EKSTRAKSI OLIGOSAKARIDA IDENTIFIKASI OLIGOSAKARIDA

Gambar 7. Tepung umbi ganyong Tabel 5. Rendemen tepung umbi garut dan umbi ganyong berat basah Jenis tepung Berat awal g Berat tepung g Rendemen tepung Garut 19000 4308.95 22.68 Ganyong 18500 3089.7 16.70 Dari segi warna warna tepung umbi garut cenderung lebih putih daripada tepung umbi ganyong yang berwarna kecoklatan. Warna coklat pada tepung umbi ganyong disebabkan terjadinya reaksi pencoklatan selama proses penepungan. Rendemen untuk proses penepungan masing-masing tepung umbi adalah sebesar 22.68 untuk tepung umbi garut dan 16.70 untuk umbi ganyong. Dapat dilihat bahwa rendemen tepung umbi garut yang diperoleh lebih besar daripada rendemen tepung umbi ganyong. Hal ini disebabkan oleh ukuran partikel tepung umbi garut cenderung lebih kecil bila dibandingkan ukuran partikel umbi ganyong setelah penggilingan sehingga partikel tepung garut cenderung lebih mudah lolos pada proses pengayakan.

B. EKSTRAKSI OLIGOSAKARIDA

Ekstrak gula tepung umbi garut yang dihasilkan,berwarna kuning keemasan, dan ekstrak gula tepung umbi ganyong yang dihasilkan berwarna coklat keemasan. Setelah melalui proses pemekatan menggunakan evaporator vakum, ekstrak gula tepung umbi garut berwarna kuning keruh dan ekstrak 28 gula tepung umbi ganyong berwarna coklat keruh. Gambar ekstrak gula tepung umbi garut dapat dilihat pada Gambar 8, dan Gambar ekstrak gula tepung umbi ganyong dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 8. Ekstrak gula tepung umbi garut Gambar 9. Ekstrak gula tepung umbi ganyong Tabel 6. Hasil ekstraksi gula tepung umbi garut dan umbi ganyong Jenis tepung Bobot tepung g Ekstrak ml TPT Garut 200 138 4.83 Ganyong 200 182 7.45 Hasil ekstraksi gula tepung umbi garut dan umbi ganyong dapat dilihat pada Tabel 6. Dari ekstraksi 200 gram tepung daging umbi garut diperoleh 138 ml ekstrak gula dengan TPT sebesar 4.83 . Sedangkan dari ekstraksi 200 gram tepung ganyong didapatkan 182 ml ekstrak dengan TPT sebesar 7.45 . Ekstrak gula dari tepung umbi ganyong memiliki kandungan gula relatif lebih tinggi daripada kandungan gula pada ekstrak umbi garut. Hal ini disebabkan pada tepung garut, kandungan pati sangatlah dominan bila dibandingkan dengan kandungan gula sederhana dan oligosakaridanya, sedangkan pati tidak dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut etanol 70. 29

C. IDENTIFIKASI OLIGOSAKARIDA

Identifikasi ekstrak gula tepung umbi garut dan umbi ganyong dilakukan menggunakan kromatografi kertas. Saat proses ekstraksi monosakarida dan oligosakarida menggunakan pelarut alkohol, komponen dengan bobot molekul kecil seperti asam amino, asam organik, pigmen, vitamin, mineral dan lain sebagainya dapat ikut terekstrak Mc Clements, 2003. Komponen tersebut harus dihilangkan dari sampel agar tidak mengganggu proses analisis gula. Pada penelitian ini digunakan Pb-asetat jenuh untuk mengendapkan pigmen. Selanjutnya pemisahan kompleks Pb-asetat dengan komponen lain dari sampel dilakukan menggunakan sentrifugasi pada 2000 rpm selama 10 menit. Untuk identifikasi oligosakarida pada ekstrak gula tepung umbi digunakan metode kromatografi kertas. Pada penelitian yang dilakukan oleh Putri 2005, proses identifikasi gula pada ekstrak umbi talas menggunakan metode Muchtadi 1989 dengan fase diam berupa kertas selulosa dan fase bergerak yang merupakan larutan campuran yang terdiri dari 2-propanol, etil asetat dan air dengan perbandingan 7:1:2 vv dan proses elusi selama 48 jam. Proses identifikasi dengan menggunakan metode tersebut kurang efektif dikarenakan ekstrak tidak terpisahkan secara sempurnajelas dan proses elusi memakan waktu yang cukup lama, oleh karena itu proses identifikasi menggunakan metode modifikasi dari Mulimani 2005 dengan menggunakan fase diam yang sama namun berbeda dalam fase geraknya. Dengan menggunakan metode tersebut, proses identifikasi kualitatif dapat dinilai efektif karena dapat memisahkan gula-gula menjadi spot-spot yang dapat dengan jelas dibedakan. Selain itu, proses elusi berlangsung lebih cepat bila dibandingkan dengan metode Muchtadi 1989 yaitu hanya berlangsung selama 4 – 6 jam. Hasil identifikasi oligosakarida dengan metode Muchtadi dapat dilihat pada Gambar 10. 30 a b c d e f g Keterangan gambar : a = fruktosa d = rafinosa g = ekstrak garut 4 b = maltosa e = ekstrak ubi c = sukrosa f = ekstrak talas Gambar 10. Hasil kromatografi metode Muchtadi 1989 \ Tahap identifikasi menggunakan metode Mulimani 2005 didahului dengan melakukan proses kromatografi terhadap 9 gula standar yaitu glukosa, maltosa, sukrosa, fruktosa, raffinosa, oligofruktosa, inulin, maltotriose, stakhiosa. Dari hasil kromatografi 9 gula standar akan diperoleh nilai Rf dari masing-masing gula standar. Nilai Rf diukur berdasarkan jarak tempuh spot dibagi dengan jarak tempuh eluen, jarak tempuh spot dihitung dari titik tengah spot yang dihasilkan. Hasil dari proses kromatografi gula standar dapat dilihat pada Gambar 11 dan nilai Rf dari masing-masing spot gula standar dapat dilihat pada Tabel 7. 31 a b c d e f g h i Keterangan gambar : a = glukosa d = fruktosa g = inulin b = maltosa e = rafinosa h = maltotriosa c = sukrosa f = oligofruktosa i = stakhiosa Gambar 11. Hasil Kromatografi Gula Standar Tabel 7. Nilai Rf kromatografi gula-gula standar Gula Standar Nilai Rf Glukosa 0.26 Maltosa 0.33 Sukrosa 0.41 Fruktosa 0.49 Raffinosa 0.27 Oligofruktosa 0.27 Inulin 0.00 Maltotriose Tidak ada spot Stakhiose 0.20 Hasil kromatografi kertas untuk gula standar yang dielusi selama 4-5 jam didapatkan nilai Rf untuk masing-masing standar gula yang digunakan . Nilai Rf untuk masing-masing gula standar adalah 0.26 untuk glukosa, 0.33 untuk maltosa, 0.41 untuk sukrosa, 0.49 untuk fruktosa, 0.27 untuk rafinosa dan oligofruktosa, 0.00 untuk inulin, dan 0.20 untuk stakhiosa. Untuk standar maltotriose tidak didapatkan spot, hal ini dapat disebabkan konsentrasi maltotriose yang kurang, untuk dapat teridentifikasi dan tidak bereaksinya 32 larutan penyemprot terhadap maltotriosa. Data nilai Rf gula standar yang diperoleh akan digunakan sebagai acuan dalam identifikasi oligosakarida pada ekstrak umbi garut dan umbi ganyong. Pada kromatografi kertas ekstrak gula tepung umbi garut, digunakan ekstrak gula yang terbagi menjadi 3 tingkat konsentrasi dalam TPT yaitu 4.8 , 2 , dan 3 . Sedangkan pada kromatografi kertas ekstrak gula tepung umbi ganyong, digunakan ekstrak gula yang terbagi menjadi 5 tingkat konsentrasi dalam TPT yaitu 7.5 , 3 , 4, 5, dan 6 . Kemudian dari masing-masing spot yang dihasilkan dari proses kromatografi ekstrak umbi garut dihitung nilai Rfnya. Hasil dari proses kromatografi ekstrak gula tepung umbi garut dan umbi ganyong masing-masing dapat dilihat pada Gambar 12 dan 13. Nilai Rf dari masing-masing spot ekstrak umbi garut dan ganyong masing-masing dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9. a b c 1 2 1 2 3 1 2 3 Keterangan gambar : a = garut TPT 4.8 1 Spot gabungan sukrosa, fruktosa, olifruktosa dan rafinosa 2 Spot gula dengan BM 180 b = garut TPT 2 1 Spot sukrosa 2 Spot fruktosa 3 Spot gula dengan BM 180 c = garut TPT 3 1 Spot sukrosa 2 Spot fruktosa 3 Spot gula dengan BM 180 Gambar 12. Hasil Kromatografi Ekstrak Gula Umbi Garut 33 a b c d e 1 2 1 2 1 2 1 2 3 1 2 3 4 Keterangan gambar : a = ganyong TPT 7.5 1 Spot gabungan sukrosa, fruktosa, olifruktosa dan rafinosa 2 Spot gula dengan BM 180 b = ganyong TPT 3 1 Spot sukrosa 2 Spot fruktosa 3 Spot gula dengan BM 180 c = ganyong TPT 4 1 Spot sukrosa 2 Spot fruktosa 3 Spot rafinosa 4 Spot gula dengan BM 180 d = ganyong TPT 5 1 Spot gabungan sukrosa, fruktosa, olifruktosa dan rafinosa 2 Spot gula dengan BM 180 e = ganyong TPT 6 1 Spot gabungan sukrosa, fruktosa, olifruktosa dan rafinosa 2 Spot gula dengan BM 180 Gambar 13. Hasil Kromatografi Ekstrak Gula Umbi Ganyong 34 Tabel 8. Nilai Rf pada ekstrak gula umbi garut dalam berbagai konsentrasi Konsentrasi ekstrak gula dalam TPT No spot Nilai Rf Analisis spot 1 0.42 Gabungan Raffinosa, Oligofruktosa, Sukrosa dan Fruktosa Garut 4.8 2 0.67 Gula dengan BM 180 1 0.40 Sukrosa 2 0.49 Fruktosa Garut 2 3 0.67 Gula dengan BM 180 1 0.41 Sukrosa 2 0.49 Fruktosa Garut 3 3 0.67 Gula dengan BM 180 Merujuk pada Gambar 12 Tabel 9. Nilai Rf pada ekstrak gula umbi garut dalam berbagai konsentrasi Konsentrasi ekstrak gula dalam TPT No spot Nilai Rf Analisis spot 1 0.42 Gabungan Raffinosa, Oligofruktosa, Sukrosa dan Fruktosa Ganyong 7.5 2 0.67 Gula dengan BM 180 1 0.40 Sukrosa 2 0.49 Fruktosa Ganyong 3 3 0.67 Gula dengan BM 180 1 0.28 Raffinosa 2 0.41 Sukrosa 3 0.49 Fruktosa Ganyong 4 4 0.67 Gula dengan BM 180 1 0.42 Gabungan Raffinosa, Oligofruktosa, Sukrosa dan Fruktosa Ganyong 5 2 0.67 Gula dengan BM 180 1 0.42 Gabungan Raffinosa, Oligofruktosa, Sukrosa dan Fruktosa Ganyong 6 2 0.67 Gula dengan BM 180 Merujuk pada Gambar 13 35 Hasil kromatografi dari ekstrak gula tepung umbi garut yang dielusi selama 4-5 jam untuk masing-masing konsentrasi didapatkan nilai Rf dari spot-spot yang terpisahkan dari ekstrak. Pada ekstrak gula tepung umbi garut dengan konsentrasi 4.8 didapatkan bentuk spot yang melebar dengan nilai Rf sebesar 0.42, dan terdapat spot lain dengan nilai Rf sebesar 0.67. Pada ekstrak gula dengan konsentrasi 2 spot sudah dapat terpisah sehingga terbentuk 2 buah spot besar dan 1 spot tipis dengan nilai Rf sebesar 0.40, 0.49, 0.67. Pada ekstrak gula dengan konsentrasi 3 didapatkan 3 buah spot yang sama dengan ekstrak gula 2 yaitu dengan nilai Rf sebesar 0.41, 0.49, 0.67. Pada ekstrak gula tepung umbi ganyong dengan konsentrasi 7.5 didapatkan bentuk spot yang melebar dengan nilai Rf sebesar 0.42, dan terdapat spot lain dengan nilai Rf 0.67. Pada ekstrak gula dengan konsentrasi 3 spot sudah dapat terpisah sehingga terbentuk 2 buah spot besar dan 1 spot tipis dengan nilai Rf sebesar 0.40, 0.49, 0.67. Pada ekstrak gula dengan konsentrasi 4 didapatkan 3 buah spot yang sama dengan ekstrak gula konsentrasi 3 dan 1 spot yang berbeda yaitu dengan nilai Rf sebesar 0.28, 0.41, 0.49, dan 0.67. Pada ekstrak gula dengan konsentrasi 5 didapatkan bentuk spot yang melebar dengan nilai Rf sebesar 0.42, dan terdapat spot lain dengan nilai Rf sebesar 0.67. Pada ekstrak gula dengan konsentrasi 6 didapatkan bentuk spot yang melebar dengan nilai Rf sebesar 0.42, dan terdapat spot lain dengan nilai Rf sebesar 0.67. Dengan membandingkan nilai Rf dari sampel dan standar, ekstrak gula tepung umbi garut dan ganyong teridentifikasi didominasi oleh sukrosa dan fruktosa, sedangkan kandungan oligosakarida terdapat sedikit dalam ekstrak. Hal ini diperlihatkan dengan terlihatnya spot hanya pada konsentrasi 4 untuk ekstrak umbi garut dan konsentrasi 4 , 5 dan 6 untuk ekstrak umbi ganyong ,dimana pada konsentrasi 2 dan 3 hanya terlihat adanya sukrosa, fruktosa dan gula atau komponen lain yang memiliki nilai BM 180. Dengan menggunakan metode yang sama, penelitian yang dilakukan Hana 2007, belum dipublikasikan menunjukkan pada kromatografi ekstrak talas mentega, terdapat dua buah spot dengan nilai Rf masing-masing 0.35 diperkirakan gabungan sukrosa dan fruktosa, dan 0.32 diperkirakan rafinosa. 36 Namun warna spot rafinosa yang dihasilkan sangat tipis. Pada penelitian yang dilakukan oleh Marlis 2007, belum dipublikasikan menunjukkan hal yang serupa dimana pada kromatografi ekstrak gula tepung umbi jalar sukuh, terdapat tiga buah spot dengan dugaan spot adalah sukrosa, fruktosa, rafinosa dan oligofruktosa dimana pada warna spot rafinosa dan oligofruktosa sangat tipis. Walaupun dalam jumlah sedikit, keberadaan dari kedua oligosakarida di dalam ekstrak gula tepung umbi mengindikasikan bahwa umbi garut dan ganyong berpotensi sebagai prebiotik.

D. PENGUJIAN EKSTRAK GULA TEPUNG UMBI UNTUK