Dampak Simulasi Kebijakan pada Distribusi Pendapatan Rumah

diketahui kebijakan simulasi 1 dan simulasi 2 mempunyai kemampuan kecil dalam kontribusinya dalam meningkat output, pendapatan rumah tangga, dan penyerapatan tenaga kerja. Hasil studi ini sama dengan studi yang dilakukan oleh Yudhoyono 2004 dan Drajat 2003 yang melakukan studi dengan menggunakan metode ekonometrika. Studi yang dilakukan oleh Heriawan 2004 dengan menggunakan analisis input output dan SAM yang melihat dampak APBN terhadap sektor pariwisata juga menunjukan hal yang sama.

7.3.2. Dampak Simulasi Kebijakan pada Distribusi Pendapatan Rumah

Tangga Dengan menggunakan Tabel Input Output Model Miyazawa dapat diperoleh berapa besar dampak simulasi kebijakan pengembangan perkebunan kelapa sawit pada era otonomi daerah terhadap distribusi pendapatan di Provinsi Riau. Pada Tabel 30 dampak simulasi 1 kebijakan untuk membangun kebun kelapa sawit berdampak pada peningkatan pendapatan kelompok pendapatan rendah sebesar Rp 49469.63 juta atau 21.79 persen dari total pendapatan yang terbentuk. Sedangkan untuk kelompok pendapatan sedang sebesar Rp 74422.30 juta atau 35.02 persen dari total dampak dan kelompok pendapatan tinggi sebesar Rp 87607.1 juta atau 43.19 persen dari total dampak. Dari hasil analisis ini dapat diketahui kebijakan Pembangunan kebun kelapa sawit lebih cendrung untuk meningkatkan pendapatan kelompok pendapatan tinggi dan kelompok pendapatan rendah memperoleh dampak yang terkecil akibat dari kebijakan ini. Tabel 30. Dampak Simulasi Kebijakan Terhadap Distribusi Pendapatan Uraian Kelompok Pendapatan Rendah Kelompok Pendapatan Sedang Kelompok Pendapatan Tinggi Pendapatan Total Dampak kebijakan pembangunan perkebunan kelapa sawit untuk rakyat miskin 16108.91 21.79 25890.58 35.02 31930.84 43.19 73930.33 Dampak Kebijakan rehabilitasi perkebunan kelapa sawit 23791.4 22.29 35787.77 33.52 47177.65 44.19 106756.8 Untuk kebijakan rehabilitasi perkebunan kelapa sawit berdampak pada peningkatan pendapatan kelompok pendapatan rendah sebesar Rp 48987.49 juta atau 22.29 persen dari total pendapatan yang terbentuk. Sedangkan untuk kelompok pendapatan sedang sebesar Rp 65012.17 juta 33.52 persen dari total dampak dan kelompok pendapatan tinggi sebesar Rp 82151.52 juta 44.19 dari total dampak. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui kebijakan rehabilitasi perkebunan kelapa sawit mempunyai kecendrungan yang sama dengan kebijakan pertama dalam hal distribusi pendapatan. Apabila dibanding kinerja kedua simulasi terlihat simulasi 2 mempunyai kinerja lebih baik dalam memperbaiki distribusi pendapatan dibandingkan simulasi 1. Hal ini terlihat pada simulasi 2 kelompok pendapatan rendah mendapatkan bagian 22.29 persen dari total pendapatan sedangkan simulasi 1 kelompok pendapatan rendah memperoleh bagian 21.79 persen. Dari hasil ini dapat diketahui kebijakan pembangunan kebun kelapa sawit mempunyai kinerja yang buruk dalam memperbaiki distribusi pendapatan.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis mengenai Analsis Peranan Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Riau dalam Era Otonomi Daerah dengan menggunakan Analisis Input Ouput dan Model Input Output Miyazawa dihasilkan kesimpulan: 1. Kontribusi perkebunan kelapa sawit dalam perekonomian masih menunjukkan kontribusi yang kecil baik dalam permintaan antara, permintaan akhir, total permintaan dan juga dalam PDRB Riau. Pada struktur permintaan terlihat sebahagian besar output perkebunan kelapa sawit dialokasikan pada permintaan akhir dan hanya sedikit yang dialokasikan pada permintaan antara. Hal ini memperlihatkan pada struktur perekonomian Riau perkebunan kelapa sawit kurang mempunyai nilai tambah hal ini mungkin disebabkan masih belum berkembangnya sektor agroindustri yang menampung input dari perkebunan kelapa sawit. Hal ini juga ditemukan di provinsi lain di Indonesia seperti Provinsi Sumatra Utara dan dan Sulawesi Tenggara. 2. Dilihat dari keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang dan nilai efek penyebaran ke depan dan ke belakang perkebunan kelapa sawit masih memperlihatkan kecilnya peranan perkebunan kelapa sawit untuk mendorong maupun menarik sektor lain untuk meningkatkan output. Sehingga perkebunan kelapa sawit mempunyai kemampuan yang kecil untuk menstimulus peningkatkan pertumbuhan ekonomi Riau sehingga investasi pada perkebunan kelapa sawit belum bisa diprioritaskan pada era otonomi daerah 3. Pengganda output perkebunan kelapa sawit masih menunjukkan kecilnya peranan perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan output dalam perekonomian Riau. Walaupun demikian, untuk pengganda pendapatan dan tenaga kerja perkebunan kelapa sawit mempunyai peranan besar untuk meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dalam perekonomian Riau. Sehingga dari nilai penggandaan output, pendapatan dan tenaga kerja perkebunan kelapa sawit mempunyai peranan yang besar