BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Aliran Perdagangan ASEAN dan Negara Anggota ASEAN
Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap hasil estimasi model gravity untuk persamaan perdagangan dan persamaan investasi. Model yang
dianalisis menggunakan panel data karena merupakan penyatuan antara data antar-waktu time series dan data antar-individu cross section dengan
menggunakan teknik fixed effect. Metode fixed effect digunakan dengan pertimbangan data panel yang diestimasi mempunyai jumlah waktu T 25 tahun
lebih besar dibanding jumlah individu N 19 negara. Secara teoritis, apabila T lebih besar dari N dianjurkan memakai fixed effect. Selanjutnya, model diestimasi
dengan Generalize Least Square GLS. Hasil estimasi tersebut dapat menggambarkan pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen
pada persamaan. Hasil estimasi dari model persamaan dapat dilihat pada lampiran. Pembahasan hasil estimasi model dapat diuraikan sebagai berikut:
5.1.1. Analisis Aliran Perdagangan ASEAN
Secara umum selama 24 tahun antara tahun 1982-2006 kinerja perdagangan ASEAN cukup kuat. Kinerja perdagangan tersebut didukung oleh
perdagangan internasional berupa ekstra-regional dan intra-regional. Krugman 1991 memperkenalkan istilah blok perdagangan alami atau natural trading blok
yang didasarkan pada kedekatan geografis yang dapat meningkatkan perdagangan. Tetapi untuk kasus ASEAN, ekstra-ASEAN lebih besar dari intra-ASEAN. Hasil
estimasi data panel model perdagangan ASEAN menunjukkan pengaruh variabel integrasi ekonomi dan makroekonomi terhadap perdagangan bilateral kawasan
dengan negara mitra perdagangannya. Hasil estimasi data panel model persamaan perdagangan disajikan dalam Tabel 11.
Tabel 11. Pengaruh Integrasi dan Variabel Makroekonomi Terhadap Aliran Perdagangan ASEAN
Variabel Koefisien
Standar Error Nilai Prob.
C -5.2018
0.991066 0.000
GDPi-1 0.5661
0.044952 0.000
POPi 1.2511
0.168348 0.043
FDIi-3 0.0008
0.003944 0.000
TII i-3 0.0002
0.000101 0.000
IRi -0.0521
0.006681 0.000
RERi -0.0447
0.006513 0.000
TAXi 0.0244
0.005728 0.000
TAXj -0.0001
0.000160 0.000
OPENi 1.1125
0.008058 0.000
GDPj 7.98E-05
0.000283 0.000
POPj-2 0.0003
4.86E-05 0.000
FDIj -0.0001
0.168348 0.000
RERj-1 0.0001
0.000128 0.000
IRj 4.49E-05
3.42E-05 0.1907
Hasil estimasi data panel perdagangan ASEAN menunjukkan bahwa variabel FDI berpengaruh positif dan signifikan. FDI dapat menghasilkan
komoditi ekspor dan meningkatkan perdagangan. FDI merupakan faktor penting dalam peningkatan perdagangan kawasan, baik variabel FDI negara eksportir
maupun FDI negara importir. Dalam rangka meningkatkan kerjasama investasi, telah dibentuk
kerjasama ASEAN investment Area AIA pada tahun 1998. Tujuannya menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang kompetitif, kondusif dan bebas untuk
berinvestasi. Tujuan tersebut diikuti sejumlah kebijakan, seperti menerapkan kebijakan investasi terkordinasi dan program fasilitasi, memperluas sektor untuk
FDI kecuali beberapa sektor yang ditetapkan dalam temporary dan sensitive list bagi investor ASEAN pada tahun 2010 dan non-ASEAN 2020. Mendorong lalu
lintas modal, profesional dan teknologi yang lebih bebas di antara negara anggota, menghilangkan hambatan investasi dan meliberalisasi ketentuan serta kebijakan
investasi. ASEAN diharapkan menjadi tempat yang atraktif bagi investasi dan mencegah perlombaan insentif untuk menarik FDI.
Peningkatan FDI di ASEAN dapat meningkatkan perdagangan dalam lag selama tiga tahun. Peningkatan FDI pada negara importir ternyata dapat
menurunkan ekspor negara ASEAN. Data perdagangan ASEAN menunjukkan adanya peningkatan ekspor maupun impor. Hal ini ditunjukkan dari perubahan
nilai ekspor sebesar US 93 380 juta pada tahun 2000 menjadi US 184 586 juta pada tahun 2008 atau naik hampir 100 persen. Realisasi FDI di ASEAN pada
tahun 2000 adalah sebesar US 23 372.4 juta dan menjadi US 60 596.0 juta pada tahun 2008. Hasil tersebut sesuai teori FDI yang mengatakan bahwa apabila FDI
meningkat maka produksi barang dan jasa mengalami peningkatan. Produksinya dapat meningkatkan pemenuhan pasar dalam negeri maupun ekspor. Hasil yang
sama dikemukakan Kim et al. 2003 yang menunjukkan bahwa masuknya FDI pada industri skala besar akan menghasilkan tingkat pertumbuhan ekspor yang
tinggi dibanding dengan impor pada industri sektor yang sama. Pengaruh GDP baik bagi negara kawasan maupun negara mitranya
adalah positif dan signifikan. Peningkatan GDP berarti adanya peningkatan volume produksi barang dan jasa serta peningkatan dan penambahan kapasitas
produksi. Antara tahun 2000-2008 GDP ASEAN mengalami kenaikan berarti. Pada tahun 2000, GDP adalah sebesar 572 902 juta US sedang
kan pada tahun 2008 menjadi sebesar 1 073 866 Juta US atau naik sebesar 87.4 persen. Sedangkan GDP perkapita meningkat dari US 1 159 tahun 2000
menjadi US 2 582 tahun 2008. Kenaikan GDP pada negara importir juga berpengaruh positif terhadap volume perdagangan negara ASEAN. Pengaruh
tersebut disebabkan adanya peningkatan daya beli bagi negara importir. Peningkatan dalam daya beli akan meningkatkan permintaan barang untuk
substitusi impor dari negara ASEAN. Hasil yang sama ditemukan oleh beberapa studi sebelumnya seperti Clarete, Edmonds and Walack 2002, Wall 2000, dan
Cernat 2001 yang menyimpulkan bahwa variabel GDP eksportir dan importir berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan perdagangan pada
integrasi ekonomi. Negara yang berpendapatan tinggi, juga menunjukan adanya produksi
yang tinggi sehingga menimbulkan peningkatan efisiensi produksi dalam negeri serta mendorong peningkatan perdagangan. GDP yang tinggi meningkatkan
potensi ekspor, dan paling besar jika didukung oleh efisiensi produksi. Hasil tersebut sesuai temuan Robert 2004 yang menggunakan model gravity untuk
menjelaskan FTA Cina-ASEAN. Kesimpulannya adalah GDP dan jarak antara negara secara signifikan memengaruhi perdagangan antara Cina dan ASEAN.
Studi ini memperkuat asumsi bahwa integrasi ekonomi mempercepat perdagangan dan menguntungkan negara kaya. Manfaat integrasi ekonomi semakin
menguntungkan anggota yang berpendapatan tinggi. Negara anggota yang berpendapatan rendah tetap memperoleh manfaat dari pembentukan integrasi
ekonomi atau perdagangan bebas. Sedangkan perdagangan bebas dapat menguntungkan semua pihak yang terlibat didalamnya.
Jumlah penduduk berpengaruh positif baik terhadap negara ASEAN maupun jumlah penduduk negara mitra dagang. Penduduk selain berfungsi
sebagai tenaga kerja juga merupakan pasar yang besar bagi produksi barang dan jasa. Produsen dalam negeri akan lebih mengutamakan pemenuhan permintaan
dalam negeri dibandingkan melakukan perdagangan ke luar negeri. Peningkatan jumlah penduduk negara importir pada dua tahun kemudian dapat meningkatkan
perdagangan negara ASEAN. Secara teoritis, hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan dalam
jumlah konsumen. Jumlah penduduk yang tinggi di ASEAN menyebabkan produsen dalam negeri lebih memprioritaskan pemenuhan pasar dalam negeri,
terutama yang berkaitan dengan produk akhir. Sebaliknya, pada negara importir jumlah penduduk akan meningkatkan ekspor negara ASEAN. Pada negara mitra
transisi demografisnya sudah hampir selesai karena pertumbuhan penduduknya sangat kecil, tetapi kualitas dari penduduknya yang tinggi meningkatkan
produktifitas dan akhirnya produksi dan perdagangan. Hasil tersebut sesuai dengan temuan Do 2006 yang menyimpulkan bahwa aliran perdagangan
bilateral salah satunya ditentukan oleh ukuran pasar atau jumlah penduduk. Integrasi perdagangan berpengaruh positif dan signifikan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin besar tingkat integrasinya, akan memperbesar volume perdagangan ASEAN dan negara anggotanya. Keterbukaan ekonomi
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap aliran perdagangan. Semakin terbuka sebuah perekonomian atau negara menunjukkan adanya kemudahan
dalam melaksanakan transaksi perdagangan dengan negara mitra perdagangannya. Hasil yang sama ditemukan oleh Guttman dan Richards 2004, dengan estimasi
model gravity yang menunjukkan bahwa keterbukaan ekonomi berpengaruh positif terhadap peningkatan perdagangan di Australia.
Keterbukaan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap aliran perdagangan. Semakin terbuka sebuah kawasan atau negara maka semakin tinggi
pula tingkat aliran perdagangannya. Alasan utama dari hasil tersebut adalah bahwa peningkatan perdagangan akibat keterbukaan ekonomi menciptakan lebih
banyak keuntungan dari pada membatasi perdagangannya baik pada sektor maupun pada negara tertentu. Mengingat rumusan keterbukaan ekonomi yaitu
rasio antara penjumlahan ekspor dan impor dibandingkan GDP, maka keterbukaan ekonomi dapat dilihat dari intensitas barang keluar atau ekspor dan barang masuk
atau impor. Assumsi ini berlaku apabila hambatan perdagangan baik tarif maupun non tarif kondusif bagi negara yang melaksanakan perdagangan.
Nilai tukar mata uang negara ASEAN berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perdagangan, semakin terdepresiasi nilai mata uang negara ASEAN akan
meningkatkan penawaran ekspor dari negara ASEAN. Respons penawaran ekspor lebih besar dari permintaan impor. Nilai tukar mata uang yang rendah, akan
meningkatkan jumlah uang beredar dan meningkatkan produksi serta mendorong ekspor. Sebaliknya, depresiasi nilai tukar negara importir berpengaruh positif
terhadap ekspor ASEAN. Semakin terdepresiasi nilai tukar negara importir dapat meningkatkan volume ekspor negara ASEAN, dengan tingkat elastisitas yang
relatif kecil. Do 2006 menyimpulkan bahwa aliran perdagangan bilateral suatu negara ditentukan oleh exchange rate selain ukuran ekonomi dan ukuran pasar.
Besarnya tingkat tarif impor yang diberlakukan berpengaruh positif terhadap aliran perdagangan ASEAN. Sekalipun terjadi kenaikan tarif di ASEAN,
peningkatan perdagangan tetap positif karena negara ASEAN lebih berorientasi ekspor. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Yeats 1998 yang menunjukkan
bahwa hanya produk yang kompetitif di luar kawasan integrasi yang dapat mendorong pertumbuhan perdagangan di luar kawasan integrasi. Kebijakan tarif
ASEAN mengacu pada kesepakatan AFTA melalui penghapusan tarif dan non- tarif dengan target penurunan 0-5 persen untuk produk yang memiliki muatan
ASEAN sebesar 15 persen dalam kurun waktu 15 tahun sejak tahun 1993. Sebesar 98.98 persen produk yang masuk dalam inclusion list CEPT telah berhasil
diturunkan oleh ASEAN-5 ditambah Vietnam, yang diberlakukan sejak 1 Januari 2005. Produk dalam Inclusion List IL yang tarifnya di atas 5 persen adalah
produk yang baru ditransfer dari Temporary Exclution List TEL, Sensitive List SL dan General Exclution List GEL pada tahun 2003.
Secara teoritis tarif dapat menghambat impor dan meningkatkan harga barang impor dan melindungi industri dalam negeri. Pengaruh tingkat tarif negara
importir terhadap volume ekspor negara ASEAN adalah negatif dan signifikan. Secara teoritis dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat tarif pada negara tujuan
ekspor, volume ekspor akan menurun. Produsen domestik dapat memenuhi pasar dalam negeri dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan harga barang
impor yang dikenai tarif dengan harga lebih mahal. Jadi, meskipun impor menurun tetapi ekspor tetap lebih tinggi.
5.1.2. Perdagangan Negara Anggota ASEAN