Kerjasama Perdagangan ASEAN Kerjasama Bidang Ekonomi

hal yang sama bagi 4 negara anggota lainnya pada tahun 2015. Perdagangan bebas AFTA telah dilaksanakan oleh 6 negara pembentuk AFTA pada 15 kelompok komoditi sejak 1 Januari 2003. Transaksi perdagangan kelompok komoditi itu bebas dari semua hambatan tarif dan non-tarif. Pertemuan menteri perdagangan dan ekonomi ASEAN di Phnom Penh, Kamboja tanggal 2 September 2003, menyetujui untuk mempertimbangkan pembentukan ASEAN Economic Community AEC dan tahun 2020 ditetapkan sebagai batas waktu pembentukannya. Konsep AEC ini akhirnya disepakati dalam KTT di Bali pada bulan Oktober 2003. AEC ini mirip dengan integrasi yang dilakukan Uni Eropa sampai pada pembentukan mata uang bersama Currency Union . Dengan AEC segala bentuk tarif akan dihilangkan, mobilitas faktor produksi semakin bebas, fleksibilitas harga dan upah semakin tinggi. Integrasi ekonomi ASEAN yang lebih luas diharapkan akan mampu menjawab berbagai tantangan krisis, menggalang solidaritas kerjasama ekonomi, dan memecahkan krisis ekonomi secara terpadu.

2.2.1. Kerjasama Perdagangan ASEAN

Dalam blue print perjanjian kerjasama, telah disepakati beberapa hal yang terdiri atas aliran bebas barang, aliran bebas investasi dan aliran bebas modal untuk mewujudkan pasar dan basis produksi tunggal ASEAN. Beberapa kesepakatan untuk memperlancar aliran bebas barang adalah: 1. Common Effective Preferential Tarrifs - ASEAN Free Trade Agreement CEPT-AFTA pada tahun 2008-2009. 2. Reduksi tarif dengan rumusan menyelesaikan jadwal reduksi tarif sampai 0,5 persen untuk semua produk inclution list dengan pengaturan waktu khusus bagi Laos dan Kamboja. 3. Penghapusan tarif dengan merumuskan dan melengkapi produk di luar skema CEPT sesuai dengan kesepakatan CEPT serta menghapuskan kewajiban impor sebesar 60 persen dari semua produk IL, kecuali yang dilakukan bertahap untuk produk dan waktu tertentu bagi Laos, Myanmar, dan Kamboja. 4. Program kerja fasilitasi perdagangan dengan rumusan: 1 penyelesaian program kerja yang komprehensif untuk memfasilitasi perdagangan dan penilaian kondisi fasilitasi perdagangan, 2 mendorong transparansi dan visibilitas atas tindakan dan intervensi stakeholders di dalam transaksi perdagangan internasional, 3 menyederhanakan, mengharmoniskan dan menstandarisasi perdagangan untuk menggerakkan barang dan jasa, 4 menghapuskan tarif atas semua produk, kecuali yang dilakukan bertahap bagi anggota, serta menghapuskan tarif atas semua produk yang telah disetujui dan menghapuskan kewajiban impor atas produk dan waktu yang disepakati, dan 5 menurunkan tarif produk serta daftar produk sisanya ke dalam skema kesepakatan CEPT. 5. Menghapuskan hambatan non-tarif, dengan rumusan: 1 mempercayai komitemen standstill dan roll-back pada NTB Non Tariff Barrier, yang akan segera berlaku serta meningkatkan transparansi dengan mematuhi protokol prosedur notifikasi dan menyusun mekanisme pengawasan, dan 2 menghapuskan NTB untuk ASEAN-5 serta membangun pusat fasilitasi perdagangan ASEAN. 6. Integrasi bea cukai dengan rumusan: 1 mengintegrasikan struktur bea cukai, 2 memodernisasi teknik bea cukai, dipandu dengan prosedur dan formalitas bea cukai yang sederhana dan terharmonisasi yang sesuai dengan standar dan praktek terbaik internasional, 3 membangun sistem transit bea cukai untuk memfasilitasi pergerakan barang, membangun sistem bea cukai yang sesuai, 4 modernisasi klasifikasi tarif, sistem penetapan nilai dan sistem penetapan, dan 5 mengadopsi standar dan praktek internasional untuk menjamin sistem klasifikasi tarif yang seragam, memperhalus penghapusan bea cukai serta memperkuat pembangunan sumberdaya manusia. 7. Standar dan kesesuaian dengan menjalankan skema regulasi, memonitor implementasi skema regulasi, badan penilai kesesuaian memonitor implementasi rezim regulasi tunggal, menjalankan persyaratan teknis terharmonisasi, mengimplementasikan dan memperkuat kompetensi dan kepercayaan antar otoritas, harmonisasi prasyarat teknis serta meningkatkan infrastruktur teknis.

2.2.2 Perdagangan ASEAN dalam Kerangka AFTA