan ekonomi syariah pun masih sangat terbatas. Di samping itu, kurikulum pendidikan ekonomi islam masih belum ada keseragamanstandar dan adanya dualisme pengelolaan, yakni ada yang dibina dinas pendidikan dan departemen agama. Masalah lain terkait dengan SDI adalah masih minimnya SDI syariah yang utuh inte- gral. Ekonomi syariah masih kekurangan SDI yang benar-benar mendalami dua bidang ilmu sekaligus secara komprehensif, yaitu ilmu- ilmu syariah dan ilmu ekonomi keuangan. Kebanyakan SDI Lembaga Keuangan Syariah saat ini adalah mereka yang fasih berbicara tentang ilmu ekonomi keuangan kontemporer, tetapi kurang dalam ilmu-ilmu syariah. Sebaliknya banyak pakar yang mahir dalam ilmu fikih dan syariah tetapi minim tentang Ilmu ekonomi keuangan modern. Karena kekurangan itu, maka saat ini lebih dari 70 persen SDI syariah berasal dari lembaga konvensional. Dampak lain kekurangan SDI syariah terjadinya praktek bajak membajak sesama lembaga keuangan syariah. 2. Regulasi ekonomi syariah. Berbagai studi tentang hubungan hukum dan regulasi dengan pembangunan ekonomi menun- jukkan bahwa pembangunan ekonomi tidak akan berhasil tanpa pembangunan aspek regulasi yang komprehensif. Memperkuat institusi-institusi hukum adalah “precondition for economic change”, “crucial to the viability of new political system”, and “ an agent of social change”. • Berdasarkan teori itu, maka menjadi keniscayaan, bahwa pengembangan dan penerapan ekonomi syariah di In- donesia, harus dilandasi dan dipayungi regulasi yang kondusif. Saat ini, baru terdapat tiga perundang-undangan tentang ekonomi syariah, yaitu, UU No 412004 tentang waqaf, UU No 19 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara SBSN dan UU NO 212008 tentang perbankan syariah, Sedangkan Undang-Undang Nomor 391999 tentang Pengelolaan zakat yang masih proses amandemen., masih jauh dari harapan ideal, karena itu Undang- Undang ini perlu diamandemen. • Saat ini masih banyak lembaga keuangan syariah yang belum memiliki payung hukum spesifik, seperti asuransi syariah, lembaga keuangan mikro syariah seperti Baitul Mal wa Tamwil BMT, serta lembaga ke- uangan syariah lainnya. Masalah regulasi lainnya ialah terkait dengan regulasi pajak di Indonesia, terkait dengan status pajak ganda sukuk cor- porate masih mengancam. Termasuk 171 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah” dalam aspek regulasi ekonomi syariah adalah tersedianya fatwa-fatwa ekonomi syariah yang memadai. Saat ini kondisi obyektif fatwa-fatwa ekonomi syariah di Indonesia, masih tertinggal dari fatwa ekonomi syariah di tingkat global, karena itu fatwa- fatwa ekonomi syariah perlu dikembangkan secara inovatif dengan tetap berdasar pada syariah compliance dalam rangka mendukung industri perbankan dan keuangan syariah, • Dalam bidang kelembagaan, tanta- ngan ekonomi syariah meliputi banyak bidang dan aspek, seperti belum adanya organisasi payung APEX untuk lembaga keuangan mikro syariah. Belum berdirinya Otoritas Jasa Keuangan Syariah. Peranan Biro Lembaga Keuangan Syariah LKS Non-bank di Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM Lembaga Keuangan LK perlu diperkuat agar institutusi ini dapat menyediakan layanan atas segala kebutuhan LKS Non-bank. Demikian pula peranan Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia DPBS BI perlu di ting- katkan di masa depan agar dapat menyediakan layanan atas segala kebutuhan perbankan syariah. Selain itu, di kantor wilayah Bank Indonesia saat ini belum tersedia unit kerja yang khusus membidangi syariah, sehingga pelayanan perbankan syariah kurang kondusif. 3. Supervisi ekonomi syariah. Tantangannya adalah bagaimana market share ekonomi syariah sepuluh tahun ke depan minimal mencapai 20 persen. Untuk mencapai itu diperlukan gerakan grand strategi, edukasi, sosialisasi dan gerakan unorganik yang secara signigfikan, mendorong pening- katan market share ekonomi syariah. Dana- dana umat Islam, dana yayasan dan lembaga ekonomi umat, dana haji, zakat dan waqaf, masih banyak ditempatkan di bank konvensional. Di masa depan, keseluruhan dana potensial tersebut diendorse agar dikelola secara bertahap di lembaga-lemaga keuangan perbankan dan keuangan syariah. Sebagai gambaran, pemerintah Malaysia saat ini memiliki market share perbankan syariah sekitar 20, dikarenakan adanya kebijakan pemerintah Malaysia kepada lembaga institusi pemerintah untuk menempatkan 50 dana-danya di bank syariah. Ban- dingkan dengan market share perbankan syariah Indonesia yang saat ini belum mencapai angka 5. 4. Kurangnya infrastruktur, sarana dan prasarana, baik menyangkut software maupun fisik. Sebagai gambaran, adanya kekurangan instrumen-instrumen untuk pengelolaan likuiditas dan moneter yang sejalan dengan prinsip syariah misalnya Belum adanya indek syariahsektor riil atau indek penentuan harga dan bagi hasil, sehingga masih mengacu pada tingkat suku bunga. Dan berbagai software yang dibutuhkan untuk operasional keuangan dan perbankan syariah masih mengikuti format konvensional, belum asli dibuat secara customize sesuai karakteristik keuangan dan perbankan syariah, seperti standar akuntansi, pelaporan, audit, manajemen resiko dan lain-lain. Dan terbatasnya sarana prasana seperti juga masih terbatasnya jaringan Anjungan Tunai Mandiri ATM, jumlah cabang bank-bank syariah di seluruh daerah yang terbatas. Selain itu, Kurangnya inovasi dan diversifikasi produk, padahal keberhasilan ekonomi Islam di masa depan juga bergantung pada kemampuan perbankan syariah dalam menyajikan produk-produk yang menarik, kompetitif, dan berdasarkan 172 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah” kebutuhan masyarakat, namun tetap sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. 5. Kurangnya sosialisasi, promosi, informasi, edukasi dan koordinasi terhadap semua stake holder, baik masyarakat, pejabat pemerintah terkait, ulamaustad, dan praktisi. Sebagai gambaran, adanya dualisme pendapat ulamaustad tentang riba, Fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI sudah mengharamkan, namun realita di masyarakat banyak ditemukan para pemuka agama yang masih berpen- dapat dibolehkannya bunga bank. Persepsi yang berkembang di masyarakat bahwa bank syariah belum syariah atau sama saja dengan bank konvensional.

3.2 Potensi-Potensi Yang Di Miliki Indone- sia Dalam Mengembangkan Ekonomi

Islam Tantangan-tantangan yang dihadapi In- donesia dalam mengembangkan ekonomi islam masih bisa diatasi karena alasan kuat untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi Indone- sia. Faktor-faktor yang menjadikan tantangan ekonomi islam bisa dihilangkan adalah: 1. Penduduk Mayoritas Muslim Jumlah penduduk indonesia sampai dengan akhir tahun 2015 ini di proyeksikan akan menjadi 252.370.792 jiwa yang mayoritasnya adalah pemeluk agama islam. Dengan banyaknya jumlah penduduk muslim di Indonesia maka peluang bagi produk-produk berlembaga syariah akan lebih kuat karena tentu umat muslim akan memiliki preferensi ketertarikan yang lebih terhadap ekonomi islam. Meskipun ekonomi syariah tidak dikhususkan bagi muslim, tetapi umat muslim tetap menjadi pasar utama bisnis dan keuangan syariah. 2. Demografi Pengertian demografi di sini adalah penduduk yang berada pada tingkat kelas menengah. D imana kelas menengah tumbuh berkembang dengan pesat. Kebutuhan kelas menengah untuk menabung dan berinvestasi serta terhadap layanan jasa keuangan yang beragam, baik di lembaga perbankan syariah maupun lembaga keuangan non-bank syariah seperti asuransi syariah, dana pensiun syariah, obligasi syariah, perusahaan pembiayaan syariah, reksadana syariah dan lainnya diperkirakan juga akan meningkat. Sebuah Lembaga riset, The Boston Cunsulting Group merilis data terbaru yang cukup mengejutkan, bahwa jumlah konsumen kelas menengah In- donesia dalam tahun 2020 diproyeksikan akan mencapai 141 juta orang, atau dua kali lipat dari data tahun 2012 yang mencapai 74 juta jiwa. Kelas menengah yang merupakan kelompok penduduk yang memiliki kekuatan “expenditure” per hari antara 2 – 20 dollar AS ini berpotensi menjadi sumber pembiayaan pembangunan melalui pasar keuangan seiring peningkatan pendapatan kelas menengah tersebut. Sehingga akan mendorong perkem- bangan industry-industri keuangan syariah di Indonesia. 3. Pemerintah Pemerintah melakukan pengembangan ekonomi islam di Indonesia, antara lain diberlakukannya UU No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Nasional dan UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Menurut Edy Suandi Hamid 2010 menegaskan, bahwa UU No. 19 Tahun 2008 dapat disebut sebagai upaya pemerintah meningkatkan porsi pembiayaan pembangunan nasional melalui skema pembiayaan syariah dari obligasi negara dan surat berharga lainnya yang memiliki peluang besar bagi Indonesia untuk memperoleh investor dari Timur Tengah maupun umat Islam Indonesia sendiri. Bahkan sampai saat ini, pembiayaan murabahah jual-beli masih mendominasi komposisi pembiayaan bank syariah. Ini berarti 173 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah” bahwa bank syariah masih belum berani bermain pada pembiayaan untuk investasi riil yang memang membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan pembiayaan jual-beli. Edy Suandi Hamid, 2010 Banyak solusi yang dapat dilakukan para pelaku industri dalam mempercepat pertum- buhan industri keuangan syariah, seperti: 1 Mengemas produk yang lebih beragam, menerapkan strategi pemasaran yang jitu, dan melakukan sosialisasi yang efektif, dan 2 Jumlah Sumber Daya Insani SDI keuangan syariah perlu ditambah dan kualitasnya harus ditingkatkan untuk mengimbangi pertumbuhan industri yang sangat pesat. Solusi yang lain yang mampu mendong- krak percepatan industri keuangan syariah adalah adanya pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang Unit Usaha Syariah UUS atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah ini sebagai respon dan inisiatif dari perubahan Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998 sebagai pengganti Undang-undang pengganti UU No.7 tahun 1992 yang mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. 4. Struktur pengembangan keuangan syariah di Indonesia. Keunggulan struktur pengembangan keuangan syariah di Indonesia lainnya adalah regulatory regime yang dinilai lebih baik dibanding dengan negara lain. Di Indonesia kewenangan mengeluarkan fatwa keuangan syariah bersifat terpusat oleh Dewan Syariah Nasional DSN dan Majelis Ulama Indonesia MUI yang merupakan institusi yang inde- penden. Sementara di negara lain, fatwa dapat dikeluarkan oleh perorangan ulama sehingga peluang terjadinya perbedaan sangat besar. Di Malaysia, struktur organisasi lembaga fatwa ini berada di bawah Bank Negara Malaysia BNM, tidak berdiri sendiri secara independen.

3.3 Sejauh Mana Perkembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

Perkembangan sistem ekonomi islam di indonesia sendiri belum sebegitu pesat seperti di negara-negara lain, Secara sederhana, perkembangan itu dikelompokkan menjadi perkembangan industri keuangan syariah dan perkembangan ekonomi syariah non keuangan. Industri keuangan syariah relatif dapat dilihat dan diukur perkembangannya melalui data-data keuangan yang ada, sedangkan yang non keuangan perlu penelitian yang lebih dalam untuk mengetahuinya. a. Sektor Perbankan Berdasarkan data Statistik Perbankan In- donesia yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan OJK, hingga januari 2015 sudah ada 12 Bank Umum Syariah BUS dengan jumlah kantor bank syariah umum sebanyak 2.145 kantor. kemudian terdapat 22 unit Jumlah Bank Umum Konvensional yang memiliki unit usaha syariah UUS, dengan jumlah kantor unit usaha syariah sebanyak 322 kantor. Selain itu terdapat sebanyak 164 bank pembiayaan raykat syariah BPRS dengan 477 jumlah kantor. Dengan aset bank umum syariah dan unit usaha syariah tercatat senilai Rp273,48 triliun per juli 2015. b. Sektor pasar modal Perkembangan reksadana syariah di In- donesia mencatat pertumbuhan yang baik seiring peningkatan kesadaran masyarakat untuk belajar berinvestasi. Dalam rilis yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan OJK, tercatat bahwa sampai dengan Mei 2015, jumlah produk reksadana syariah meningkat dari hanya 3 produk di tahun 2003 menjadi 80 produk kini. Peningkatan jumlah produk 174 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah” tersebut juga dibarengi pertumbuhan nilai aktiva bersih NAB dari hanya Rp66, 94 milyar 2003 menjadi Rp11,79 trilyun di bulan Mei 2015. c. Sektor Saham Perdagangan produk syariah berkembang pesat dan mampu mendominasi pasar modal Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan OJK mencatat hingga akhir juni 2015, terdapat 336 saham syariah diperdagangkan dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp 3.011 triliun atau 56,4 persen dari kapitalisasi seluruh saham. d. Sektor Asuransi Wakil Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia AASI Erwin Noekman menjelaskan, tingginya pertumbuhan premi reasuransi syariah sebesar 54,47 ini terjadi karena kebijakan Otoritas Jasa Keuangan OJK agar perusahaan asuransi lebih banyak menempatkan reasuransinya di dalam negeri. Saat ini terdapat 49 perusahan asuransi syariah. Dari jumlah tersebut, 41 perusahaan berbentuk unit usaha, lima perusahaan full fledged, dan tiga perusahaan reasuransi berbentuk UUS. Sebelumnya, AASI mencatat, pendapatan premi industri asuransi syariah hingga Juni 2015 sebesar Rp 5,13 triliun atau naik 15,59 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Pada posisi paruh pertama tahun ini, industri reasuransi syariah mencatat pertumbuhan pal- ing tinggi. e. Sektor Mikro Perkembangannya cukup menggem- birakan. Lembaga keuangan mikro syariah seperti Baitul Mal wa Tamwil BMT terus bertambah, demikian juga dengan aset dan pembiayaan yang disalurkan. Sekarang sedang dikembangkan produk-produk keuangan mikro lain semisal micro-insurance dan mungkin mi- cro-mutual-fund reksa dana mikro. dilihat dari sisi non keuangan Industri keuangan syariah adalah salah satu bagian dari bangunan ekonomi syariah. Sama halnya dengan ekonomi konvensional, bangunan ekonomi syariah juga mengenal aspek makro maupun mikro ekonomi. Namun, yang lebih penting dari itu adalah bagaimana masyarakat dapat berpe- rilaku ekonomi secara syariah seperti dalam hal perilaku konsumsi, giving behavior keder- mawanan, dan sebagainya. Perilaku bisnis dari para pengusaha Muslim pun termasuk dalam sasaran gerakan ekonomi syariah di Indonesia. SIMPULAN SARAN Simpulan Indonesia merupakan salah satu negara Islam terbesar di dunia. Dengan kata lain umat muslim di Indonesia sangat membutuhkan segala sesuatu yang halal. Termasuk hukum syariah dalam ekonomi Islam. Dalam perkem- bangannya menuju kemajuan ekonomi syariah, Indonesia memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi diantaranya, kurangnya sum- berdaya insani, terbatasnya regulasi, kurangnya infrastruktur baik dalam bentuk fisik maupun non fisik, serta kurangnya sosialisasi untuk membumikan ekonomi islam di Indonesia. Namun semua tantangan tersebut dapat di atasi dengan segala potensi yang di miliki oleh bangsa Indonesia seperti jumlah penduduk yang mayoritas muslim, kepedulian pemerintah serta Struktur pengembangan keuangan syariah di Indonesia yang sifatnya independen. Hal tersebut di buktikan dengan keber- hasilan perkembangan ekonomi islam yang terus meningkat dari sejak awal pemben- tukannya, diantaranya: di sektor perbankan, hingga januari 2015 sudah ada 12 Bank Umum Syariah BUS dengan jumlah kantor bank syariah umum sebanyak 2.145 kantor. Dengan aset bank umum syariah dan unit usaha syariah tercatat senilai Rp273,48 triliun per juli 2015. Sedangkan di sektor pasar modal, bahwa sampai dengan Mei 2015, jumlah produk