Analisis Kompetisi BAL melawan Patogen pada Ekstrak Gula Tepung

3. Analisis Pertumbuhan BAL pada Ekstrak Gula Tepung Garut dan

Tepung Ganyong Jumlah bakteri B.bifidum, B. longum, L. casei strain rhamnosus, L.casei shirota, Lactobacillus F1, Lactobacillus G1 dan Lactobacillus G3 sebelum dan sesudah kompetisi diukur secara kualitatif dengan absorbansi menggunakan spektrofotometer pada λ = 600 nm dengan blanko adalah media berbasis MRS tanpa perlakuan. Pertumbuhan BAL diukur dengan cara membandingkan absorbansi media berbasis MRSB pada H-0 dengan H-2 kemudian dikurangi dengan pertumbuhan BAL pada media berbasis MRSB tanpa penambahan gula kontrol. Ket : A = Absorbansi pertumbuhan BAL A 2 = Absorbansi media sampel hari ke-2 pertumbuhan A = Absorbansi media sampel hari ke-0 petumbuhan B 2 2 B B A A A − − − = B 2 = Absorbansi media kontrol hari ke-2 pertumbuhan B B = Absorbansi media kontrol hari ke-0 pertumbuhan

4. Analisis Kompetisi BAL melawan Patogen pada Ekstrak Gula Tepung

Garut dan Tepung Ganyong Sebagai kontrol dalam uji kompetisi adalah patogen yang ditumbuhkan pada media berbasis MRS berisi ekstrak gula tanpa penambahan BAL uji. Demikian pula untuk kontrol BAL, BAL ditumbuhkan pada media berbasis MRS berisi ekstrak tanpa penambahan patogen. Untuk H-0 dilakukan pengenceran 10 -1 – 10 -3 kemudian dilakukan pemupukan pada MRSA BAL, NA Salmonella sp. dan B. cereus , dan EMBA E. coli dengan tingkat pemupukan 10 -1 – 10 -4 untuk kontrol patogen dan 10 -5 – 10 7 untuk kontrol BAL kemudian diinkubasikan pada suhu 37 C selama 48 jam. Untuk H1, dilakukan pengenceran 10 -1 – 10 -7 dengan tingkat pemupukan 10 -5 – 10 7 pada media yang sama dengan H-0. Jumlah mikroba pada masing-masing media dihitung dengan cara TPC. 24 Untuk H-0 dilakukan pengenceran dari kultur yang telah mengandung BAL terbaik : patogen yaitu 10 -1 – 10 -7 . Untuk BAL dilakukan pemupukan pada MRS Agar dengan tingkat pemupukan yaitu 10 -5 – 10 -7 ,sedangkan untuk bakteri patogen dilakukan pemupukan pada NA untuk Salmonella sp. dan B. cereus, dan EMBA untuk E. coli dengan tingkat pemupukan 10 -1 – 10 -4 , kemudian masing-masing cawan diinkubasi pada 37 C selama 48 jam. Untuk B. Bifidum inkubasi dilakukan dalam anaerobic jar pada suhu dan waktu yang sama. Setelah inkubasi 48 jam, jumlah mikroba dari masing-masing Agar kemudian dihitung. Untuk H1 dan H2, media berbasis MRS yang telah ditambahkan BAL terbaik : patogen dan telah dikompetisikan selama 24 jam untuk H1 dan 48 jam untuk H2. Masing-masing tabung uji kemudian dilakukan penghitungan. Untuk BAL dilakukan pemupukan 10 -5 – 10 -7 pada MRS Agar. Untuk Salmonella dan B. cereus dilakukan pemupukan 10 -1 – 10 -4 pada NA, dan untuk E. coli dilakukan pemupukan 10 -1 – 10 -4 pada EMBA, selanjutnya masing-masing pemupukan diinkubasi kembali pada 37 C selama 48 jam. Untuk B. Bifidum inkubasi dilakukan dalam anaerobic jar pada suhu dan waktu yang sama. Setelah inkubasi 48 jam, jumlah mikroba dari masing-masing Agar kemudian dihitung. Perhitungan dilakukan dengam melihat koloni yang terbentuk pada cawan pemupukan. Masing-masing koloni memiliki bentuk dan ciri yang khas sehingga dapat dibedakan dengan koloni mikroba lainnya. Untuk BAL, koloni akan terlihat seperti bulatan yang utuh . Untuk Salmonella sp. koloni akan berbentuk bulatan putih sempurna dan tidak adanya lendir . Untuk B. cereus koloni terlihat berlendir. Untuk E. coli koloni akan terlihat berwana hijau metalik atau bermata biru di tengah koloni . Jumlah koloni kemudian dihitung. Jumlah koloni yang dihitung harus memenuhi persyaratan penghitungan yaitu jumlah koloni sebanyak 25 – 250 koloni per cawan Harrigan, 2000. Penghitungan dilakukan dengan rumus TPC berikut : 25 Ket : N = Jumlah mikroba cfuml n 1 = Jumlah cawan pada tingkat pengenceran tertinggi n 2 = Jumlah cawan pada tingkat pengenceran terendah c = Jumlah total koloni yang terhitung pada cawan d = Tingkat pemupukan tertinggi yang dapat dihitung ISO 4833 : 1991 didalam Harrigan, 2000 d n n c N ⋅ + = ∑ 2 1 1 . 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. TEPUNG UMBI GARUT Maranta arundiacea L. DAN UMBI

GANYONG Canna edulis Kerr. Umbi garut dan umbi ganyong yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Genetika BALITBIOGEN, Departemen Pertanian, Bogor. Varietas umbi garut yang dipilih adalah varietas Ciamis karena varietas tersebut cukup mudah didapatkan di daerah Jawa Barat, selain itu varietas Ciamis memiliki bentuk umbi yang relatif kecil sehingga cukup mempermudah proses pengolahan dari umbi menjadi tepung. Dengan bentuk umbi yang cenderung kecil dan mudah dalam penanganan sehingga diharapkan rendemen tepung yang diperoleh lebih tinggi.. Varietas umbi ganyong yang dipilih adalah ganyong putih karena ganyong putih memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan ganyong merahungu sehingga diharapkan rendemen tepung yang diperoleh akan lebih tinggi Ropiq, 1988. Pengolahan dari umbi menjadi tepung meliputi pembersihan, pengirisan, pengeringan dan penggilingan. Untuk mendapatkan tepung akhir yang lebih halus dan kecil ukuran partikelnya, tepung hasil penggilingan diayak dengan menggunakan ayakan berukuran 60 mesh. Tepung umbi garut dapat dilihat pada Gambar 6 dan tepung umbi ganyong dapat dilihat pada Gambar 7. Rendemen tepung umbi garut dan ganyong dapat dilihat pada Tabel 5. Gambar 6. Tepung umbi garut 27