Konstruksi Tes Hasil Belajar

3. Konstruksi Tes Hasil Belajar

a Validitas Ratnawulan dan Rusdiana 2015: 59, menjelaskan alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur itu dapat dengan tepat mengukur sesuatu yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas berkaitan dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Purwanto 1984: 56, berpendapat validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Suatu teknik evaluasi dikatakan mempunyai validitas yang tinggi disebut valid, jika teknik evaluasi atau tes itu dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur. Sedangkan menurut Arikunto 1991: 163 validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa suatu alat ukur dapat dikatakan valid apabila alat ukur itu dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur yang dapat diketahui dari hasil pemikiran dan hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis logical validity dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris empirical validity. Sehingga ada 4 macam validitas yang berasal dari dasar pembagian jenis diatas yaitu: a. Validitas logis 1 Validitas isi Sebuah tes dikatakan memiliki validits isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas ini dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara memerinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran. 2 Validitas Konstruksi Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus TIK. Konstruksi yang dimaksud pada validitas ini berupa rekaan psikologis yang berkaitan dengan aspek mengingat, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Seperti halnya validitas isi, validitas konstruksi dapat diketahui dengan cara memerinci dan memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek dalam TIK. b. Validitas Empiris 1 Validitas ada sekarang concurrent validity Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini hasil tes PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada. Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriteria atau alat banding. 2 Validitas Prediksi Memprediksi artinya meramal, dan meramal selalu mengenai hal yang akan datang jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. b Reliabilitas Ratnawulan dan Rusdiana 2015: 60 memaparkan kata “reliabilitas” dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris, yang berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. Tes dikatakan dapat dipercaya reliable jika memberikan hasil yang tetap atau konsisten ketika diteskan berulang-ulang. Menurut Purwanto 1984: 56 reliabilitas adalah ‘ketetapan’ atau ‘ketelitian’ suatu alat evaluasi. Suatu tes atau alat evaluasi dikatakan reliable, jika tesalat tersebut dapat dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif. Ratnawulan dan Rusdiana 2015: 174 juga berpendapat salah satu syarat tes sebagai salah satu instrumen evaluasi adalah memiliki reliabilitas yang tinggi. Tes yang memiliki reliabilitas tes atau keajegan, ketetapan berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes akan menghasilkan kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Jika hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Anderson dalam Arikunto, 1991: 81 menyatakan bahwa persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan reliabilitas ini penting. Dalam hal ini validitas lebih penting, dan reliabilitas ini perlu, karena menyokong terbentuknya validitas. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid. Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang reliabilitas, suatu tes dapat dikatakan reliabel apabila tes tersebut bersifat ajegtetap, memiliki konsistensi, stabil, dan dapat dipercaya. c Karakteristik butir soal 1 Daya pembeda Ratnawulan dan Rusdiana 2015: 167 menyatakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang tidakkurangbelum menguasai materi yang ditanyakan. Purwanto 2009: 102, menjelaskan daya pembeda adalah kemampuan butir soal membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. Sedangkan Arifin 2009: 133, menyatakan daya pembeda soal adalah kemampuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai mengusai materi dengan peserta didik yang kurang pandai menguasai materi dengan peserta didik yang kurang pandai kurangtidak menguasai materi. Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas daya beda adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara siswa yang sudah menguasai materi dan belum menguasai materi dan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. 2 Tingkat kesukaran Aiken dalam Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 169 menyatakan bahwa tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 – 1,00. Purwanto 2009: 106, memaparkan tingkat kesulitan adalah proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar. Rentang nilai tingkat kesulitan antara 0 – 1. Semakin tinggi tingkat kesulitan, maka butir soal semakin mudah dan banyak yang menjawab dengan benar. Sebaliknya jika semakin rendah tingkat kesulitan maka butir semakin sukar dan sedikit yang menjawab benar. Tingkat kesukaran diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sukar, sedang, dan mudah. Widoyoko 2014: 165, berpendapat tingkat kesukaran soal yang baik dalam suatu tes adalah 25 kategori mudah, 50 kategori sedang, dan 25 kategori sukar. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahawa tingkat kesukaran adalah sebuah peluang untuk menjawab dengan benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu. Tingkat kesukaran soal yang baik dalam suatu tes adalah 25 kategori mudah, 50 kategori sedang, dan 25 kategori sukar. Semakin tinggi tingkat kesulitan, maka butir soal semakin mudah dan banyak yang menjawab dengan benar. Sebaliknya jika semakin rendah tingkat kesulitan maka butir semakin sukar dan sedikit yang menjawab benar. 3 Analisis pengecoh Purwanto 2009: 108, menyatakan pengecoh disebut sebagai penyesat atau penggoda yang merupakan jawaban tetapi bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh dibuat untuk menyesatkan siswa dan mengoda siswa yang kurang begitu jelas dengan materi untuk memilih jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Arifin 2009: 279, menjelaskan bahwa butir soal dapat dikatakan baik apabila pengecohnya dipilih secara merata oleh peserta tes, sedangkan butir soal dapat dikatakan kurang baik apabila pengecohnya dipilih secara tidak merata. Arikunto 2012: 234, mengungkapkan bahwa sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 peserta tes. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pengecoh adalah sebuah pilihan jawaban yang bukan termasuk dalam kunci jawaban yang berfungsi sebagai pengecoh atau penggoda peserta tes agar memilih pengecoh tersebut bagi peserta tes yang kurang menguasai materi. Pengecoh tersebut akan berfungsi dengan baik jika jawaban pengecoh tersebut dipilih secara merata oleh peserta tes paling sedikit dipilih sebanyak 5.

4. Pengembangan Tes Hasil Belajar

Dokumen yang terkait

Pengembangan tes hasil belajar Matematika materi operasi hitung campuran bilangan bulat untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 1 221

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat, pembulatan, dan penaksiran untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 4 245

Pengembangan tes hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan untuk siswa kelas III sekolah dasar.

0 1 206

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.5 melakukan penaksiran dan pembulatan untuk sIswa kelas IV Sekolah Dasar tahun pelajaran 2016/2017.

0 0 231

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya, pembulatan dan penaksiran untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 1 209

Pengembangan tes hasil belajar Matematika materi operasi hitung, pembulatan, dan penaksiran untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 0 2

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung satuan waktu untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 0 199

Pengembangan buku Prototype Tes hasil belajar kompetensi dasar melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 1 224

Pengembangan tes hasil belajar Matematika materi operasi hitung campuran bilangan bulat untuk siswa kelas V sekolah dasar

0 0 219

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat sifatnya, pembulatan dan penaksiran untuk siswa kelas V sekolah dasar

0 0 207