Kepemimpinan dalam Aktivitas Manajerial

1. Preventive Control, merupakan pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan. Pemimpin mengawasi perencanaan kegiatan hingga persiapan yang dilakukan termasuk rekrutmen pegawai. 2. Repressive control, merupakan pengawasan setelah kegiatan berlangsung, dengan mengawasi hasil yang dicapai dari kegiatan pelaksanaan kegiatan, serta evaluasi laporan yang didapatkan. 3. Pengawasan saat proses dilakukan, merupakan pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya proses kegiatan di perusahaan sekaligus pengkoreksian agar tidak terjadi penyimpangan. 4. Pengawasan berkala, merupakan pengawasan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan kesepakatan yang telah ditetapkan. 5. Pengawasan mendadak sidak, merupakan pengawasan yang dilakukan pimpinan dalam waktu yang tidak ditentukan, dilakukan secara tiba-tiba untuk melihat kegiatan yang dilakukan bawahan sehari-hari saat bekerja di perusahaan. 6. Pengawasan melekat waskat, merupakan pengawasan yang dilakukan secara khusus dari atasan kepada kondisi ataupun staf-staf tertentu untuk tujuan yang spesifik atau bersifat khusus, untuk menghindari sekecil-sekecilnya penyimpangan yang mungkin terjadi.

2.2.4 Kepemimpinan dalam Aktivitas Manajerial

Aktivitas manajerial seorang pemimpin sangat erat kaitannya dengan gaya kepemimpinannya di perusahaan tersebut. Segala aktivitas yang akan dilaksanakannya, tentulah akan sesuai dengan pola kepemimpinan yang Universitas Sumatera Utara diterapkannya. Menurut Robbins 2008 : 49 kepemimpinan dapat didefenisikan sebagai kemampuan mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sejumlah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan. Sedangkan menurut Nirman dalam Ardana,dkk. 2008 : 89 kepemimpinan adalah proses mempengaruhi perilaku orang lain agar orang tersebut berperilaku seperti yang dikehendakinya. Dari defenisi tersebut dapatlah dilihat, bahwa seorang manajer dalam melaksanakan aktivitas manajerialnya bertujuan untuk mempengaruhi kelompok kerja atau para pegawainya dalam perusahaan melalui kepemimpinannya, agar dapat mencapai tujuan bersama yang memang telah diketahui oleh seluruh anggota perusahaan dan juga untuk mencapai visi perusahaan. Semua penerapan aturan dan tujuan yang dilaksanakan pegawai dibawah pengaruh pemimpinnya tentulah sesuai dengan gaya kepemimpinan pemimpinnya diperusahaan tersebut. Sunarto 2005 : 33 mengungkapkan bahwa pemimpin memiliki dua peran penting, yaitu : 1. Menyelesaikan tugas, adalah tujuan utama dibentuknya kelompok dibawah pemimpin. Para pemimpin harus memastikan bahwa tujuan kelompok akan tercapai. 2. Menjaga hubungan yang efektif, yaitu hubungan pemimpin dengan anggota kelompoknya maupun dengan anggota kelompok lain. Suatu hubungan disebut efektif apabila hubungan tersebut berkontribusi terhadap penyelesaian tugas. Dalam hal ini pemimpin dikategorikan menjadi dua yaitu , golongan pemimpin yang memberikan perhatian pada semangat Universitas Sumatera Utara kerja serta pencapaian tujuan, dan pemimpin yang memfokuskan perhatian pada individu serta bagaimana memotivasinya. Gaya kepemimpinan seorang atasan disebuah perusahaan juga menjadi hal yang berkaitan terhadap penerapan aktivitas manajerial untuk program peningkatan kinerja pegawai. Beberapa tipe dari gaya kepemimpinan menurut Djatmiko dalam Ardana,dkk. 2008 : 97 adalah sebagai berikut : 1. Tipe Otokratik, dengan ciri-ciri antara lain : mengambil keputusan sendiri, memutuskan kekuasaan dan pengambilan keputusan pada dirinya, bawahan melakukan apa yang diperintahkan, menggunakan wewenang dan tanggung jawab sepenuhnya dan biasanya berorientasi pada kekuasaan. 2. Tipe Paternalistik, ciri-cirinya antara lain : mengambil keputusan cenderung menggunakan cara sendiri tanpa melibatkan bawahan, hubungan dengan bawahan bersifat bapak-anak, berusaha memenuhi kebutuhan fisik anak buah untuk mencuri perhatian dan tanggungjawab mereka, orientasinya adalah menjaga hubungan yang baik dengan anak buah. 3. Tipe Karismatis, dengan ciri-ciri yang menonjol diantaranya : memelihara hubungan dengan bawahan agar pelaksanaan tugas dapat terselenggara dengan baik sekaligus memberi kesan bahwa hubungan tersebut berbasis pada relasionalitas bukan kekuasaan. 4. Tipe Laissess Faire Free Reign dengan ciri-ciri : menghindari penumpukan kekuasaan dengan jalan mendelegasikan kepada bawahan, Universitas Sumatera Utara tergantung pada kelompok dalam menentukan tujuan dan penyelesaian masalah, efektif bila di lingkungan yang memiliki motivasi tinggi. 5. Tipe Demokratis, yang ciri-ciri nya adalah antara lain : membagi tanggung jawab keputusan dengan kelompok, mengembangkan tanggung jawab kelompok untuk menyelesaikan tugas, memakai pujian dan kritik, meski pengambilan keputusan dilimpahkan, namun tanggung jawab tetap pada pimpinan.

2.3 Kinerja