139
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
kualitatif dimana peneliti menjadai salah satu instrumen penelitian untuk mendapatkan
informasi yang diinginkaanya yakni data yang akurat, valid dan relevan.
Untuk memenuhi kebutuhan data primer secara tepat maka dalam penelitian ini
menggunakan Pengumpulan Data Primer Aktif yaitu pengumpulan data yang dirancang
terutama untuk memperoleh informasi dari responden manusia. Hal ini didasarkan fakta
bahwa bisnis pada dasarnya adalah fenomena sosial yang berhubungan dengan manusia
sehingga data yang diperlukan untuk membuat keputusan harus berasal dari manusia itu
sendiri. Data sekunder semakin memperdalam pemahaman dan pemaknaan seluruh variable
penelitian yang dikaji.
Adapun data sekunder yang dipergu- nakan yaitu: 1 Aqad tertulis kontrak mudha-
rabah yang disyahkan oleh akte notaris. 2 Mekanisme bagi hasil yang ditetapkan oleh
bank syariah. 3 Artikel-artikel, buku, disertasi dan tesis yang relevan dengan kajian penelitian
Hasil dan Pembahasan 3.1 Menyibak Agency Problem Pada Pelak-
sanaan Akad Mudharabah B ank Syariah X dan Koperasi Y
Kontrak mudharabah mendudukkan mudharib
sebagai agent dan shahib al- maal sebagai principal. Mudharib mendapatkan
wewenang dari shahib al-maal untuk me- ngambil berbagai keputusan usaha yang sejalan
dengan kepentingan shahib al-maal. Sehingga mudharabah termasuk bentuk korporasi yang
memisahkan secara tegas pemilik perusahaan dengan manajemen dalam hal pengawasan dan
pengolahan perusahaan.Beberapa karakteristik tersebut juga melekat pada kontrak mudha-
rabah
antara Bank Syariah X dan Koperasi Y. Dapat digaris bawahi setidaknya terdapat dua
fenomena menarik yang sangat terkait dengan agency problem
antara Bank Syariah X dengan Koperasi Y yaitu sebagi berikut :
1. Bank Syariah X sebagai principal khawatir apabila Koperasi Y sebagai agent bertindak
curang tidak melaporkan laba dalam jumlah yang semestinya. Untuk menghin-
dari resiko tersebut maka Bank Syariah X membuat formula atau model nisbah bagi
hasil yang mendudukkan Bank Syariah X bersih dari segala macam biaya. Ke-
khawatiran terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh Koperasi Y terkait dengan
masalah karakter. Kekhawatiran terhadap masalah karakter ini dilontarkan oleh AO
Bank Syariah X sebagai berikut:
...karakter nasabah menjadi resiko tersendiri bagi kami, apa jaminan nasabah
jujur dalam menyediakan informasi biaya-biaya yang dikeluarkan sementara
kami tidak bisa mengkontrol mereka setiap saat. Kami juga lembaga yang
salah satu tujuannya adalah keuntungan. Di sisi lain kami harus bersaing dengan
bank-bank konvensional dalam mem- berikan hasil yang maksimal kepada dana
pihak ketiga.
Komentar lain AO Bank Syariah X yang mempersoalkan masalah karakter mu-
dharib adalah sebagai berikut:
....mudharabah menelan biaya yang sangat besar. Untuk pengawasan aja kita
harus mengeluarkan dana yang cukup besar. Belum lagi bagi hasil yang
terkadang tidak sesuai dengan target sementara kita dihadapkan pada berbagai
aturan-aturan seperti masalah jaminan yang masih dpertentangkan . Kalau kita
menginginkan jaminan, nasabah pembia- yaan banyak mempertanyakan hal ini.
Satu pembiayaan mudharabah biaya yang dikeluarkan sama dengan tiga atau empat
persetujuan pembiayaan yang lain. Terlebih lagi bila sudah terbentur masalah
karakter, kami harus sangat berhati-hati meskipun kami memiliki sistem. Lebih
140
PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
baik murabahah saja, lebih fleksibel dan tidak rumit.....
Dari pernyataan ke dua belah pihak di atas, apabila dikaji lebih mendalam terdapat
ketidak seimbangan masalah bargaining position
yang dirasakan oleh bank syariah X. Bargaining position yang tidak
seimbang disebabkan oleh karakteristik mudharabah cenderung lebih memberikan
keleluasaan bagi mudharib dalam menge- lola usaha. Pertama, modal kerja pada
mudharabah 100 ditanggung oleh Bank Syariah X sementara kerugian selama
bukan karena kecurangan atau kesalahan mudharib
juga ditanggung oleh Bank Syariah X. Kedua, Bank Syariah X tidak
berhak untuk mencampuri usaha Koperasi Y. Ketiga, masalah jaminan yang masih
menjadi polemik di kalangan para ulama. Beberapa alasan di atas menggambarkan
posisi yang lebih menguntungkan bagi Koperasi Y dalam kemampuan mengakses
informasi dan menanggung resiko.
2. Penyalahgunaan dana mudharabah oleh Koperasi Y dengan sepengetahuan Bank
Syariah X memunculkan agency problem baru yaitu antara Bank Syariah X sebagai
mudharib
dengan nasabah penabung sebagai shahib al-maal. Pengelolaan dana
nasabah dilaksanakan dalam lingkaran syariah, selain sebagai visi dan misi Bank
Syariah X juga diwujudkan dalam bentuk akad kesepakatan dengan nasabah
penabung. Nasabah penabung sejak awal menyatakan kerelaannya agar dananya
dikelola secara syariah dan apabila dana tersebut tidak dijalankan sesuai dengan
nilai-nilai syariah maka Bank Syariah X tidak menjalankan sesuai dengan kese-
pakatan awal atau Bank Syariah X menjalankan pengelolaan dana tidak
sejalan dengan kepentingan nasabah sebagai pemilik dana. Dari uraian di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa kontrak mudharabah antara Bank Syariah X dan
Koperasi Y memenuhi asumsi dasar terjadinya agency problem. Pertama,
dalam hubungan keagenan melibatkan individu-individu yang memiliki kepen-
tingan yang berbeda dan berusaha memenuhi kepentingan tersebut untuk
mencapai kepuasan pribadi melalui berbagai aktivitas dan inovasi yang
dimiliki. Koperasi Y memiliki kepentingan agar usaha tetap survive dan semakin maju
sementara Bank Syariah X sebagai pemilik modal menghendaki modal dalam keadaan
aman dan mengharap tingkat kembalian yang tinggi dengan menetapkan nisbah
bagi hasil yang tidak realistis. Kedua, Bank Syariah X dan Koperasi Y yang terlibat
dalam hubungan keagenan mampu mem- bentuk expectation atau pengharapan masa
depan. Asumsi dasar agency theory ini membawa pada konflik kepentingan
anatara pihak yang terlibat dalam hubungan keagenan. Konflik ini menimbulkan asi-
metri informasi
dimana pihak Koperasi Y memiliki lebih banyak informasi mengenai
kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan daripada
principal.
Asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk kepentingan dirinya
sendiri adanya asimetri informasi mendo- rong Koperasi Y untuk menyembunyikan
beberapa informasi yang tidak diketahui Bank Syariah X.
3.2 Agency Cost : Konsekuensi Bagi Princi- pal Shahib al-maal ataukah Agent
Mudharib ?
Seperti yang telah diuraikan di atas, agency problem secara otomatis menimbulkan
agency cost . Agency cost adalah biaya yang
ditimbulkan oleh aktivitas pemantauan ter- hadap tindakan agent agar selalu konsisten
141
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
dengan kepentingan principal atau tujuan yang disepakati sejak awal kontrak. Artinya agency
cost dikeluarkan untuk resiko pengambilan
keputusan agent yang tidak sejalan dengan kepentingan principal. Agency cost ini
ditanggung oleh principal dengan asumsi prin- cipal
sebagai pemilik dana dan resiko dikeluarkan biaya yang lebih besar apabila
agent dengan leluasa bertindak untuk
memenuhi kepentingannya sendiri. Dalam kontrak mudharabah antara Bank Syariah X dan
Koperasi Y, agency cost timbul akibat aktivitas pemantauan dan pengawasan seperti penem-
patan staf ahli keuangan internal, eksternal audit,konsultan dan pengawasan independen.
Semua agency cost yang timbul antara Bank Syariah X dan Koperasi Y dibebankan kepada
Koperasi Y dan bukan menjadi beban pengeluaran Bank Syariah X. Kondisi ini sangat
menguntungkan bank syariah X dan sebaliknya memberatkan koperasi Y karena harus
menanggung semua biaya operasional maupun non operasional. Ketua I KPRI Y menjelaskan
bahwa semua biaya yang berkaitan dengan aktivitas pengawasan dan pengontrolan
termasuk biaya gaji staf pengawas seluruhnya ditanggung oleh Koperasi Y. Meskipun staf
pengawas tersebut merupakan wakil dari pihak bank syariah X dan menjalankan tugas atas
nama dan untuk kepentingan bank syariah X. Hal ini dijelaskan oleh Bendahara koperasi Y
berikut ini:
...Semua biaya mbak kita harus tanggung. Biaya operasional seperti pembelian
bahan baku, tenaga kerja langsung, biaya untuk beli plastik, transport ,sampai
dengan bayar listrik, telpon, dan semua keperluan adminstrasi. Belum lagi untuk
bayar gaji pegawai adimistrasi dan borong angkut beras. Selain itu juga
semua biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan ini seperti notaris, audit,
pengawas pokoknya semua biaya mbak. Bank hanya tahu bersih saja..gung semua
beban biaya baik langsung maupun tidak langsung dengan aktivitas usaha
Dari pernyataan di atas, Bank syariah X menanggapi resiko kecurangan dengan mem-
buat sistem yang cenderung menekan koperasi Y dengan “membersihkan” Bank Syariah X dari
segala unsur biaya baik operasional dan non operasional yang bersifat tetap maupun variabel
serta menetapkan nisbah bagi hasil yang terlalu tinggi dan cenderung tidak realistis untuk sur-
vive
-nya usaha koperasi Y. Biaya non opera- sional adalah biaya yang tidak bersentuhan
langsung dengan aktivitas usaha seperti biaya pengawasan,audit dan konsultan yang dikate-
gorikan sebagai agency cost. Seperti yang telah diuraikan diatas, agency cost adalah biaya yang
ditimbulkan oleh aktivitas pemantauan terhadap tindakan agent agar selalu konsisten
dengan kepentingan principal atau tujuan yang disepakati sejak awal kontrak sehingga biaya-
biaya ini seharusnya ditanggung oleh Bank Syariah X sebagai principal dan bukan menjadi
beban Koperasi Y.
3.3 Mereduksi Agency Problem Antara Bank Syariah X dan Koperasi Y Melalui
Pendekatan Metafora Amanah Amanah adalah terpercaya dan bertang-
gung jawab. Agency problem adalah tindakan yang dilakukan tidak sejalan dengan kepen-
tingan atau tujuan salah satu pihak berwujud asimetri informasi
dan moral hazard. Apabila dikaitkan dengan pernyataan di atas agency
problem sama dengan sikap tidak amanah.
Agency problem yang terjadi antara Bank
Syariah X dan Koperasi Y belum terjadi secara konkrit, hanya saja sudah mencapai tahap
pencegahan atau kebijakan Bank Syariah X dalam menurunkan kemungkinan terjadinya
asimetri informasi
dan moral hazard. Kebijakan Bank Syariah X dalam mengen-
dalikan Koperasi Y untuk berbuat sesuai
142
PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
dengan kepentingan Bank Syariah X mela- hirkan tindakan tidak amanah baru dengan
mengalihkan dana pembiayaan untuk produk simpan pinjam yang tidak sesuai dengan
kesepakatan awal, berbasis bunga, dan menyusun laporan keuangan berisikan data-
data keuangan palsu usaha distributor beras dengan nilai pendapatan disetarakan dengan
expected return
bank. Tindakan tidak amanah ini sebenarnya
merupakan wujud dari sikap risk averse terhadap asimetri informasi dan moral hazard
yang mungkin dilakukan oleh Koperasi Y. Kondisi ini diketahui oleh staf bank syariah X
dan menjadi rahasia umum bagi bank syariah X secara keseluruhan. Maka dapat dikatakan,
alternatif kebijakan yang dipilih oleh Bank Syariah X dalam mengendalikan Koperasi Y
agar mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan bank tidak efektif. Fenomena yang
terjadi menunjukkan agency problem antara bank syariah X dengan deposan karena bank
syariah tidak jujur menyalurkan dana nasabah untuk usaha yang berbasis syariah dan
pendapatan yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sikap risk averse bank syariah X terhadap
resiko asimetri informasi dan moral hazard koperasi Y melahirkan sistem yang menjadikan
koperasi Y tidak amanah. Kebijakan Bank Syariah X dalam mencegah asimetri informasi
dan moral hazard, menjauhkan mudharabah dari nilai-nilai syariah. Sebagai pembatasan
masalah, yang dibahas disini adalah agency problem
antara Bank Syariah X dengan Koperasi Y.
Dalam upaya mengatasi masalah ke- agenan pada mudharabah melalui metafora
amanah antara Bank Syariah X dan Koperasi Y dapat digali dari kedalaman masing-masing
pihak dalam menangkap dan memahami amanah meskipun kepahaman belum menen-
tukan keharmonisan dengan tindakan akan tetapi cara pandang sedikit banyak mencer-
minkan motivasi atau spirit dalam menjalankan mudharabah. Selain itu esensi dari agency prob-
lem adalah terkikisnya sikap komitmen
terhadap tanggung jawab dan dalam konsep Islam erat kaitannya dengan tindakan tidak
berlaku amanah. Bank syariah X dan koperasi Y memiliki pendapat yang sama atau mungkin
berbeda dalam menangkap makna amanah. Berikut ini pendapat Pimpinan Cabang bank
syariah X mengenai amanah:
...Amanah bagi kami adalah bagaimana mengelola secara profesional dana yang
telah dititipkan oleh nasabah kepada kami. Bagaimanapun mereka mengama-
nahkan uangnya untuk mendapatkan keuntungan dan keamanan. Dan kami
sama halnya seperti bank lain juga berusaha keras untuk mendapatkan
keuntungan selain sebagai sikap pro- fesionalisme kami dalam mengelola dan
memberikan kepuasan nasabah juga untuk operasional bank...
Sedangkan Ketua koperasi Y sebagai mudharib
memberikan komentar amanah dalam persepekif –nya sebagai berkut:
Tentu saya menjaga amanah untuk mengelola dana ini untuk proyek-proyek
yang sesuai dengan yang saya sampaikan dulu. Kami harus bertindak jujur khu-
susnya dalam melaporkan keuntungan usaha ini. Ini adalah tanggung jawab kami
karena agar selain saya menjaga hubu- ngan baik dengan bank x juga memu-
dahkan kami untuk mendapatkan tambahan modal baru karena kemampuan
untuk menjaga kepercayaan. Apalagi tidak semua nasabah bisa mendapatkan
jenis pembiayaan seperti ini mudha- rabah. Hanya saja terkadang hasil usaha
yang naik turun mempengaruhi hasil kami terutama setelah pembagian keun-
tungan....
Dari informasi di atas,masing-masing pihak memberikan pandangan tentang makna
amanah sesuai dengan peran mereka. Pada