Analisa Rasio Keuangan Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan

Jumlah ekuitas program tabungan hari tua THT pada akhir tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 58,19 atau mencapai Rp 1.025,25 miliar dibandingkan tahun 2004 yang mencapai Rp 648.11 miliar.

4.9. Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan

Analisa mengenai kinerja keuangan PT TASPEN Persero dilakukan dengan melakukan analisa terhadap laporan keuangan perusahaan. Melalui analisa terhadap laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh gambaran informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan. Analisa terhadap laporan keuangan perusahaan dilakukan dengan menggunakan metode analisa rasio keuangan, analisa persentase per komponen, analisa Du Pont dan analisa Altman Z score.

4.9.1. Analisa Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Melalui angka-angka rasio keuangan dapat diperoleh beberapa informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan. Informasi mengenai kinerja keuangan yang dapat diperoleh melalui analisa rasio meliputi tingkat likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang terkait dengan kegiatan usaha PT TASPEN Persero ditampilkan pada tabel 8. Tabel 7. Rasio keuangan program tabungan hari tua THT Rasio Keuangan 2005 2004 Naik Turun Aktiva lancar terhadap kewajiban jangka pendek 474,51 734,59 35,41 Modal kerja bersih terhadap total aktiva 2,89 2,49 16,06 Pendapatan terhadap total aktiva 0,2 kali 0,21 kali 4,76 Pendapatan terhadap aktiva tetap 69,45 kali 68,11 kali 1,97 Pendapatan terhadap piutang 1,23 kali 1,1 kali 11,82 Total kewajiban terhadap total aktiva 94,10 95,83 1,81 Kewajiban lancar terhadap 0,77 0,39 97,44 total aktiva Kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva 0,03 0,03 0,00 Lanjutan tabel 7. Aktiva terhadap kewajiban kepada pemegang polis 107,23 104,86 2,26 Nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang polis 88,91 84,42 5,32 Margin Laba kotor 19,60 13,63 43,80 Margin laba bersih 10,93 5,14 112,65 Laba usaha terhadap aktiva ROI 2,20 1,07 105,61 Laba bersih terhadap aktiva ROA 2,20 1,06 107,55 Laba bersih terhadap ekuitas ROE 37,24 25,45 46,33 Klaim dan manfaat terhadap pendapatan iuran 72,79 81,72 10,93 Pendapatan investasi terhadap nilai investasi yield on invesment 10,88 11,00 1,09 Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN Persero Tahun 2005 diolah Melalui tabel di atas dapat diperoleh gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan sebagai berikut : Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas dan pos lancar lainnya yang sifatnya hampir mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua kewajiban perusahaan yang segera jatuh tempo. Analisa rasio likuiditas yang digunakan meliputi : a. Rasio lancar berupa perbandingan antara aktiva lancar terhadap kewajiban jangka pendek mengalami penurunan dari 734,59 atau turun sebesar 35,41 pada tahun 2004 menjadi 474,51 pada tahun 2005. Penurunan tersebut disebabkan adanya peningkatan jumlah kewajiban kepada pemegang polis masa depan. b. Rasio cepat, dalam hal ini rasio cepat tidak dijadikan salah satu penilaian mengenai likuiditas perusahaan dikarenakan persediaan yang diperlukan dalam perhitungan rasio ini tidak sesuai dengan ruang lingkup kegiatan usaha perusahaan. Persediaan yang ada dalam perusahaan lebih mengarah kepada inventaris-inventaris kantor yang merupakan perlengkapan dan bukan seperti persediaan yang ada pada perusahaan dagang maupun manufaktur, seperti kertas, tinta, dan lain-lain. c. Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini mengalami kenaikan sebesar 16,06 dari sebesar 2,49 pada tahun 2004 menjadi 2,89 pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menciptakan cadangan potensi kas yang ada menjadi lebih baik. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas dipakai untuk menentukan penilaian efektifitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Dalam hal ini penjualan yang dimaksud lebih direfleksikan pada pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan usahanya. Rasio yang digunakan dalam menilai tingkat aktivitas perusahaan meliputi : a. Rasio perputaran persediaan dalam hal ini tidak dijadikan salah satu ukuran mengenai tingkat aktivitas perusahaan dikarenakan substansi dari rumus perhitungan rasio ini tidak sesuai dengan ruang lingkup usaha perusahaan. b. Rasio perputaran total aktiva menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam pemakaian total aktivanya untuk menghasilkan pendapatan. Dari hasil perhitungan rasio ini, dapat diketahui rasio perputaran total aktiva perusahaan mengalami penurunan sebesar 4,76. Penurunan ini disebabkan karena adanya peningkatan aktiva sebesar 11,85 yang hanya diikuti peningkatan pendapatan sebesar 8,83. c. Rasio perputaran aktiva tetap menunjukkan ukuran efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva tetapnya guna menghasilkan pendapatan. Hasil perhitungan rasio ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva tetapnya mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar 1,97. Tingginya nilai rasio perputaran aktiva tetap perusahaan dikarenakan rendahnya nilai aktiva tetap perusahaan. Dengan kata lain jenis kegiatan usaha perusahaan sangat mempengaruhi nilai rasio tersebut. d. Rasio perputaran piutang menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode tertentu. Dapat diartikan bahwa berapa kali perusahaan melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam satu periode. Kebijakan piutang yang ditetapkan oleh perusahaan menjelaskan bahwa dalam menjalankan usahanya, perusahaan tidak melakukan penyisihan terhadap piutangnya. Dapat diartikan bahwa kegiatan utama perusahaan yang begerak dalam bidang asuransi sosial tersebut akan melakukan pengurangan terhadap manfaat yang dapat diterima oleh peserta apabila peserta mengajukan haknya. Piutang yang berkaitan dengan kekurangan pendanaan unfunded liability lebih mengarah kepada penagihan piutang kepada pemerintah. Piutang kepada pemerintah tersebut akan dibayar kepada perusahaan secara cicilan. Hasil dari rasio ini menunjukkan bahwa rasio perputaran piutang perusahaan mengalami peningkatan sebesar 11,82 dari 1,1 kali menjadi 1,23 kali pada tahun 2005. Rasio Solvabilitas Analisa rasio solvabilitas leverage dilakukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek atau dapat juga memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio yang digunakan untuk menilai rasio solvabilitas perusahaan meliputi : a. Rasio utang digunakan untuk mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva perusahaan. Rasio utang perusahaan mengalami penurunan dari sebesar 95,83 menjadi 94,10 di tahun 2005. Dalam menilai rasio ini perusahaan menggunakan perhitungan yang berbeda dengan rumus yang didapat dari literatur dimana rumus yang digunakan membandingkan total aktiva tehadap kewajiban. Dengan mengetahui rumus perhitungan rasio utang yang digunakan oleh perusahaan dapat dijelaskan bahwa perusahaan lebih cenderung untuk bagaimana menjamin kewajiban perusahaan yang ada dengan aktiva yang dimilikinya dan bukan melihat sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai aktivanya. Dengan menggunakan perhitungan tersebut maka rasio aktiva terhadap kewajiban sebesar 106,27 pada tahun 2005 dan 104,35 untuk tahun 2004. Dapat diartikan bahwa setiap Rp 1 kewajiban dapat dijamin dengan Rp 1,04 aktiva di tahun 2005 dan dengan Rp 1,06 aktiva di tahun 2004. b. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva digunakan untuk mengukur berapa besar total aktiva yang dibiayai dengan kewajiban lancar menunjukkan peningkatan sebesar 97,44. Rendahnya nilai rasio ini disebabkan karena dalam kewajiban utama perusahaan berupa kewajiban kepada pemegang polis. c. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva digunakan untuk mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kewajiban bukan lancar. Rasio ini menunjukkan nilai yang tetap baik di tahun 2004 maupun 2005 yaitu sebesar 0,03. Tidak adanya perubahan terhadap nilai rasio disebabkan disamping kewajiban utama perusahaan yang berupa kewajiban kepada pemegang polis juga dikarenakan kewajiban jangka panjang perusahaan yang hanya berupa telepon deposit dan security deposit jumlahnya tidak banyak mengalami perubahan. d. Rasio aktiva terhadap kewajiban pemegang polis digunakan untuk mengukur sejauh mana kewajiban terhadap pemegang polis dapat dijamin dengan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang digunakan oleh perusahaan dan dianggap sebagai rasio penting bagi pihak manajemen perusahaan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Dari hasil rasio tersebut dapat diketahui bahwa nilai rasio mengalami peningkatan sebesar 2,26 dari sebesar 104,86 pada tahun 2004 menjadi 107,23. e. Rasio nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang polis menunjukkan perbandingan nilai aktiva yang diinvestasikan oleh perusahaan dengan kewajiban kepada polis. Nilai rasio ini menunjukkan sebesar 84,42 pada tahun 2004 dan mengalami peningkatan 5,32 sehingga mencapai 88,91 pada tahun 2005. Rasio Profitabilitas Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas usaha yang baik dapat memperkecil risiko perusahaan mengalami kebangkrutan. Analisa profitabilitas dilakukan dengan menggunakan rasio margin laba kotor, rasio margin laba bersih, rasio tingkat pengembalian investasi, rasio tingkat pengembalian aktiva dan rasio tingkat pengembalian ekuitas. Disamping rasio- rasio tersebut, analisa mengenai rasio profitabilitas peruasahaan juga menggunakan rasio-rasio yang dipakai oleh pihak manajemen perusahaan dalam menilai tingkat profitabilitas usahanya yang meliputi rasio nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang polis, rasio klaim dan manfaat terhadap pendapatan iuran, rasio pendapatan investasi terhadap nilai investasi yield on invesment. a. Rasio margin laba kotor mencerminkan kemampuan perusahaan dari penjualan untuk mendapatkan laba kotor dan berguna untuk memberikan indikasi mengenai efisiensi operasi perusahaan. Laba kotor perusahaan diperoleh dengan menghitung pendapatan yang diperoleh perusahaan dengan beban utama perusahaan yang berupa manfaat santunan dan kenaikan manfaat polis masa depan. Rasio ini mengalami peningkatan dari 13,63 pada tahun 2004 menjadi 19,60 pada tahun 2005 atau meningkat sebesar 43,8. Kenaikan ini disebabkan karena meningkatnya jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan dan juga diikuti menurunnya manfaat santunan yang diberikan kepada peserta. b. Rasio margin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba bersih dari aktivitas usaha yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil dari perhitungan rasio ini menunjukkan bahwa margin laba bersih perusahaan sebesar 10,93 pada tahun 2005 yang mengalami peningkatan sebesar 112,65 dari tahun sebelumnya yang sebesar 5,14. c. Rasio tingkat pengembalian investasi ROI mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan. ROI perusahaan menunjukkan sebesar 2,2 pada tahun 2005, mengalami peningkatan sebesar 105,61 dari nilai ROI pada tahun 2004 yang sebesar 1,07. d. Rasio tingkat pengembalian aktiva menunjukkan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva-aktiva yang tersedia dimana rasio ini menunjukkan nilai sebesar 2,2 pada tahun 2005. e. Rasio tingkat pengembalian ekuitas menunjukkan perbandingan antara laba bersih terhadap modal ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan yang mengalami peningkatan sebesar 46,33 dari sebesar 25,45 pada tahun 2004 menjadi 37,24 pada tahun 2005. f. Rasio klaim dan manfaat terhadap pendapatan iuran menunjukkan perbandingan klaim dan manfaat terhadap pendapatn iuran premi yang diperoleh dari tiap peserta program. Perusahaan menggunakan rasio ini untuk melihat bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan jika hanya memperhitungkan sumber pendapatan utama perusahaan. Dengan demikian efisiensi dan efektifitas premi yang dibayar oleh peserta dapat terlihat dalam rasio ini dalam kaitannya dengan manfaat program. Hasil rasio ini pada tahun 2005 menunjukkan penurunan sebesar 10,93 dari tahun sebelumnya yang mencapai 81,72. Penurunan tersebut disebabkan karena menurunnya klaim dan pemberian manfaat yang dibayarkan bagi peserta. g. Rasio pendapatan investasi terhadap nilai investasi yield on invesment menunjukkan kemampuan kegiatan investasi dalam memberikan pendapatan bagi perusahaan. Rasio ini mengalami penurunan sebesar 1,09 dari sebesar 11 pada tahun 2004 menjadi sebesar 10,88. Secara menyeluruh, dari analisa rasio keuangan yang dilakukan dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam mengelola program tabungan hari tua dinilai baik. Hal ini dapat terlihat hasil analisa rasio program tabungan hari tua. Yang perlu diperhatikan ialah dalam melakukan kegiatan usahanya, perusahaan sangat memperhatikan adanya tanggung jawab utama perusahaan yang berupa pemberian manfaat program bagi peserta dimana terdapat rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melakukan pembayaran maupun menjamin pemberian manfaat bagi peserta. Besarnya total aktiva yang dimiliki perusahaan dapat dijadikan ukuran bahwa perusahaan sangat memperhatikan tanggung jawabnya kepada peserta.

4.9.2. Analisa Persentase Per Komponen