25
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
menghimpun dan meminjamkan atau menya- lurkan dana masyarakat seperti dijelaskan
dalam nomor 1 dan 2 di atas. Untuk jasa pembiayaan dan jasa gadai ditegaskan bahwa
jasa-jasa ini termasuk jasa pembiayaan dan jasa gadai secara syraiah untuk memastikan adanya
equal treatment
dalam jasa keuangan ini. Penegasan ini memang diperlukan, karena cara
penyebutan jasa ini adalah nama jasanya bukan atas dasar cara operasinya seperti disebutkan
dalam jenis yang nomor 1 dan 2.
Dalam kedua Undang-undang ini, se- mangat yang diusung adalah sama, yaitu mem-
berikan persamaan perlakuan antara transaksi konvensional dan transaksi yang berbasiskan
syariah. Equal treatment ini menurut peme- rintah memang sudah selayaknya dilakukan
agar tidak terjadi pembebanan pajak yang berbeda dalam suatu industri yang sama.
1.4 Insentif Fiskal: Bentuk Perlakuan “Adil” untuk Menyongsong Indonesia
sebagai Kiblat Ekonomi Syariah Dengan kondisi bank syariah yang masih
berkembang, pemerintah dinilai perlu mengkaji pemberian insentif pajak. Sejak berdirinya BMI
tahun 1991 sebagai cikal bakal kegiatan usaha berbasis syariah, pemerintah belum membe-
rikan dukungan maksimal khususnya dalam pemberian insentif pajak. Harus diakui bahwa
pemerintah sebenarnya telah berusaha untuk memberikan dukungan dengan menetapkan
Undang-Undang yang khusus mengatur tentang kegiatan berbasis syariah.
Bentuk dukungan lainnya adalah diber- lakukannya UU perpajakan yang mengatur
persamaan perlakuan perpajakan antara usaha berbasis syariah dengan usaha berbasis
konvensional seperti dibahas pada sub bab 3.2 dan 3.3 di atas. Salah satu tujuan penetapan UU
pajak tersebut adalah memberikan persamaan perlakuan antara transaksi konvensional dan
transaksi yang berbasiskan syariah agar tidak terjadi pembebanan pajak yang berbeda dalam
suatu industri yang sama. Pemerintah Indonesia dan regulator perlu
meningkatkan kepedulian kepada perbankan syariah. Sebab, secara alamiah bank syariah
berbeda dengan bank konvensional. Untuk itu, diperlukan keberpihakan yang lebih berupa
beberapa insentif bagi perbankan syariah. Perlakuan yang sama atau netralisasi antara
transaksi konvensional dan transaksi yang berbasiskan syariah belum cukup maksimal
mendorong pengembangan industri ini. Per- lakuan yang sama berakibat secara komparatif
industri perbankan syariah akan sulit mengejar peningkatan share-nya karena di saat yang sama
industri perbankan konvensional juga terus melesat. Pemberian insentif akan lebih efektif
mendorong pengembangan industri perbankan syariah nasional dibanding sekedar netralisasi
pajak. Fasilitas insentif, bisa diberikan dalam bentuk fasilitas pembebasan perpajakan tax
holiday
dalam jangka waktu tertentu. Hal ini telah dibuktikan oleh beberapa negara yang
memberikan insentif fiskal secara maksimal. Pada negara-negara dengan perkembangan
industri perbankan yang sangat pesat seperti Malaysia dan Dubai, fasilitas pembebasan
pajak ini menjadi kunci utama. Di Dubai, fasilitas berlaku selama 50 tahun dan bisa
diperpanjang 50 tahun lagi, sehingga menjadi 100 tahun. Malaysia meski lebih pendek yakni
selama 10 tahun, tapi juga bisa diperpanjang kembali selama 10 tahun.
Pemberian insentif pajak bagi perbankan syariah, tidak akan memicu persaingan dengan
perbankan konvensional. Dengan pemberian insentif, pertumbuhan perbankan syariah justru
akan lebih cepat memberi kontribusi bagi eko- nomi negara. Apalagi selama ini telah terbukti
bahwa dalam perjalanannya, bank syariah mampu bertahan dari terjangan badai krisis
yang sempat melanda negara kita. Perbankan syariah mempunyai daya tahan kuat meng-
hadapi krisis dibandingkan bank-bank
26
PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
konvensional. Bank konvensional mempunyai banyak instrumen yang sangat spekulatif,
sementara bank syariah tidak ada di dalam area itu, cenderung konservatif. Inilah kunci daya
tahan bank syariah. Untuk menentukan jenis insentif pajak yang tepat, perlu kajian dan
penelitan lebih lanjut. Pada penelitian ini, diajukan satu jenis insentif fiskal yaitu tax holi-
days.
Pemberian insentif jenis ini sering di- terapkan oleh negara yang sedang berkembang
yang ditujukan untuk perusahaan baru dengan tujuan untuk menarik investor baru. Tax holi-
days
digunakan untuk menstimulus aktivitas investasi sehingga kebijakan ini turut mening-
katkan pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya bisa menyejahterakan rakyat. Tax holi-
days
bisa dilakukan dengan berbagai model. Pertama,
pemberian insentif pajak dapat dilakukan dengan pengembalian pajak sebagai
penghasilan bank. Kemudian besaran nilai pajak yang harus ditanggung bank disalurkan
ke pembiayaan mikro tanpa bagi hasil. Dengan model insentif pajak seperti ini, bank tidak akan
terbebani pajak dan sektor mikro pun terus tumbuh. Dengan berkembangnya sektor mikro,
maka akan muncul usaha-usaha baru yang akan meningkatkan kehidupan perekonomian nega-
ra. Jumlah wajib pajak baru baik orang pribadi maupun badan akan bermunculan yang masing-
masing berpotensi untuk dikenakan PPh atas penghasilan yang diperoleh. Orang pribadi di
sini bisa berdiri sebagai pemilik usaha mikro yang akan dikenai PPh atas laba yang dipe-
rolehnya atau berdiri sebagai pihak yang memberikan jasa kepada usaha mikro sebagai
karyawan atau pemberi jasa lainnya yang akan dikenai PPh pasal 21. Pada akhirnya, penda-
patan negara dari sektor pajak bisa meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan berkurangnya
penerimaan pajak dari pemberian insentif pajak yang dikucurkan.
Kedua, pemberian insentif pajak dapat
dilakukan dengan cara PPh ditanggung pemerintah. Cara ini pernah dilakukan peme-
rintah pada tahun 1996 dengan terbitnya PP No.45 tahun 1996. Penerbitan peraturan ini
didasari oleh pertimbangan akan pentingnya peningkatan ketahanan ekonomi nasional
sehubungan dengan perkembangan pereko- nomian dunia, sehingga badan usaha yang
bergerak dalam industri usaha tertentu perlu didorong agar dapat lebih cepat berkembang.
Dalam PP ini dinyatakan bahwa PPh yang terutang WP Badan dalam negeri atas peng-
hasilan yang diterima atau diperoleh perusa- haan yang baru didirikan atau untuk usaha
industri tertentu dapat ditanggung oleh peme- rintah untuk jangka waktu paling lama sepuluh
tahun. Usaha berbasis syariah di Indonesia sudah memasuki dekade ketiga sejak bank
syariah pertama di Indonesia berdiri pada 1991. Dalam perjalanannya, bank syariah mampu
bertahan dari terjangan badai krisis yang sempat melanda negara ini pada 2008 silam. Perbankan
syariah sebagai salah satu bentuk usaha berbasis syariah mempunyai daya tahan kuat
menghadapi krisis dibandingkan bank-bank konvensional. Bank konvensional mempunyai
banyak instrumen yang sangat spekulatif, sementara bank syariah tidak ada di dalam area
itu, cenderung konservatif. Faktor inilah yang merupakan kunci daya tahan bank syariah.
Daya tahan itu harus terus diperbaiki sehingga bank syariah mampu berkontribusi signifikan
terhadap perekonomian negara ini.
Perjalanan bank syariah di industri ke- uangan syariah bukan tanpa risiko. Bank sya-
riah penting menjaga tata kelola manajemennya dengan baik. Pemerintah harus mendukung
perkembangan bank syariah karena total aset perbankan syariah belum mencapai lima persen
meski ada potensi luar biasa di Indonesia karena negara muslim terbesar. Bank syariah tidak
akan bisa tumbuh alamiah, jadi kemajuan bank syariah di dunia harus didukung pemerintah,
salah satunya dengan cara ini, pemberian tax holidays.
27
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
SIMPULAN SARAN Simpulan
Usaha berbasis syariah di Indonesia sudah memasuki dekade ketiga sejak bank
syariah pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia berdiri pada 1991. Dalam
perjalanannya, bank syariah mampu bertahan dari terjangan badai krisis yang sempat melanda
negara ini di beberapa tahun silam. Keunggulan ini sebenarnya bisa menjadi pemicu bank
syariah untuk tumbuh pesat, di samping potensi pangsa pasar yang tersedia berupa jumlah
penduduk Indonesia yang mayoritas muslim.
Secara umum, perbankan syariah me- ngalami pertumbuhan yang cukup pesat, akan
tetapi dari sisi ukuran industri dan dampaknya terhadap perekonomian nasional masih relatif
kecil ketika dibandingkan dengan industri perbankan dan keuangan umum, yang terlihat
dari pangsa pasar maupun rasio pembiayaan perbankan syariah terhadap Gross Domestic
Bruto
GDP yang masih kecil. Kondisi ini muncul disebabkan oleh beberapa faktor.
Peraturan perundangan yang dijadikan payung hukum keberadaan perbankan syariah yang
memadai baru lahir pada tahun 2008 yaitu UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Dari sisi perpajakan, regulasi yang benar-benar mengatur pengenaan pajak atas usaha berbasis
syariah baru ada setelah lahirnya UU PPh No. 36 tahun 2008 dan UU PPN No. 42 tahun 2009.
Dukungan pemerintah masih sangat dibutuhkan dalam rangka mencapai target
pertumbuhan yang diinginkan dari perbankan syariah. Dukungan tersebut bisa diwujudkan
dalam bentuk pemberian insentif pajak kepada perbankan syariah seperti halnya yang telah
dilakukan oleh pemerintah Malaysia, yang telah membuktikan ampuhnya pemberian insntif
pajak terhadap pertumbuhan bank syariah. Dalam penelitian ini, bentuk insentif yang
dipilih adalah Tax holidays dengan cara pengembalian pajak sebagai penghasilan bank
dan dilakukan dengan cara PPh ditanggung pemerintah.
Saran
Pemerintah hendaknya berusaha semak- simal mungkin untuk meningkatkan pertum-
buhan usaha perbankan syariah. Hal ini mengingat potensi yang dimiliki perbankan
syariah terhadap penghimpunan dan penyaluran dana bagi penduduk muslim yang merupakan
penduduk mayoritas di Indonesia.
Bentuk upaya dan dukungan yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan menye-
diakan regulasi yang memudahkan operasional perbankan syariah dan mampu menampung
dinamika usaha berbasis syariah. Hendaknya pemerintah segera mengambil keputusan untuk
memberikan insentif pajak yang sangat penting artinya dan ditunggu para pelaku perbankan
syariah.
DAFTAR RUJUKAN
Amali, Muhammad Na’im. 2015. Beragam Insentif Pajak. http:catatannaim.
blogspot.co.id201502beragam- insentif-pajak.html.
Diakses tanggal 5 Oktober 2015.
Anonym. 2013. BI ‘anak tirikan Bank Konvensional.
Neraca. http:www. neraca.co.idharianarticle29107 .
Diakses tanggal 5 Oktober 2015. Antonio. Muhammad Syafi’i. 2001. Islamic
banking: Bank Syariah dari Teori ke Praktik.
Jakarta: Gema Insani. Efi. 2012. Industri Keuangan Syariah Butuh
Dukungan Pemerintah. Investor Daily.
http:www.syariahmandiri.co.id2012 08industri-keuangan-syariah-butuh-
dukungan-pemerintah. Diakses tanggal 5 Oktober 2015
Erly Suandy.2011. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.