Hasil akhir adalah peningkatan bahan organik dalam sistem. Kebutuhan oksigen dalam kolam oksidasi harus sebanding dengan atau kurang
dari produksi oksigen fotosintetik bila kondisi anaerobik tidak diinginkan. Akan tetapi, reaksi anaerobik memegang peranan utama dalam stabilisasi
BOD dalam suatu kolam oksidasi, seperti yang mungkin terjadi pada bagian kolam yang lebih bawah, diinginkan karena bila tidak akan timbul bau dan
kondisi yang menganggu atau efisien menjadi lebih rendah. Setelah melalui kolam oksidasi, limbah yang telah mengalami interaksi
biologik akan di alirkan menuju parit pembuangan.
4.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Air Limbah Rumah Potong Hewan Medan
Hasil pemeriksaan air limbah pada rumah potong hewan di Kelurahan Mabar Hilir yang diteliti meliputi : kadar BOD, kadar COD, zat padat terlarut
TSS, minyak dan lemak, ammoniak NH3-N dan pH.
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kadar BOD Air Limbah PD RPH Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli
No Titik Pengambilan
Sampel BOD Sampel
mgL Baku Mutu
1 K1
344,56
Kadar BOD maksimum untuk air limbah RPH 100 mgL
2 K2
685,98
3 K3
221,68
4 K4
112,54
5 Out
32,26 sumber : hasil uji laboratorium
– lampiran B
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari pemeriksaan kadar BOD air limbah di rumah potong hewan didapat kadar BOD tersebut pada titik K1, K2,
K3 dan K4 tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.02 tahun 2006, karena hasil yang didapat di
laboratorium melebihi batas maksimum yaitu 100 mgL. Sedangkan pada titik Out sudah memenuhi syarat.
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Kadar COD Air Limbah PD RPH Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli
No Titik Pengambilan
Sampel COD Sampel
mgL Baku Mutu
1 K1
2181,81
Kadar COD maksimum untuk air limbah RPH 200 mgL
2 K2
2025,45
3 K3
608,48
4 K4
1579,39
5 Out
320
sumber : hasil uji laboratorium – lampiran B
Pada tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari pemeriksaan kadar COD air limbah di rumah potong hewan didapat kadar COD tersebut pada titik K1, K2,
K3, K4 dan Out tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.02 tahun 2006, karena hasil yang didapat di
laboratorium melebihi batas maksimum yaitu 200 mgL.
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kadar TSS Air Limbah PD RPH Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli
No Titik Pengambilan
Sampel TSS Sampel
mgL Baku Mutu
1 K1
460
Kadar TSS maksimum untuk air limbah RPH 100 mgL
2 K2
1460
3 K3
1020
4 K4
680
5 Out
80 sumber : hasil uji laboratorium
– lampiran B
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dari pemeriksaan kadar TSS air limbah di rumah potong hewan didapat kadar TSS tersebut pada titik K1, K2,
K3 dan K4 tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.02 tahun 2006, karena hasil yang didapat di
laboratorium melebihi batas maksimum yaitu 100 mgL. Sedangkan pada titik Out sudah memenuhi syarat.
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Kadar Minyak dan Lemak Air Limbah PD RPH Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli
No Titik Pengambilan
Sampel Minyak dan Lemak
Sampel mgL Baku Mutu
1 K1
150
Kadar Minyak dan Lemak maksimum untuk air limbah
RPH 15 mgL 2
K2 170
3 K3
100
4 K4
130
5 Out
80
sumber : hasil uji laboratorium – lampiran B
Pada tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa dari pemeriksaan kadar minyak dan lemak air limbah di rumah potong hewan didapat kadar minyak dan
lemak tersebut pada titik K1, K2, K3, K4 dan Out tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.02 tahun 2006,
karena hasil yang didapat di laboratorium melebihi batas maksimum yaitu 15 mgL.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Kadar Ammoniak NH3-N Air Limbah PD RPH Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli
No Titik Pengambilan
Sampel Amoniak NH3-N
Sampel mgL Baku Mutu
1 K1
4,675
Kadar Ammoniak NH3-N
maksimum untuk air limbah RPH 25 mgL
2 K2
4,283 3
K3 1,541
4 K4
3,061 5
Out 1.924
sumber : hasil uji laboratorium – lampiran B
Pada tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa dari pemeriksaan kadar
ammoniak NH3-N air limbah di rumah potong hewan didapat kadar ammoniak NH3-N tersebut pada titik K1, K2, K3, K4 dan Out diperoleh 100 sudah
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.02 tahun 2006.
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Kadar pH Air Limbah PD RPH Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli
No Titik Pengambilan
Sampel pH Sampel
Baku Mutu
1 K1
6,50
Kadar pH maksimum untuk
air limbah RPH 6 - 9 2
K2 6,62
3 K3
6,67 4
K4 6,52
5 Out
6,66 sumber : hasil uji laboratorium
– lampiran B
Pada tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa dari pemeriksaan kadar pH air limbah di rumah potong hewan didapat kadar pH tersebut pada titik K1, K2, K3,
Universitas Sumatera Utara
K4 dan Out diperoleh 100 sudah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.02 tahun 2006.
Hasil pemeriksaan kadar BOD, COD, TSS, minyak dan lemak, NH
3
-N, dan pH air limbah PD RPH Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli dapat
dilihat pada tabel 4.7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Limbah PD RPH Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli
No Parameter
Metode Sampel
Satuan Baku Mutu
Maksimal K1
K2 K3
K4 Out
1 BOD
Titrimetri
344,56 685,98
221,68 112,54
32,26 mgL
100 2
COD Spektrofotometri
2181,81 2025,45
608,48 1579,39
320
mgL 200
3 TSS
Gravimetri
460 1460
1020 680
80 mgL
100 4
Minyak Lemak -
150 170
100 130
80 mgL
15 5
NH3-N -
4,675 4,283
1,541 3,061
1,924 mgL
25 6
pH -
6,50 6,62
6,67 6,52
6,66 -
6 - 9
sumber : hasil uji laboratorium – lampiran B
Universitas Sumatera Utara
4.3 Evaluasi Kolam K-1 Pengendapan Limbah Padat Jeroan dari Ruang Pemotongan Sapi Cara Hidrolik dan Babi
Dari hasil observasi yang dilakukan di PD Rumah Potong Hewan Medan, didapat data sebagai berikut :
Sapi yang dipotong rata-rata perhari = ± 15 ekor
Babi yang dipotong rata-rata perhari = ± 120 ekor
Debit air limbah maksimum untuk sapi = 1,5 m
3
ekorhari Debit air limbah maksimum untuk babi
= 0,65 m
3
ekorhari Jumlah air limbah sapi rata-rata perhari
= 15 x 1,5 = 22,5 m
3
hari Jumlah air limbah babi rata-rata perhari
= 120 x 0,65 = 78 m
3
hari Total jumlah limbah rata-rata perhari
= 22,5 + 78 = 100,5 m
3
hari Dimensi Kolam K-1 saat ini :
Panjang = 7,5 meter
Lebar = 2,5 meter
Tinggi = 1 meter
Volume = 18,75 m
3
Volume bak yang ada saat ini adalah sebesar 18,75 m
3
. Untuk kapasitas limbah 100,5 m
3
hari, dimensi kolam K-1 yang ada saat ini tentu tidak mampu menampung limbah. Untuk itu perlu pertimbangan atau peninjauan terhadap
retention time yang terjadi pada raw water basin agar efektifitas pengolahan dapat berlangsung.
Waktu Tinggal saat ini Tr =
18,75
3
100,5
3
24 = 4,48 jam
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Kolam K-1 Pengendapan Limbah Padat Jeroan
Dengan retention time 4,48 jam berarti kapasitas kolam K-1 pengendapan limbah padat jeroan Gambar 4.3 masih memadai dan belum perlu
pengembangan, sebab standar waktu tinggal menurut JWWA Japan Water Works Association adalah ≥ 2 jam dan disamping itu kolam ini hanya menampung
limbah padat jeroan yang jumlahnya lebih sedikit dari limbah cair. Selanjutnya adalah mengevaluasi saluran yang akan digunakan untuk
mengalirkan air limbah dari kolam K-1 pengendapan limbah padat jeroan ke kolam K-3 pengendapan limbah cair.
a.
Tinggi saluran H =
60 cm =
0,6 m
Tinggi aliran y
= 15 cm
= 0,15 m
Lebar saluran b
= 30 cm
= 0,3
m Luas basah
A =
b x y =
0,045 m
2
Keliling Basah P =
b + 2y =
0,6 m
2
Universitas Sumatera Utara
Panjang saluran =
36 m Kemiringan dasar saluran =
0,005
b. Perhitungan Kecepatan aliran V
Dengan menggunakan rumus Manning didapat : Dimana, n
= 0,015 untuk bata dilapis mortar
R =
=
0,045 0,6
=
0,075
Maka, V
=
1 n
R
2 3
S
1 2
=
1 0,015
0,075
2 3
0,005
1 2
= 0,838
Dilihat dari ketinggian aliran y yang hanya 15 cm bila dibandingkan dengan tinggi saluran H = 60 cm tentunya kapasitas saluran yang ada saat ini
masih sangat memadai dan belum diperlukan pengembangan. Begitu pula bila kita tinjau dari segi kecepatan aliran, dalam buku
“Hidrolika Saluran Terbuka” karya Van Te Chow, kecepatan minimum untuk sebuah saluran terbuka adalah 2,5 kakidetik atau 0,762 meterdetik. Kecepatan
minimum ini dianggap dapat mencegahmengurangi terjadinya sedimentasi pada dasar saluran serta mencegah pertumbuhan tanaman air dan ganggang yang dapat
mengganggu saluran. Dari hasil perhitungan di atas, dimana V = 0,838 ms maka kecepatan aliran pada saluran masih aman.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Evaluasi Kolam K-2 Pengendapan Limbah Padat Jeroan dari Ruang Pemotongan Sapi Cara Ditembak dan Kambing
Dari hasil observasi yang dilakukan di PD Rumah Potong Hewan Medan, didapat data sebagai berikut :
Sapi yang dipotong rata-rata perhari = ± 10 ekor
Babi yang dipotong rata-rata perhari = ± 50 ekor
Debit air limbah maksimum untuk sapi = 1,5 m
3
ekorhari Debit air limbah maksimum untuk kambing = 0,15 m
3
ekorhari Jumlah air limbah sapi rata-rata perhari
= 10 x 1,5 = 15 m
3
hari Jumlah air limbah kambing rata-rata perhari = 50 x 0,15 = 7,5 m
3
hari Total jumlah limbah rata-rata perhari
= 15 + 7,5 = 22,5 m
3
hari Dimensi Kolam K-2 saat ini :
Panjang = 12 meter
Lebar = 5 meter
Tinggi = 4 meter
Volume = 240 m
3
Volume bak yang ada saat ini adalah sebesar 240 m
3
. Untuk kapasitas limbah 22,5 m
3
hari, maka retention time yang didapat adalah
:
Waktu Tinggal saat ini Tr =
240
3
22,5
3
24 = 256 jam = 10,67
hari
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5 Kolam K-2 Pengendapan Limbah Padat Jeroan
Dengan retention time 256 jam atau 10,67 hari berarti kapasitas kolam K-2 pengendapan limbah padat jeroan Gambar 4.4 masih memadai dan belum
perlu pengembangan, sebab standar waktu tinggal menurut JWWA Japan Water Works Association adalah ≥ 2 jam.
Selanjutnya adalah mengevaluasi saluran yang akan digunakan untuk mengalirkan air limbah dari kolam K-2 pengendapan limbah padat jeroan ke
kolam K-3 pengendapan limbah cair.
a.
Tinggi saluran H =
60 cm =
0,6 m
Tinggi aliran y
= 20 cm
= 0,2
m Lebar saluran
b =
140 cm =
1,4 m
Luas basah A
= b x y
= 0,28
m
2
Keliling Basah P =
b + 2y =
1,8 m
2
Universitas Sumatera Utara
Panjang saluran =
78,5 m Kemiringan dasar saluran =
0,0025 b. Perhitungan
Kecepatan aliran V Dengan menggunakan rumus Manning didapat :
Dimana, n
= 0,015 untuk bata dilapis mortar
R =
=
0,28 1,8
=
0,15
Maka, V
=
1 2
3 1
2
=
1 0,015
0,15
2 3
0,0025
1 2
= 0,941
Dilihat dari ketinggian aliran y 20 cm bila dibandingkan dengan tinggi saluran H = 60 cm tentunya kapasitas saluran yang ada saat ini masih sangat
memadai dan belum diperlukan pengembangan. Begitu pula bila kita tinjau dari segi kecepatan aliran, dalam buku
“Hidrolika Saluran Terbuka” karya Van Te Chow, kecepatan minimum untuk sebuah saluran terbuka adalah 2,5 kakidetik atau 0,762 meterdetik. Kecepatan
minimum ini dianggap dapat mencegahmengurangi terjadinya sedimentasi pada dasar saluran serta mencegah pertumbuhan tanaman air dan ganggang yang dapat
mengganggu saluran. Dari hasil perhitungan di atas, dimana V = 0,941 ms maka kecepatan aliran pada saluran masih aman.
Universitas Sumatera Utara
4.5 Evaluasi Kolam K-3 Pengendapan Limbah Cair