F
d K
= Matrik komponen permintaan akhir domestik F
m K
= Matrik komponen permintaan akhir yang berasal dari impor M
E
= Matrik impor yang dipengaruhi oleh impor F
E
= Ekspor barang dan jasa 4. Dampak Kebutuhan Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang balas jasa terhadapnya merupakan salah satu komponen input primer. Sehingga sesuai dengan asumsi
dasar model input output, maka tenaga kerja memiliki hubungan linier dengan output. Hal ini berarti bahwa naik turunnya output di suatu sektor akan
berpengaruh terhadap naik turunnya tenaga kerja disektor tersebut. Hubungan antara tenaga kerja dan output jika diuraikan untuk masing-masing sektor akan
diperoleh L
1
= i
1
X
1
; L
i
= i
i
X
i
; L
n
= i
n
X
n
.............................................................................................14 dimana :
L
i
= Jumlah tenaga kerja sektor i i
i
= Koefisien tenaga kerja sektor i X
i
= Output sektor I
3.2.3. Model Input Output Miyasawa
Model ini dikenal oleh seorang ahli ekonomi Jepang K. Miyazawa, dalam analisisnya dia mengungkapkan secara eksplisit faktor pendapatan
berdasarkan beberapa kelompok yaitu pendapatan desa rural, kota urban dan yang tinggal di daerah perumahan estate. Dalam pembagian pendapatan tersebut
dapat dilihat apakah distribusi pendapatan dari tiga kelompok diatas terbagi dengan merata.
Model ini diperkenalkan sebagai pengembangan lebih lanjut dari kerangka kerja Input-Output dimana perbedaan terletak di blok input primer yang
terdiri atas upah dan gaji, surplus usaha, pajak tak langsung dan penyusutan. Pada
model Miyazawa upah dan gaji dan sebagian surplus usaha yang diterima sebagai balas jasa dibagi lagi berdasarkan atas beberapa kelompok pendapatan dan
dijadikan sebagai salah satu variabel endogen. Dan juga untuk kolom konsumsi rumah tangga pada blok permintaan akhir dibagi pula atas beberapa kelompok
sesuai dengan kelompok pendapatan diatas. Bentu tabel input output Model Miyazawa dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4. Simplikasi Tabel Input Output Model Miyazawa
Sektor Produksi Konsumsi Rumah
Tangga Alokasi ouput
Susunan Input
1 2 j …
n
tinggi sedang rendah
Komsumsi Akhir F
Total Produksi
X
Sektor Produksi
1 2
. .
. n
x
11
x
21
. .
. x
n1
x
12
x
22
. .
. x
n2
… …
. .
. …
x
1n
x
3n
. .
. x
nn
p
1t
p
2t .
. .
p
tn
p
1s
p
2r .
. .
p
sn
p
1r
p
2s .
. .
p
rn
F
1
F
2
. .
. F
n
X
1
X
2
. .
. X
n
I N
P U
T
A N
T A
R A
Kelompok pendapatan
tinggi sedang
rendah p
t1
p
s1
p
r1
p
t2
p
s2
p
r2
… …
… p
tn
p
sn
p
rn
Jumlah Input Primer V
1
V
2
… V
n
Total Masukan
X
1
X
2
… X
n
Kelebihan dari model Miyazawa ini adalah untuk melihat distribusi pendapatan antar kelompok pendapatan dan sekaligus membelah pendapatan agar
dapat dilihat tingkat distribusinya dalam perekonomian suatu daerah atau negara. Tapi model ini juga memiliki kelemahan dimana hanya berbicara tentang
distribusi pendapatan saja. Karena kelemahannya itu maka kemudian diperkenalkan SAM Social Accounting Matrix dimana dalam konsep SAM ini
dibicarakan tidak hanya dalam bentuk kelompok pendapatan tertentu saja tapi lebih mendalam yaitu distribusi pendapatan secara faktorial dan institusional.
Selanjutnya dalam melakukan analisis distribusi pendapatan, pendapatan pada masing-masing sektor rumah tangga yang terdiri dari tiga
kelompok pengeluaran berdasarkan pendapatan dimasukkan sebagai variabel endogen atau diangap bertingkah laku seperti produsen, dan sebagai penyimbang
nilai tambah value added adalah hal ini upah dan gaji, sebahagian dari surplus usaha.
Bila digambarkan dalam matrik, maka bentuk model Miyasawa adalah: M =
O C
V A
....................................................................................15 dimana:
A : koefisien
teknologi nxn
V : koefisien
nilai tambah
nx3 C
: koefisien konsumsi
rumah tangga
nx3 n
: jumlah sektor
Dalam Model Miyazawa juga memperhitungkan nilai dari matrik kebalikan leontief leontief invers matrix yang memcerminkan efek langsung
dan tidak langsung dari perubahan permintaan akhir terhadap sektor-sektor didalam perekonomian. Bentuk matrik kebalikan leontief adalah sebagai berikut:
B M = I – M
-1
=
1 −
− −
− VI
C A
I
…................................................16 jika terdapat perubahan permintaan akhir maka ada pula perubahan pola
pendapatan. Dari kondisi tersebut dapat ditulis bahwa:
−
− −
=
− 2
1 1
f f
VI C
A I
Y X
.................................................................17 dimana :
f : Permintaan akhir selain konsumsi rumah tangga I : Matrik identitas
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Riau. Dasar dipilihnya Provinsi karena meningkatnya kemampuan fiskal daerah ini pada era otonomi daerah
sehingga berpotensi meningkatkan dana pembangunan untuk sektor yang potensial dikembangkan di Provinsi Riau salah satunya perkebunan kelapa sawit.
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada bulan Mei 2004 sampai bulan April 2005, dengan kegiatan mulai dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data,
penyusunan draf, konsultasi, perbaikan draft, seminar, ujian dan laporan hasil.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini data sekunder. Data sekunder yang digunakan berupa Tabel Input Output Provinsi Riau tahun 2001 dan
beberapa data perekonomian regional Provinsi Riau, seperti: Perkebunan dalam angka, PDRB Provinsi Riau. Tabel Input Output yang digunakan adalah tabel
transaksi atas dasar harga produsen. Untuk membangun Tabel Input Output Miyazawa diperlukan data sekunder Survey Sosial Ekonomi Nasional Susenas
tahun 2002 yang terdiri dari: pengeluran konsumsi rumah tangga berdasarkan komoditas makanan dan non makanan, jumlah tenaga kerja yang berkerja
berdasarkan lapangan usaha, dan rata-rata pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja selama sebulan dari pekerjaan utama.
4.3. Pengolahan Data
Tahapan utama dalam penelitian ini adalah pengumpulan data sekunder, pengolahan, dan analisis data. Data sekunder yang diperoleh pada umumnya
berada dalam bentuk tabel-tabel yang sudah siap pakai matriks nxn, tetapi perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut matriks dengan ukuran yang ada diagregasi
lebih lanjut. Selain itu untuk keperluan analisis simulasi kebijakan pada era otonomi daerah maka Tabel Input Output tahun 2001 diubah menjadi Tabel Input
Output tahun 2005 dengan memasukkan nilai inflasi tahun 2005 dengan asumsi tidak terjadi perubahan teknologi pada tahun 2005.