82
Pada tabel 4.5, dapat dilihat bahwa pelaksanaan model tari bambu pada pertemuan ke 1 memperoleh skor 16 dengan nilai sebesar 80. Kemudian pada
pertemuan ke 2 jumlah skor yang diperoleh mengalami peningkatan yaitu 17, dengan nilai sebesar 85. Rata-rata nilai pengamatan pelaksanaan model tari bambu
yaitu 82,5 dan termasuk kriteria baik. Walaupun rata-rata nilai pengamatan sudah termasuk kriteria baik, namun pelaksanaan model tari bambu harus lebih
ditingkatkan lagi pada siklus II, karena pada siklus I terdapat 3 deskriptor yang belum dilaksanakan.
4.1.2.3 Refleksi
Secara umum, rata-rata nilai pada siklus I memang telah memenuhi KKM yaitu 73,56. Jika ditelaah kembali, terdapat kesenjangan antara perolehan rata-rata
nilai pada pertemuan ke 1 dan ke 2. Pada pertemuan ke 1, walaupun rata-rata kelas telah memenuhi KKM yaitu 67,90, namun belum memuaskan. Hal ini
karena Lembar Kerja Siswa pada pertemuan ke 1 kurang efektif dalam pelaksanaannya, sehingga siswa juga kurang memahami materi. Pada pertemuan
ke 2, rata-rata nilai meningkat menjadi 79. Ketuntasan belajar klasikal telah memenuhi kriteria keberhasilan 75.
Secara umum, ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 78,2. Kegiatan pembelajaran berupa penugasan dan diskusi kelompok mampu meningkatkan
kerjasama antaranggota kelompok, sehingga mereka memiliki pemahaman yang sama pada materi yang dipelajari, sehingga pada saat evaluasi akhir, nilai yang
diperoleh sebagian besar telah mencapai KKM.
83
Aktivitas siswa pada pelaksanaan siklus I dapat dikatakan berhasil, dengan perolehan nilai aktivitas mencapai 78,33 kriteria aktivitas sangat tinggi.
Penerapan model tari bambu terbukti dapat meningkatkan aktivitas siswa. Mereka aktif dalam diskusi kelompok dan berbagi informasi antara dua kelompok.
Mereka saling mengungkapkan pendapatnya tentang materi yang telah dipelajari. Perolehan nilai hasil belajar dan aktivitas siswa tentu tidak terlepas dari
performansi guru saat melaksanakan tindakan pembelajaran. Berdasarkan perolehan nilai pada APKG I dan II, performansi guru pada siklus I dapat
dikatakan sangat baik dengan perolehan rata-rata nilai 81,15. Walaupun secara umum telah mencapai kriteria keberhasilan, masih terdapat kekurangan selama
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Pada perencanaan, pembuatan LKS masih kurang efektif, sehingga berdampak pada pelaksanaan pembelajaran.
Terdapat beberapa kegiatan dalam pembelajaran yang belum terlaksana dengan baik, misalnya pada saat kegiatan pendahuluan, ada beberapa kegiatan
pengondisian kelas yang belum dilaksanakan. Selain itu, media belum digunakan dengan maksimal pada pertemuan kedua, karena kekuranglengkapan alat
pembelajaran yang lain. Meskipun performansi guru telah mencapai indikator keberhasilan, kegiatan koreksi diri dan perbaikan tetap harus dilakukan untuk
peningkatan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Pengamatan pelaksanaan model tari Bambu pada siklus I memperoleh
rata-rata nilai 82,5. Hal ini menunjukkan bahwa model tari bambu telah dilaksanakan dengan baik. Walaupun demikian, terdapat 3 deskriptor yang belum
84
dilaksanakan pada siklus 1, sehingga perlu adanya peningkatan pelaksanaan tahapan model tari bambu pada siklus II.
4.1.2.4 Revisi