Kewajiban RPH dalam Pengolahan Air Limbah Baku Mutu Lingkungan

4. Pengolahan air buangan primer dan sekunder = primary and secondary treatment plant Merupakan cara pengolahan air buangan yang lebih kompleks dan lengkap, yaitu pengolahan secara fisik dan mekanis primer dan secara biologis sekunder terutama digunakan di daerah perkotaan dan umumnya mengolah air buangan dari segala jenis, baik yang berasal dari rumah tangga, kotapraja maupun industri.

2.8 Kewajiban RPH dalam Pengolahan Air Limbah

Setiap penanggungjawab usaha danatau kegiatan rumah potong hewan mempunyai kewajiban Permenlh Nomor 02, 2006 yaitu: 1. Melakukan pengolahan air limbah sehingga mutu air limbah yang dibuang atau dilepas ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah RPH. 2. Membuat sistem saluran air limbah yang kedap air dan tertutup agar tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan, dilengkapi dengan alat penyaring untuk memudahkan pembersihan dan perawatan. 3. Memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan saluran limpasan air hujan. 4. Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah dan melakukan pencatatan debit air limbah harian. 5. Melakukan pencatatan jumlah dan jenis hewan yang dipotong per hari. 6. Memeriksa kadar parameter baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini secara periodik sekurang- kurangnya 1 satu kali dalam sebulan di laboratorium yang terakreditasi. Universitas Sumatera Utara 7. Menyampaikan laporan tentang catatan debit air limbah harian, jumlah dan jenis hewan yang dipotong per hari dan kadar parameter baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam point 4, point 5, dan point 6 sekurang-kurangnya 3 tiga bulan sekali kepada Gubernur dan BupatiWalikota dengan tembusan disampaikan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup dan instansi yang membidangi kegiatan RPH serta instansi lain yang dianggap perlu. Setiap penanggungjawab usaha danatau kegiatan RPH dilarang melakukan pengenceran air limbah dari kegiatannya.

2.9 Baku Mutu Lingkungan

Sehubungan dengan fungsi baku mutu lingkungan maka dalam hal menentukan apakah telah terjadi pencemaran dari kegiatan industri atau pabrik dipergunakan dua buah sistem baku mutu lingkungan, yaitu:

1. Effluent Standard, merupakan kadar maksimum limbah yang

diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan. Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam keputusannya No. KEP- 03MENKLHII1991 telah menetapkan baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi dan baku mutu air laut. Dalam keputusan tersebut, yang dimaksud dengan: Universitas Sumatera Utara  Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat dalam air, namun tetap berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.  Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak menyebabkan dilampauinya baku mutu air.  Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, dan atau benda.  Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambient.  Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain yang ada atau harus ada, dan zat atau bahan pencemar yang ditenggang adanya dalam air laut.

2. Stream Standard, merupakan batas kadar untuk sumber daya tertentu,

seperti sungai, waduk, dan danau. Kadar yang ditetapkan berdasarkan pada kemampuan sumber daya beserta sifat peruntukkannya. Misalnya batas kadar badan air untuk air minum akan berlainan dengan batas kadar bagi badan air untuk pertanian. Universitas Sumatera Utara Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi empat kelas menurut PP No. 82 tahun 2001, yaitu:  Kelas satu , air yang peruntukkannya digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.  Kelas dua , air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana atau sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.  Kelas tiga , air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.  Kelas empat , air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanian dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2.10 Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan RPH dengan Cara Elektrokoagulasi Aliran Kontinyu Sekarang telah dikembangkan metode baru untuk pengolahan limbah cair RPH, yaitu teknik elektrokoagulasi. Elektrokoagulasi merupakan proses destabilisasi suspensi, emulsi dan larutan yang mengandung kontaminan dengan cara mengalirkan arus listrik melalui air, menyebabkan terbentuknya gumpalan yang mudah dipisahkan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitan yang telah dilakukan sebelumnya Roihatin A., Kartika A. R., 2009 mengenai metode elektrokoagulasi dengan mempelajari pengaruh parameter jumlah elektroda, tegangan elektrolisis, dan waktu tinggal waktu operasi pada proses elektrokoagulasi aliran kontinyu terhadap PH, efisiensi pemisahan TSS dan TDS, kandungan COD serta kekeruhan air limbah. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: tegangan elektrolosis 5,10,15 Volt, kombinasi elektroda besi dan aluminium, waktu operasi 6,7;11,2;23,1 menit. Analisis yang dilaksanakan meliputi analisa pH, TDS, TSS, COD dan turbiditas. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa tegangan elektrolosis, waktu elektrokoagulasi, dan susunan elektroda sangat berpengaruh terhadap penurunan kadar COD, TDS, TSS dan turbiditas pada limbah. Penambahan waktu elektrokoagulasi dan rapat arus cenderung menurunkan kadar COD, TDS, TSS dan turbiditas limbah serta pH setelah proses elektrokoagulasi cenderung mendekati netral.

2.11 Pemanfaatan Eceng Gondok Eichhornia crasspes Mart Solm Sebagai