Manfaat proses anaerobik ialah prosesnya murah dengan inokulum yang diperoleh dari kotoran sapikerbau dan sekaligus mereduksi nilai
BOD. Perlakuan anaerobik sangat baik untuk limbah cair dengan nilai BOD tinggi namun biodegradasi tidak sempurna, karena itu limbah cair
yang keluar dari bak anaerobik perlu diproses lebih lanjut. Pada umumnya, waktu tinggal di bak anaerobik adalah sekitar 14 hari, namun semuanya
tergantung pada jenis limbah organik yang akan diproses. e. Nitrifikasi dan denitrifikasi
Pada senyawa kimia, nitrogen dan fosfor adalah kunci penyebab pencemar dalam limbah cair. Proses denitrifikasi terjadi karena terdapat
Pseudomonas denitrificans. Metode penghilangan senyawa nitrogen dapat dilakukan dengan perlakuan kolam stabilisasi. Kolam stabilisasi
merupakan metode murah, namun efisiensi penghilangan nitrogen terbatas. Proses ini berlangsung secara alami dengan menggunakan
simbiosis bakteri dan ganggang nitrogen dipindahkan dalam bentuk biomassa. Semakin tinggi kadar CO
2
semakin tinggi konversinya.
2.2 Limbah Rumah Potong Hewan
Rumah Pemotongan Hewan yang selanjutnya disebut RPH adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan desain dan konstruksi khusus yang
memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat pemotongan hewan.
Limbah utama dari RPH berasal dari penyembelihan, pemindahan, pembersihan bulu, penjadian rendening, pengaturan, pemerosesan dan
Universitas Sumatera Utara
pembersihan. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha danatau kegiatan yang berwujud cair Permenlh No. 11, 2009.
Limbah pemotongan hewan RPH yang berupa feses urin, isi rumen atau isi lambung, darah, daging atau lemak, dan air cuciannya, dapat bertindak sebagai
media pertumbuhan dan perkembangan mikroba sehingga limbah tersebut mudah mengalami pembusukan. Dalam proses pembusukannya di dalam air,
menimbulkan bau yang tidak sedap serta dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan yang disertai dengan reaksi fisiologik tubuh berupa rasa mual
dan kehilangan selera makan. Selain menimbulkan gas berbau busuk juga adanya pemanfaatan oksigen terlarut yang berlebihan dapat mengakibatkan kekurangan
oksigen bagi biota air.
2.3 Parameter Air Limbah
Beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air limbah Kusnoputranto, 1983 antara lain adalah:
1. Kandungan Zat Padat Yang diukur dari kandungan zat padat ini adalah dalam bentuk
Total Solid Suspended TSS dan Total Dissolved Solid TDS. 2. Kandungan Zat Organik
Zat organik di dalam penguraiannya, memerlukan oksigen dan bantuan mikroorganisme. Salah satu penentuan zat organik adalah dengan
mengukur BOD Biochemical Oxygen Demand dari buangan tersebut. BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan dekomposisi aerobik bahan-bahan organik dalam larutan, dibawah kondisi waktu dan suhu tertentu biasanya lima hari pada 20
o
C. 3. Kandungan Zat Anorganik
Beberapa komponen zat anorganik yang penting untuk mengawasi kualitas air limbah antara lain: Nitrogen dalam senyawaan Nitrat, Phospor
dalam total phosphor, H
2
O dalam zat beracun dan logam berat seperti Hg, Cd, Pb dan lain-lain.
4. Gas Adanya gas N
2
, O
2
, dan CO
2
pada air buangan berasal dari udara yang larut ke dalam air, sedangkan gas H
2
S, NH
3
, dan CH
4
berasal dari proses dekomposisi air buangan. Oksigen di dalam air buangan dapat
diketahui dengan mengukur DO Dissolved Oxygen. Jumlah oksigen yang ada di dalam air sering digunakan untuk menentukan banyaknya atau
besarnya pencemaran zat organik dalam larutan, makin rendah DO suatu larutan, makin tinggi kandungan zat organiknya.
5. Kandungan Bakteri Bakteri golongan Coli terdapat normal di dalam usus dan tinja
manusia. Sumber bakteri patogen dalam air limbah berasal dari tinja manusia yang sakit. Untuk menganalisis bakteri patogen yang terdapat
dalam air buangan cukup sulit, sehingga sebagai parameter mikrobiologis digunakan perkiraan terdekat jumlah golongan coliform. MPN = Most
Probable Number dalam 100 ml air limbah serta perkiraan terdekat jumlah golongan coliform tinja dalam 100 ml air limbah.
Universitas Sumatera Utara
6. pH Derajat Keasaman Pengukuran pH berkaitan dengan proses pengolahan biologis
karena pH yang kecil akan lebih menyulitkan, disamping akan mengganggu kehidupan dalam air bila dibuang ke perairan terbuka.
7. Suhu Suhu air limbah umumnya tidak banyak berbeda dengan suhu
udara, tapi lebih tinggi daripada suhu air minum. Suhu dapat mempengaruhi kehidupan dalam air, kecepatan reaksi atau penguraian,
proses pengendapan zat padat serta kenyamanan dalam badan-badan air.
2.4 Analisis Kualitas Air Hasil Olahan