Tabel 4.20 menunjukkan bahwa hasil pengujian persepsi guru terhadap serifikasi guru ditinjau dari golongan jabatan guru.
Pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengujian tersebut di atas adalah bila statistik hitung statistik tabel maka H
ditolak atau sebaliknya. Nilai F
hitung
dari tabel tersebut sebesar 0.157 sedangkan F
tabel
dapat dihitung sebagai berikut: 1
Tingkat sig α adalah 5 atau 0.05
2 Numerator dk pembilang = 3 – 1 = 2
3 Denumerator dk penyebut = 216 – 3 = 213
4 Dengan menggunakan bantuan perhitungan dari
Microsoft Excel yaitu =FINV0,05,2,213 maka didapat F
tabel
sebesar 3,038263.
Karena F
hitung
F
tabel
, maka H
a1
ditolak yaitu tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari golongan
jabatan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau Dari Lama
Mengajar
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas diketahui bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau
dari lama mengajar. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai
F
hitung
0.099 lebih kecil dari F
tabel
3.038. Nilai probabilitas 0.906 lebih besar dari taraf signifikasi 0.05.
Berdasarkan deskripsi data yang telah dijabarkan di atas, diperoleh data sebagai berikut guru memiliki lama mengajar 5-10
tahun sebanyak 63 guru dimana sebanyak 58,73 guru menilai positif terhadap uji sertifikasi, guru dengan lama mengajar 11-20 tahun
sebanyak 60 guru dimana sebanyak 56,67 menilai positif uji sertifikasi ini, dan lama mengajar di atas 21 tahun sebanyak 93 guru
juga sebagian besar menilai positif uji sertifikasi yaitu sebanyak 68,82. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden
yang telah mengajar di atas 21 tahun memiliki persepsi positif terhadap uji sertifikasi.
Hasil analisis data diketahui bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari lama mengajar. Hal ini
menunjukkan bahwa baik guru yang lama mengajarnya baru 5 tahun hingga guru yang sudah memiliki lama mengajar di atas 21 tahun
memiliki persepsi positif terhadap uji sertifikasi. Menurut peneliti, adanya kesamaan persepsi guru yang positif
terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar disebabkan karena guru dengan masa kerja lebih banyak akan diprioritaskan. Hal
ini sesuai dengan aturan yang tercantum dalam Pedoman Penetapan Peserta dan Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam Jabatan 2010:20
yang menyatakan bahwa kriteria penyusunan ranking setelah
memenuhi syaratkualifikasi akademik S1D-IV adalah: masa kerja sebagai guru, usia, pangkatgolongan, beban kerja, tugas tambahan,
dan prestasi kerja. Guru dengan lama mengajar lebih sedikit juga memiliki persepsi positif. Hal ini terjadi karena para guru menyadari
bahwa tujuan sertifikasi adalah untuk peningkatan kualitas pendidikan. Akan tetapi, mereka menyadari juga bahwa memprioritaskan sesama
guru yang telah mengajar lebih lama merupakan hal etis yang perlu dilakukan. Karena hal ini juga sejalan dengan peraturan yang
tercantum dalam Pedoman Penetapan Peserta. Atas dasar perilaku etis inilah guru dengan lama mengajar lebih sedikit bersedia menerima bila
guru yang mengajar lebih lama lebih diprioritaskan untuk mengikuti uji sertifikasi.
2. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau Dari Tingkat
Pendidikan
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat
pendidikan. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai F
hitung
0.676 lebih kecil dari F
tabel
3.038. Nilai probabilitas 0.510 lebih besar dari taraf signifikasi 0.05.
Berdasarkan deskripsi data yang telah dijabarkan di atas, diperoleh data sebagai berikut guru berpendidikan diploma sebanyak 7
guru dimana sebanyak 42,86 guru menilai positif terhadap uji sertifikasi, guru berpendidikan sarjana sebanyak 191 guru dimana
sebanyak 62,30 menilai positif uji sertifikasi ini, dan berpendidikan magister sebanyak 18 guru juga sebagian besar menilai positif uji
sertifikasi yaitu sebanyak 72,19. hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden yang telah menempuh pendidikan sarjana
memiliki persepsi yang positif terhadap uji sertifikasi. Menurut Buku 3 Pedoman Penyusunan Portofolio 2007
menuliskan bahwa kualifikasi akademik minimal yang harus dipenuhi untuk mengikuti proses uji sertifikasi adalah ijasah pendidikan tinggi
yang dimiliki guru pada saat yang bersangkutan mengikuti sertifikasi baik pendidikan gelar S1, S2 atau S3 maupun non gelar D4 baik
dalam maupun luar negeri. Bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik D4S1 ketentuannya telah diatur dalam PP No. 74
Pasal 66 Tahun 2008 tentang guru yakni guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi akademik D4S1 dapat mengikuti uji
kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik apabila sudah mencapai usia 50 lima puluh tahun dan mempunyai pengalaman
kerja 20 dua puluh tahun sebagai guru atau mempunyai golongan IVa, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan
golongan IVa. Hasil penelitian menunjukkan adanya persamaan persepsi guru
terhadap uji sertifikasi, yaitu persepsi positif terhadap sertifikasi. Ini berarti para guru setuju dengan komponen uji sertifikasi yang meliputi
kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar,
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi,
keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman berorganisasi, dan penghargaan yang relevan dari pemerintah.
Sebelum dilaksanakan sertifikasi guru, pemerintah telah melakukan sosialisasi tentang sertifikasi guru dalam jabatan sehingga
guru dapat memahami tujuan dan manfaat sesungguhnya dari program sertifikassi guru ini yang intinya adalah meningkatkan mutu
pendidikan, profesionalitas guru, dan kesejahteraan guru. Atas dasar inilah guru dengan pendidikan formal di bawah sarjana atau masih
DIII ke bawah juga berpersepsi positif walaupun kualifikasi akademiknya belum memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum
dalam undang-undang. Guru yang masih berpendidikan formal diploma menyadari bahwa peningkatan mutu pendidikan
mengharuskan kualifikasi akademik yang lebih tinggi. Dengan kesimpulan tersebut maka mereka dapat menerima bila guru yang
diprioritaskan adalah guru dengan kualifikasi akademik sarjana.
3. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau Dari Golongan
Jabatan
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari
golongan jabatan. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai F
hitung
0.157 lebih kecil dari F
tabel
3.038. Nilai probabilitas 0.854 lebih besar dari taraf signifikasi 0.05.
Berdasarkan deskripsi data yang telah dijabarkan di atas, diperoleh data sebagai berikut guru bergolongan jabatan IIa-IId
sebanyak 33 guru dimana sebanyak 51,52 guru menilai positif, guru bergolongan jabatan IIIa-IIId sebanyak 89 guru sebagian besar juga
menilai positif terhadap uji sertifikasi yakni sebanyak 62,92 dan untuk guru bergolongan jabatan IVa-IVe sebanyak 94 guru juga
menilai positif terhadap uji sertifikasi ini yaitu sebanyak 65,96. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru bergolongan jabatan
IVa-IVe dan memiliki persepsi yang sangat positif. Hasil deskripsi data tentang golongan jabatan guru sebagian
besar bergolongan IVa-IVe. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru memiliki tingkat pendidikan, jam mengajar yang lama, dan
memiliki prestasi yang baik sebagai seorang guru. Semakin tinggi tingkat pendidikan, jam mengajar, dan prestasinya maka semakin
tinggi pula golongan jabatan seorang guru. Hal ini akan berdampak pada tunjangan yang akan diperoleh dalam sertifikasi.
Guru yang masih memiliki golongan jabatan lebih rendah diduga akan berpersepsi lebih positif karena apabila mereka menerima
tunjangan profesi tingkat kepuasan yang dimiliki lebih tinggi dibandingkan guru dengan golongan jabatan lebih tinggi. Hal ini
dianggap sudah biasa oleh guru dengan golongan jabatan lebih tinggi
karena kesejahteraan mereka sudah terjamin sebelum mengikuti uji sertifikasi.
Namun pada kenyatannya, hasil penelitian ini menunjukkan adanya kesamaan persepsi guru, yaitu persepsi positif terhadap
sertifikasi guru. Menurut peneliti, adanya kesamaan persepsi yang positif terhadap sertifikasi guru ditinjau dari golongan jabatan
disebabkan oleh adanya kesamaan pandangan guru terhadap sertifikasi guru, di mana salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan guru. Hasil deskripsi data menunjukkan bahwa sebagian besar guru bergolongan jabatan tinggi berpersepsi positif terhadap
sertifikasi guru ini. Hal ini disebabkan guru dengan golongan jabatan lebih tinggi akan dapat merasakan kesejahteraannya karena tunjangan
yang diterima akan lebih tinggi pula.
72
BAB V PENUTUP