Pengolahan secara kimia Limbah

g. Adsorpsi Adsorpsi digunakan untuk memindahkan senyawa kimia tertentu larutan dengan menggunakan adsorben karbon aktif mampu mengadsorpsi senyawa organik dan juga menghilangkan bau tak sedap, rasa, dan warna serta senyawa organik toksik. Wujud karbon aktif yang digunakan ialah karbon aktif bentuk granular. Adsorpsi dibedakan atas adsorpsi fisik dan adsorpsi kimia.

2.1.2 Pengolahan secara kimia

Pengolahan secara kimia chemical treatment melibatkan beberapa proses kimia, yaitu dapat dilihat pada gambar 2.2: Gambar 2.2 Proses Pengolahan Limbah Cair Secara Kimia Pengolahan secara kimia Netralisasi dengan basa atau asam Koagulasi dan flokulasi Adsorpsi Dialisis Perpindahan oksigen dan pencampuran Ozonisasi Khlorin dioksida Penghilangan ammonia Universitas Sumatera Utara a. Netralisasi dengan basa atau asam Limbah cair dari industri pada umumnya bersifat alkali atau asam sehingga diperlukan proses kimia netralisasi limbah cair. Limbah cair yang bersifat basa, maka proses netralisasi dilakukan dengan penambahan HCl, atau asam sulfat, atau gas CO 2 sehingga dicapai nilai pH antara 6,50-8,50. Jika gas karbondioksida tidak tersedia, maka netralisasi dilakukan dengan menggunakan asam sulfat karena harganya jauh lebih murah jika dibandingkan dengan asam asam khlorida. Reaksi kimia netralisasi berlangsung cepat, diperlukan pengadukan, dilengkapi dengan sensor nilai pH, dan alat pengendali penambahan asam. Limbah cair yang bersifat asam dinetralkan dengan penambahan bahan kimia air kapur atau CaOH 2 , kostik soda atau NaOH, soda abu atau Na 2 CO 3 . b. Koagulasi dan flokulasi Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel senyawa koloid dalam limbah cair. Proses pengendapan dengan menambahkan bahan koagulan ke dalam limbah cair sehingga terjadi endapan pada dasar tangki pengendapan. Flokulasi adalah proses pengendapan pencemar dalam limbah cair dengan penambahan bahan koagulan utama dan koagulan pendukung sehingga terjadi gumpalan sebelum mencapai dasar tangki pengendap. Flokulasi dikenal pula sebagai pencampuran mixing, namun kecepatan pencampuran sangat lambat, dan tangki flokulasi dilengkapi dengan Universitas Sumatera Utara pengaduk bentuk pedal, dan baffle atau sirip di dinding tangki flokulasi. Limbah cair yang diberi koagulan dengan dosis tertentu diaduk dalam tangki flokulasi kemudian pengaduk dimatikan dan didiamkan, maka akan terbentuk endapan di bagian bawah. Nilai pH untuk koagulasi harus diperhatikan, misal garam-garam besi bekerja pada nilai pH antara 4,50 sampai 5,50. Sebaliknya, garam alumunium bekerja pada nilai pH antara 5,50 sampai 6,30. Limbah cair pada perlakuan primer terdiri atas senyawa organik dalam bentuk suspensi dan senyawa organik terlarut kemudian mengalir masuk ke dalam tangki sedimentasi dan didiamkan selama 2 sampai 3 jam sehingga terbentuk air limbah relatif bersih dengan campuran padatan dan limbah cair atau lumpur primer primary sludge. c. Adsorpsi Proses adsorpsi dengan menggunakan adsorben digunakan untuk memisahkan senyawa pencemar dalam limbah cair. Proses adsorpsi adalah kumpulan senyawa kimia dipermukaan adsorben, padat sebaliknya absorpsi adalah penetrasi kumpulan senyawa kimia ke dalam senyawa padat. Jika kedua peristiwa terjadi simultan maka peristiwa ini disebut sorpsi. Karbon aktif digunakan sebagai adsorben untuk menghilangkan kontaminan. Karbon aktif terbuat dari kayu, batu bara, lignit, tempurung kepala, dan tulang ternak serta limbah sayuran kemudian dipanaskan tanpa adanya oksigen sehingga terbentuk arang utuh. Universitas Sumatera Utara d. Dialisis Proses membran adalah proses pemisahan senyawa dari larutan yang berisi senyawa dengan menggunakan membran permiabel selektif. Proses membran terdiri atas proses dialisis, elektrodialisis, dan reverse osmosis. Dialisis adalah proses pemisahan solute dari berbagai ionik atau ukuran molekul dalam larutan oleh membran permiabel selektif. e. Perpindahan oksigen dan pencampuran Pada perlakuan lumpur aktif, lagon teraerasi, dan proses digesi diperlukan adanya oksigen dalam proses aerobik dan proses pencampuran dengan hasil padatan tersuspensi. Perpindahan oksigen dan proses pencampuran dilakukan dengan aerasi dari alat kompresor. Sistem aerobik menggunakan bak terbuka yang berisi limbah cair kemudian dipasok oksigen dalam udara untuk proses metabolisme sehingga mampu mendegradasi senyawa organik dalam limbah cair dengan nilai BOD yang tidak terlalu tinggi. f. Ozonisasi Pendekatan bioteknologi ramah lingkungan terhadap limbah pestisida dan limbah senyawa organik lainnya merupakan pendekatan yang sangat dianjurkan untuk diterapkan meskipun proses ozonisasi lebih lama jika dibandingkan dengan proses kimia. Ozonisasi adalah salah satu pendekatan proses kimia untuk mendegradasi limbah pestisida dalam limbah cair dan limbah senyawa organik meskipun limbah pestisida merupakan residu yang permanen. Residu pestisida organofosfor sangat Universitas Sumatera Utara sensitif terhadap ozonisasi misalnya parathion, malathion, fosalon, dimefox, dan lain-lain. Tujuan ozonisasi adalah mengeliminasi bakteri patogen dalam air maupun limbah cair. g. Khlorin dioksida Metode penambahan khlorin ke limbah cair untuk mengoksidasi senyawa ammonia menjadi gas nitrogen dipengaruhi oleh: waktu kontak reaksi, suhu reaksi, dan nilai pH reaksi. Kerugian dengan melakukan metode ini adalah:  Diperlukan sistem pengendalian nilai pH.  Diperlukan biaya operasi mahal karena jumlah larutan NaOH dan khlorin cukup besar dan mahal serta merupakan bahan berbahaya dan beracun B -3 .  Diperlukan dekhlorinasi.  Adanya senyawa karsinogen hidrokarbon terkhlorinasi.  Sangat peka terhadap perubahan suhu untuk menghilangkan senyawa ammonia-nitrogen sampai konsentrasi 0,10 mgL. h. Penghilangan ammonia Ammonia dihasilkan oleh dekomposisi senyawa organik terdapat dalam limbah cair yang harus dihilangkan sebab ammonia bersifat toksik atau beracun terhadap kehidupan ikan air tawar jika konsentrasi ammonia dalam air lebih dari 3 mgL dan senyawa ammonia akan dioksidasi oleh mikroba menjadi nitrat dengan menggunakan oksigen. Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Pengolahan secara biologi