Analisis pengelolaan dana tabungan hari tua pada PT Taspen (Persero)

(1)

ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABUNGAN HARI TUA

PADA PT TASPEN (Persero)

Oleh :

SONY RULYANTO

H24103033

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Sony Rulyanto

H24103033

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

ABSTRAK

Sony Rulyanto H24103033. Analisis Pengelolaan Dana Tabungan Hari Tua Pada PT TASPEN (Persero). Di bawah bimbingan Farida Ratna Dewi.

Adanya risiko tenaga kerja (labor risk) menyebabkan perlunya keberadaan jaminan sosial bagi para tenaga kerja tersebut. Agar penyelenggaraan jaminan sosial tersebut dapat berlangsung dengan baik maka diperlukan suatu badan umum yang mengelola kegiatan pemberian jaminan sosial bagi tenaga kerja. PT TASPEN (Persero) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak sebagai penyelenggara pemberian jaminan sosial bagi tenaga kerja. Agar dapat melakukan fungsi perusahaan secara optimal diperlukan suatu kegiatan pengelolaan dana dalam tubuh perusahaan secara baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produk asuransi yang dikelola perusahaan, mengetahui bagaimana pengelolaan dana tabungan dan asuransi pegawai negeri yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero), serta menganalisis kinerja keuangan PT TASPEN (Persero) berdasarkan kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan. Pada tujuan kedua dan ketiga dari kegiatan penelitian ini, ruang lingkup hanya terbatas pada salah satu produk asuransi perusahaan yang dalam hal ini berupa tabungan hari tua. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer berupa laporan keuangan beserta ikhtisarnya yang diperoleh melalui wawancara, data mengenai jumlah peserta dan penerima manfaat, serta data pemberian manfaat bagi peserta. Sedangkan data sekunder yang digunakan meliputi sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, jumlah pegawai, serta jenis program yang dikelola perusahaan. Metode analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan meliputi analisa rasio keuangan, analisa persentase per komponen, analisa Du Pont, dan analisa Altman Z Score.

Melalui hasil penelitian dapat diketahui bahwa PT TASPEN (Persero) mengelola produk asuransi yang berupa program tabungan hari tua dan program pensiun dimana pengembangan program tabungan hari tua berupa asuransi multiguna sejahtera dan ekaguna sejahtera. Investasi perusahaan sangat didominasi dalam bentuk obligasi yang mencapai 77,37% dari keseluruhan nilai investasi perusahaan. Sedangkan pengelolaan dana lainnya berupa deposito sebesar 25,93% dan investasi lainnya sebesar 0,69% dari keseluruhan nilai investasi. Dari hasil analisa rasio keuangan dapat diketahui bahwa kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan dinilai cukup baik. Analisa persentase per komponen menunjukkan bagaimana komposisi pada laporan keuangan perusahaan yang mencerminkan investasi untuk setiap akun perusahaan, dimana dapat diketahui bahwa sumber pendapatan utama perusahaan berupa pendapatan premi yang ditunjang dengan pendapatan investasi. Dari hasil analisa Du Pont dapat diketahui bahwa pencapaian tingkat pengembalian ekuitas perusahaan sebesar 37,24%. Z score dihasilkan mempunyai nilai yang tidak secara signifikan menunjukkn keadaan perusahaan secara nyata. Hal ini terjadi karena perusahaan sangat menitikberatkan pada penjaminan kewajiban pemegang polis.


(4)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABUNGAN HARI TUA

PADA PT TASPEN (Persero)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Sony Rulyanto

H24103033

Menyetujui, Februari 2007

Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc Ketua Departemen


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Sony Rulyanto lahir pada tanggal 25 Maret 1985 di Mojokerto, Jawa Timur. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Rudy Widaryanto dan Lilik Sukantiasih.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Wijana Sejati pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1991. Kemudian melanjutkan pendidikan pada Sekolah Dasar Katolik Wijana Sejati kota Mojokerto tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Sekolah lanjutan pertama penulis tempuh pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Mojokerto dan tamat tahun 2000. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Puri Mojokerto pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi pada Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).


(6)

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga sampai saat ini penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pengelolaan Dana Tabungan Hari Tua Pada PT TASPEN (Persero)” dapat penulis selesaikan..

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak telah memberikan saran, bimbingan, dan dukungan hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak saran, bimbingan dan dukungan kepada penulis dengan penuh kesabaran. Secara pribadi, dalam kesempatan ini penulis juga meminta maaf yang sebesar-besarnya karena selama penulisan skripsi ini telah banyak melakukan kesalahan baik dalam proses maupun secara prosedural..

2. Wita Juwita Ermawati, STP, MM dan Beatrice Mantoroadi, SE.AK, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak banyak kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ibu Susiana Retnowati selaku Manajer Utama divisi personalia PT TASPEN (Persero) yang telah memberikan izin bagi penulis untuk dapat melakukan penelitian di PT TASPEN (Persero).

4. Ibu Anna dari PT TASPEN (Persero) yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan bagi penulis dalam pengumpulan data selama melakukan penelitian.

5. Mama Papa atas doa, semangat dan dukungannya yang telah diberikan selama ini.

6. Dina Hestary atas semua motivasi, doa dan semangatnya. U’re my inspiration. 7. Nia atas semua bantuan dan dukungannya yang berarti bagi penulis selama

menyelesaikan studi di IPB. Thanks for every thinks girl.

8. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat mengikuti studi pada


(7)

Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB).

9. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen, khususnya Departemen Manajemen yang telah membimbing dan membantu penulis selama menyelesaikan studi di FEM IPB.

10.Temen-temen kontrakan yang sekarang tinggal 2 orang Steph n Potel, makasih banyak atas kebersamaannya selama ini. Expecially To Steph “makasih udah jadi bapak rumah tangga yang baik, klo ga, ga tau deh jadinya tu kontrakan”. 11.My best friends Hilman, Dedi, Sansa, Gema, Dodo, Gala, Eko, Aca, Kiki,

Made, Okty, Citra, Melly, Dewi atas kebersamaan dan suport yang diberikan.

My specially advice to Hilman don’t be so pesimistic, U’re destiny on U’re Hands.

12.Temen-temen Manajemen 40, terimakasih atasi motivasi dan dukungannya. 13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2007


(8)

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Asuransi ... 5

2.1.1. Zaman Purbakala ... 5

2.1.1.1. Benih Asuransi Harta ... 5

2.1.1.2. Benih Asuransi Jiwa ... 6

2.1.2. Abad Pertengahan ... 7

2.1.2.1. Asuransi oleh Gilda ... 7

2.1.2.2. Mula-mula Kontrak Asuransi Laut ... 7

2.1.3. Zaman Modern ... 7

2.1.3.1. Asuransi Laut ... 7

2.1.3.2. Asuransi Kebakaran ... 8

2.1.3.3. Asuransi Jiwa ... 9

2.2. Perusahaan Asuransi ... 9

2.2.1. Karakteristik Dasar Industri Asuransi... 10

2.3. Sistem Perlindungan Sosial ... 11

2.3.1. Sistem Perlindungan Sosial Formal ... 12

2.4. Laporan Keuangan ... 14

2.4.1. Laporan Rugi Laba ... 17

2.4.2. Neraca ... 17

2.5. Analisa Laporan Keuangan ... 23

2.5.1. Analisa Rasio Keuangan ... 24

2.5.2. Analisa Persentase Per Komponen (Common Size Percentage) ... 28


(9)

2.5.4. Analisa Z Skor dari Altman (Altman Z Score) .. 31

2.6. Hasil Penelitian terdahulu ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran ... 34

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 35

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 35

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 35

3.4.1. Deskriptif ... 35

3.4.2. Analisa Rasio Keuangan ... 36

3.4.3. Analisa Persentase Per Komponen ... 40

3.4.4. Analisa Du Pont ... 41

3.4.5. Analisa Altman Z Score ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sekilas Tentang PT TASPEN (Persero)... 45

4.1.1. Latar Belakang Pendirian Perusahaan dan Dasar Hukum ... 45

4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan ... 46

4.1.3. Profil Karyawan ... 50

4.2. Hukum/Perundangan dan Peraturan-Peraturan Perundangan yang Terkait dengan Operasi PT TASPEN (Persero) ... 51

4.3. Program (Produk) yang Dikelola Oleh PT TASPEN (Persero) ... 51

4.4. Mekanisme Penyampaian Produk ... 56

4.5. Peserta dan Pendapatan Premi ... 57

4.5.1. Peserta ... 57

4.5.2. Pendapatan Premi... 57

4.6. Kegiatan Pengelolaan Dana yang Dilakukan Oleh PT TASPEN (Persero) dalam Kegiatan Investasi ... 58

4.6.1. Penilaian Investasi ... 58

4.6.2. Investasi Program Tabungan Hari Tua (THT) ... 60

4.6.3. Hasil (pendapatan) investasi ... 62

4.7. Penyelesaian Klaim dan Penyampaian Manfaat ... 63

4.7.1. Mekanisme Penyelesaian Klaim ... 63

4.7.2. Mekanisme Penyampaian Manfaat ... 63

4.7.3. Pemberian Manfaat Program Bagi Peserta ... 64

4.8. Kinerja Keuangan PT TASPEN (Persero) ... 66

4.8.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan ... 66

4.8.2. Kondisi Keuangan Perusahaan ... 69

4.9. Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan ... 71

4.9.1. Analisa Rasio Keuangan ... 71

4.9.2. Analisa Persentase Per Komponen ... 79

4.9.3. Analisa Du Pont ... 82


(10)

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(11)

ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABUNGAN HARI TUA

PADA PT TASPEN (Persero)

Oleh :

SONY RULYANTO

H24103033

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Sony Rulyanto

H24103033

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(13)

ABSTRAK

Sony Rulyanto H24103033. Analisis Pengelolaan Dana Tabungan Hari Tua Pada PT TASPEN (Persero). Di bawah bimbingan Farida Ratna Dewi.

Adanya risiko tenaga kerja (labor risk) menyebabkan perlunya keberadaan jaminan sosial bagi para tenaga kerja tersebut. Agar penyelenggaraan jaminan sosial tersebut dapat berlangsung dengan baik maka diperlukan suatu badan umum yang mengelola kegiatan pemberian jaminan sosial bagi tenaga kerja. PT TASPEN (Persero) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak sebagai penyelenggara pemberian jaminan sosial bagi tenaga kerja. Agar dapat melakukan fungsi perusahaan secara optimal diperlukan suatu kegiatan pengelolaan dana dalam tubuh perusahaan secara baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produk asuransi yang dikelola perusahaan, mengetahui bagaimana pengelolaan dana tabungan dan asuransi pegawai negeri yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero), serta menganalisis kinerja keuangan PT TASPEN (Persero) berdasarkan kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan. Pada tujuan kedua dan ketiga dari kegiatan penelitian ini, ruang lingkup hanya terbatas pada salah satu produk asuransi perusahaan yang dalam hal ini berupa tabungan hari tua. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer berupa laporan keuangan beserta ikhtisarnya yang diperoleh melalui wawancara, data mengenai jumlah peserta dan penerima manfaat, serta data pemberian manfaat bagi peserta. Sedangkan data sekunder yang digunakan meliputi sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, jumlah pegawai, serta jenis program yang dikelola perusahaan. Metode analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan meliputi analisa rasio keuangan, analisa persentase per komponen, analisa Du Pont, dan analisa Altman Z Score.

Melalui hasil penelitian dapat diketahui bahwa PT TASPEN (Persero) mengelola produk asuransi yang berupa program tabungan hari tua dan program pensiun dimana pengembangan program tabungan hari tua berupa asuransi multiguna sejahtera dan ekaguna sejahtera. Investasi perusahaan sangat didominasi dalam bentuk obligasi yang mencapai 77,37% dari keseluruhan nilai investasi perusahaan. Sedangkan pengelolaan dana lainnya berupa deposito sebesar 25,93% dan investasi lainnya sebesar 0,69% dari keseluruhan nilai investasi. Dari hasil analisa rasio keuangan dapat diketahui bahwa kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan dinilai cukup baik. Analisa persentase per komponen menunjukkan bagaimana komposisi pada laporan keuangan perusahaan yang mencerminkan investasi untuk setiap akun perusahaan, dimana dapat diketahui bahwa sumber pendapatan utama perusahaan berupa pendapatan premi yang ditunjang dengan pendapatan investasi. Dari hasil analisa Du Pont dapat diketahui bahwa pencapaian tingkat pengembalian ekuitas perusahaan sebesar 37,24%. Z score dihasilkan mempunyai nilai yang tidak secara signifikan menunjukkn keadaan perusahaan secara nyata. Hal ini terjadi karena perusahaan sangat menitikberatkan pada penjaminan kewajiban pemegang polis.


(14)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABUNGAN HARI TUA

PADA PT TASPEN (Persero)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Sony Rulyanto

H24103033

Menyetujui, Februari 2007

Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc Ketua Departemen


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Sony Rulyanto lahir pada tanggal 25 Maret 1985 di Mojokerto, Jawa Timur. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Rudy Widaryanto dan Lilik Sukantiasih.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Wijana Sejati pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1991. Kemudian melanjutkan pendidikan pada Sekolah Dasar Katolik Wijana Sejati kota Mojokerto tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Sekolah lanjutan pertama penulis tempuh pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Mojokerto dan tamat tahun 2000. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Puri Mojokerto pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi pada Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).


(16)

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga sampai saat ini penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pengelolaan Dana Tabungan Hari Tua Pada PT TASPEN (Persero)” dapat penulis selesaikan..

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak telah memberikan saran, bimbingan, dan dukungan hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak saran, bimbingan dan dukungan kepada penulis dengan penuh kesabaran. Secara pribadi, dalam kesempatan ini penulis juga meminta maaf yang sebesar-besarnya karena selama penulisan skripsi ini telah banyak melakukan kesalahan baik dalam proses maupun secara prosedural..

2. Wita Juwita Ermawati, STP, MM dan Beatrice Mantoroadi, SE.AK, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak banyak kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ibu Susiana Retnowati selaku Manajer Utama divisi personalia PT TASPEN (Persero) yang telah memberikan izin bagi penulis untuk dapat melakukan penelitian di PT TASPEN (Persero).

4. Ibu Anna dari PT TASPEN (Persero) yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan bagi penulis dalam pengumpulan data selama melakukan penelitian.

5. Mama Papa atas doa, semangat dan dukungannya yang telah diberikan selama ini.

6. Dina Hestary atas semua motivasi, doa dan semangatnya. U’re my inspiration. 7. Nia atas semua bantuan dan dukungannya yang berarti bagi penulis selama

menyelesaikan studi di IPB. Thanks for every thinks girl.

8. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat mengikuti studi pada


(17)

Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB).

9. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen, khususnya Departemen Manajemen yang telah membimbing dan membantu penulis selama menyelesaikan studi di FEM IPB.

10.Temen-temen kontrakan yang sekarang tinggal 2 orang Steph n Potel, makasih banyak atas kebersamaannya selama ini. Expecially To Steph “makasih udah jadi bapak rumah tangga yang baik, klo ga, ga tau deh jadinya tu kontrakan”. 11.My best friends Hilman, Dedi, Sansa, Gema, Dodo, Gala, Eko, Aca, Kiki,

Made, Okty, Citra, Melly, Dewi atas kebersamaan dan suport yang diberikan.

My specially advice to Hilman don’t be so pesimistic, U’re destiny on U’re Hands.

12.Temen-temen Manajemen 40, terimakasih atasi motivasi dan dukungannya. 13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2007


(18)

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Asuransi ... 5

2.1.1. Zaman Purbakala ... 5

2.1.1.1. Benih Asuransi Harta ... 5

2.1.1.2. Benih Asuransi Jiwa ... 6

2.1.2. Abad Pertengahan ... 7

2.1.2.1. Asuransi oleh Gilda ... 7

2.1.2.2. Mula-mula Kontrak Asuransi Laut ... 7

2.1.3. Zaman Modern ... 7

2.1.3.1. Asuransi Laut ... 7

2.1.3.2. Asuransi Kebakaran ... 8

2.1.3.3. Asuransi Jiwa ... 9

2.2. Perusahaan Asuransi ... 9

2.2.1. Karakteristik Dasar Industri Asuransi... 10

2.3. Sistem Perlindungan Sosial ... 11

2.3.1. Sistem Perlindungan Sosial Formal ... 12

2.4. Laporan Keuangan ... 14

2.4.1. Laporan Rugi Laba ... 17

2.4.2. Neraca ... 17

2.5. Analisa Laporan Keuangan ... 23

2.5.1. Analisa Rasio Keuangan ... 24

2.5.2. Analisa Persentase Per Komponen (Common Size Percentage) ... 28


(19)

2.5.4. Analisa Z Skor dari Altman (Altman Z Score) .. 31

2.6. Hasil Penelitian terdahulu ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran ... 34

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 35

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 35

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 35

3.4.1. Deskriptif ... 35

3.4.2. Analisa Rasio Keuangan ... 36

3.4.3. Analisa Persentase Per Komponen ... 40

3.4.4. Analisa Du Pont ... 41

3.4.5. Analisa Altman Z Score ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sekilas Tentang PT TASPEN (Persero)... 45

4.1.1. Latar Belakang Pendirian Perusahaan dan Dasar Hukum ... 45

4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan ... 46

4.1.3. Profil Karyawan ... 50

4.2. Hukum/Perundangan dan Peraturan-Peraturan Perundangan yang Terkait dengan Operasi PT TASPEN (Persero) ... 51

4.3. Program (Produk) yang Dikelola Oleh PT TASPEN (Persero) ... 51

4.4. Mekanisme Penyampaian Produk ... 56

4.5. Peserta dan Pendapatan Premi ... 57

4.5.1. Peserta ... 57

4.5.2. Pendapatan Premi... 57

4.6. Kegiatan Pengelolaan Dana yang Dilakukan Oleh PT TASPEN (Persero) dalam Kegiatan Investasi ... 58

4.6.1. Penilaian Investasi ... 58

4.6.2. Investasi Program Tabungan Hari Tua (THT) ... 60

4.6.3. Hasil (pendapatan) investasi ... 62

4.7. Penyelesaian Klaim dan Penyampaian Manfaat ... 63

4.7.1. Mekanisme Penyelesaian Klaim ... 63

4.7.2. Mekanisme Penyampaian Manfaat ... 63

4.7.3. Pemberian Manfaat Program Bagi Peserta ... 64

4.8. Kinerja Keuangan PT TASPEN (Persero) ... 66

4.8.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan ... 66

4.8.2. Kondisi Keuangan Perusahaan ... 69

4.9. Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan ... 71

4.9.1. Analisa Rasio Keuangan ... 71

4.9.2. Analisa Persentase Per Komponen ... 79

4.9.3. Analisa Du Pont ... 82


(20)

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(21)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Analisa Du Pont ... 30

2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 44

3. Mekanisme Penyampaian Produk ... 57

4. Mekanisme Penyelesaian dan Penyampaian Manfaat ... 64


(22)

No Halaman

1. Rincian Pendapatan Premi Program Tabungan Hari Tua ... 58 2. Dasar Pencatatan dan Penilaian Investasi ... 59 3. Rincian Modal Saham yang Disetor Pada PT Arthaloka Indonesia 60 4. Pengalokasian Dana Investasi Program Tabungan Hari Tua ... 60 5. Pendapatan Investasi Program Tabungan Hari Tua ... 63 6. Rincian Pembayaran Manfaat Program Tabungan Hari Tua (THT) 65 7. Rasio keuangan Program Tabungan Hari Tua (THT) ... 71 8. Analisa Persentase Per Komponen Terhadap Neraca Program

Tabungan Hari Tua PT TASPEN (Persero) ... 79 9. Analisa Persentase Per Komponen Terhadap Laporan Rugi Laba

Program Tabungan Hari Tua PT TASPEN (Persero) ... 81 10. Komponen Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) PT

TASPEN (Persero) ... 83 11. Komponen Rasio Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) PT

TASPEN (Persero) ... 84 12. Komponen Margin Laba Bersih PT TASPEN (Persero) ... 85 13. Komponen Rasio Perputaran Total Aktiva PT TASPEN (Persero) . 85


(23)

DAFTAR GRAFIK

No Halaman

1. Profil Karyawan Menurut Jabatan ... 50 2. Profil Karyawan Menurut Tingkat Pendidikan ... 50


(24)

No Halaman

1. Struktur Organisasi PT TASPEN (Persero) ... 93 2. Kantor Cabang PT TASPEN (Persero) Di Indonesia ... 94 3. Iktisar Peserta Aktif Dan Penerima Pensiun 2001-2005... 95 4. Produktivitas Karyawan Terhadap Peserta Dan Penerima Pensiun . 96 5. Kebijakan Pemberian Manfaat Program Bagi Peserta ... 97 6. Laporan Keuangan Program Tabungan Hari Tua PT TASPEN

(Persero) Tahun 2005 Dan 2004 ... 99 7. Perhitungan Rasio Keuangan Program Tabungan Hari Tua ... 108 8. Perhitungan Metode Analisa Altman Z Score ... 111


(25)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jaminan sosial bagi tenaga kerja merupakan suatu bentuk perlindungan yang diberikan kepada pekerja beserta keluarganya terhadap berbagai risiko yang ada pada tenaga kerja itu sendiri (labor risk) misalnya risiko kehilangan pekerjaan, kecelakaan kerja, sakit, cacat, lanjut usia, meninggal dunia, dan lain-lain. Jaminan sosial bagi tenaga kerja merupakan bagian dari sistem perlindungan sosial yang memberikan perlindungan tidak hanya kepada mereka yang bekerja saja tetapi juga kepada seluruh anggota keluarganya.

Dalam masyarakat tradisional perlindungan sosial terhadap warganya lebih banyak dilakukan secara informal dengan mengandalkan bantuan keluarga lainnya, tetangga dan masyarakat. Misalnya setiap generasi mempunyai tanggung jawab untuk mengurus dan memelihara orang tua di hari tua mereka dan masyarakat diharapkan akan membantu mereka yang lemah. Akan tetapi, adanya tekanan-tekanan seperti arus urbanisasi mengakibatkan melemahnya sistem perlindungan sosial informal tersebut (Lembaga Penelitian SMERU 2003).

Industrialisasi yang diikuti dengan urbanisasi telah menyebabkan kota-kota besar dipadati dengan sejumlah besar tenaga kerja yang hidupnya tergantung dari penerimaan upah. Kemajuan teknologi kedokteran telah berhasil meningkatkan usia harapan hidup tetapi di lain sisi hal ini dapat mengakibatkan akan bertambah banyaknya golongan penduduk lanjut usia dan tidak produktif lagi yang hidupnya tergantung dari orang lain dan semakin banyaknya jumlah pensiunan lanjut usia (manula) yang memerlukan biaya untuk kesehatannya.

PT TASPEN (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang asuransi sosial dengan kegiatan utamanya yang bergerak dalam penyimpanan tabungan pegawai negeri yang menjadi peserta dan


(26)

memberikan manfaat atas tabungan tersebut dalam bentuk asuransi bagi peserta. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya menghadapi tingkat risiko yang dapat dikatakan cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena ruang kegiatan usaha perusahaan yang bergerak di bidang asuransi. Dalam dunia asuransi, risiko utama yang dihadapi oleh perusahaan asuransi ialah risiko klaim dari peserta. Risiko tersebut dikatakan cukup tinggi karena perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi menghadapi kondisi ketidakpastian yang dapat menyebabkan terjadinya klaim itu sendiri. Perusahaan hanya dapat memperkirakan kejadian-kejadian yang mungkin dapat terjadi sehubungan dengan risiko klaim yang dihadapi akan tetapi perusahaan tidak dapat mengetahui dengan pasti kapan klaim tersebut terjadi. Dalam hal ini perusahaan memerlukan perencanaan yang berkaitan dengan pengelolaan dana keuangannya secara baik agar saat terjadi klaim dari peserta, perusahaan dapat melakukan kewajibannya sebagai penyelenggara asuransi secara optimal. Oleh karena itu,agar pemberian manfaat bagi peserta dapat dilakukan secara maksimal maka PT TASPEN (Persero) perlu menghasilkankinerja-kinerja yang berorientasi pada pemerolehan laba bagi perusahaan.

Kinerja-kinerja yang berorientasi pada pemerolehan laba bagi perusahaan sangat diperlukan karena kegiatan tersebut sangat menunjang eksistensi dari PT TASPEN (Persero). Pengelolaan dana tabungan yang terkumpul dari peserta ke dalam aktivitas dunia investasi merupakan bentuk dari kinerja yang berorientasi laba.

Pengelolaan dana yang efektif pada PT TASPEN (Persero) akan berdampak positif bagi kinerja perusahaan dimana keuntungan dari pengelolaan dana dapat menghasilkan pemberian manfaat yang maksimal bagi peserta. Akan tetapi kegiatan pengelolaan dana perlu dipertimbangkan secara baik mengingat PT TASPEN (Persero) bergerak dalam bidang asuransi sosial. Dalam hal ini keberadaan perusahaan yang didasarkan atas adanya peserta yang mempunyai peranan vital. Adanya klaim-klaim yang diajukan peserta serta beban-beban yang ditanggung


(27)

3

dapat dijadikan salah satu dasar pemikiran mengenai kebijakan pengelolaan dana yang ada pada PT TASPEN (Persero).

1.2. Perumusan Masalah

Selain hal di atas, faktor-faktor seperti kondisi perekonomian yang ada di Indonesia dan kebijakan pemerintah mengenai gaji pokok Pegawai Negeri Sipil perlu untuk diperhatikan. Mengingat kebijakan pengelolaan dana yang ada melalui investasi dapat dilakukan melalui deposito, obligasi dan sejenisnya maka faktor-faktor ekonomi perlu untuk dipertimbangkan. Bagaimana seringkali tingkat suku bunga sebagai salah satu faktor yang ada dalam perekonomian dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kegiatan investasi sebuah perusahaan. Disamping itu adanya kebijakan pemerintah menaikkan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil menyebabkan terjadinya kenaikan pendapatan premi akan tetapi di sisi lain hal tersebut akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap beban klaim dan pemberian manfaat dalam pemenuhan kewajiban manfaat polis masa depan yang cukup signifikan pula. Oleh karena itu berbagai faktor perlu untuk dipertimbangkan dalam kegiatan pengelolaan dana yang ada agar kegiatan pengelolaan dana dapat dilakukan secara efektif. Dengan pengelolaan dana yang efektif maka perusahaan dapat memperoleh tingkat keuntungan yang maksimal disamping juga melakukan pemberian manfaat bagi peserta secara maksimal pula.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah yang akan diteliti ialah :

1. Bagaimana program asuransi yang dikelola oleh PT TASPEN (Persero).

2. Bagaimana pengelolaan dana tabungan dan asuransi pegawai negeri yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero).

3. Bagaimana kinerja keuangan PT TASPEN (Persero) berdasarkan kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan.


(28)

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui program asuransi yang dikelola oleh PT TASPEN (Persero)

2. Mengetahui pengelolaan dana tabungan dan asuransi pegawai negeri pada PT TASPEN (Persero).

3. Menganalisis kinerja PT TASPEN (Persero) berdasarkan kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi PT TASPEN (Persero) dalam menentukan kegiatan pengelolaan dana tabungan dan asuransi yang efektif.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis sendiri dan para pembaca.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan penunjang studi bagi yang berminat untuk melakukan studi lanjutan.

1.5. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian yang digunakan berkaitan dengan pengelolaan dana tabungan hari tua sebagai salah satu produk asuransi yang dikelola perusahaan serta penilaian kinerja keuangan terhadap pengelolaan dana yang dilakukan.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Asuransi

Menurut Mehr dan Commack dalam A. Hasymi (1982) menggambarkan sejarah asuransi sebagai berikut :

2.1.1. Zaman Purbakala

Karena langkanya bukti-bukti yang dapat dipercaya, maka terdapat perbedaan pendapat mengenai asal usul asuransi yang kita kenal sekarang. Akan tetapi, benih asuransi dapat terlihat dari cara-cara manusia purba menangani risiko harta dan jiwa mereka.

2.1.1.1. Benih Asuransi Harta

Beberapa ahli menganggap bahwa benih asuransi harta sudah ada di lembah Eufrat, Babylonia, beberapa ribu tahun yang lalu. Pada waktu itu perniagaan Babylonia telah berkembang pesat sehingga para saudagar mengirimkan penjual-penjual mereka ke daerah sekitar Babilon untuk menjual barang-barang mereka. Para saudagar sebagai majikan penjual-penjual tersebut tentu saja meminta sesuatu jaminan untuk meyakinkannya bahwa para penjual itu akan kembali dengan membawa laba dan tidak akan melarikan diri. Para penjual itu menjadikan harta mereka sendiri sebagai jaminan bahwa mereka tidak akan menipu majikan mereka dan penjual ini bekerja berdasarkan persentase keuntungan dari perjalanan dagang mereka.

Akan tetapi sebagian daerah yang dikunjungi para penjual ini tidak begitu aman. Adakalanya barang-barang dan uang kepunyaan majikan mereka dirampas di tengah jalan sehingga para penjual kembali ke negeri mereka dengan tidak membawa apa-apa sehingga harta mereka yang dijadikan jaminan disita oleh majikan mereka. Keadaan ini menimbulkan


(30)

protes dari para penjual karena dirasa tidak adil sehingga kemudian lahirlah perubahan pengaturan perjanjian. Dengan sistem baru ini, majikan dan penjual membagi rata keuntungan yang diperoleh dari perjalanan dagang akan tetapi jika terjadi kerugian yang disebabkan oleh pencurian atau perampokan di negeri asing dan bukan karena kesalahan penjual maka harta jaminan penjual tidak akan disita oleh majikan. Jadi sebagian risiko usaha itu dipindahkan atau dikisarkan dari para penjual kepada majikannya. Pemindahan atau pengisaran risiko inilah yang merupakan ciri-ciri asuransi yang merupakan benih asuransi harta.

Konsep pengisaran risiko dari satu pihak ke pihak lain dalam suatu transaksi ini dijumpai pula di Yunani kuno. Apabila seorang pelepas uang Yunani memberikan pinjaman kepada pemilik kapal untuk membiayai suatu pelayaran, maka kapal itu dijadikan jaminan atau agunan untuk pinjaman tersebut. Akan tetapi, pemberi pinjaman ini setuju bahwa pinjaman itu batal jika kapal gagal kembali pulang. Karena besarnya risiko usaha tersebut maka tingkat bunga yang harus dibayar oleh peminjam lebih tinggi dari yang biasa. Perbedaan antara tingkat bunga yang harus dibayar peminjam dengan tingkat bunga normal adalah sama dengan apa yang sekarang disebut premi asuransi.

2.1.1.2. Benih Asuransi Jiwa

Perintis asuransi jiwa dan kesehatan modern juga dijumpai di Yunani dan Romawi kuno. Di Yunani terdapat kelompok-kelompok keagamaan yang melakukan kegiatan pengumpulan dana dari para anggotanya untuk menjamin biaya penguburan. Kegiatan ini barangkali merupakan bentuk awal dari asuransi penguburan.

Sewaktu Romawi menggantikan Yunani sebagai pemimpin dunia kuno, orang Romawi ini menggunakan sistem yang sama untuk asuransi jiwa. Akan tetapi, dengan berkembangnya sistem


(31)

7

Romawi titik berat kegiatan ini bukan lagi pada unsur keagamaan melainkan terbuka untuk masyarakat umum.

2.1.2. Abad Pertengahan

2.1.2.1. Asuransi oleh Gilda

Kegiatan gilda-gilda di abad pertengahan banyak membantu berkembangnya ide asuransi. Mereka mengadakan rancangan asuransi yang dibiayai dengan iuran reguler para anggotanya. Manfaat dibayarkan untuk berbagai macam kerugian diantaranya adalah untuk kerugian kebakaran, karamnya kapal, pencurian dan kebanjiran. Walaupun gilda-gilda ini tidak berkembang menjadi perusahaan asuransi seperti yang kita kenal sekarang namun mereka telah menyediakan kebutuhan asuransi pada jamannya.

2.1.2.2. Mula-mula Kontrak Asuransi Laut

Tidak ada kesepakatan para ahli mengenai kapan tepatnya kontrak asuransi laut pertama kali lahir. Akan tetapi, tampaknya asuransi laut mungkin telah ditulis sejak pertengahan abad XIV. Pada pertengahan abad VX aturan-aturan tentang perilaku bisnis telah dikembangkan oleh beberapa kota pelabuhan Laut Tengah.

2.1.3. Zaman Modern 2.1.3.1. Asuransi laut

Perkembangan asuransi laut didorong oleh disahkannya suatu rencana undang-undang di Inggris pada tahun 1574 yang menciptakan suatu dewan asuransi untuk menjual asuransi tersebut. Beberapa tahun kemudian didirikanlah sebuah pengadilan istimewa untuk menangani perselisihan-perselisihan asuransi. Dengan perkembangan lanjutan ini, pengadaan asuransi laut berubah dari kegiatan part time untuk para saudagar menjadi bisnis full time bagi para spesialis.

Pada masa inilah lahir istilah underwriter (penulis dibawah, penanggung). Mereka yang mencari asuransi akan


(32)

mencantumkan usul untuk diperiksa oleh calon penanggung. Setiap orang yang ingin ikut serta dalam risiko tersebut akan menuliskan namanya di bawah usul itu dan menunjukkan bagian risiko yang bersedia ditanggungnya. Jadi orang yang menulis di bawah usul tersebut dikenal sebagai underwriter (penulis di bawah, penanggung)

Selama periode tersebut di atas, semua asuransi laut ditanggung oleh individu-individu. Usaha ini dimulai sebagai usaha sampingan para saudagar yang berangsur-angsur digeser oleh para spesialis yang usaha pokoknya adalah menanggung risiko. Pada tahun 1668 di Paris didirikan perusahaan pertama yang diorganisasi untuk melaksanakan bisnis asuransi laut.

Selama periode spekulasi terjadi di Inggris yang dikenal dengan bubble period (periode gelembung) tak terhitung banyaknya rancangan asuransi yang diadakan. Salah satu hasil yang timbul setelah spekulasi bubble period ini adalah disahkannya Bubble Act tahun 1720. Berdasarkan undang-undang tersebut raja George mengesahkan piagam untuk dua perusahaan asuransi laut yaitu London Assurance Corporation dan Royal Exchange Assurance Corporation.

2.1.3.2. Asuransi Kebakaran

Kebakaran besar di London pada tahun 1666 menimbulkan kerugian harta dan jiwa yang sangat besar sehingga perhatian masyarakat mulai memikirkan untuk mengadakan fasilitas asuransi kebakaran yang memadai. Dr. Nicholas Barbon merupakan orang yang menanggapi kejadian tersebut. Ia bukan saja membangun rumah-rumah untuk mengganti rumah yang hancur akibat kebakaran, melainkan juga menawarkan asuransi kebakaran kepada calon-calon pembeli. Pada tahun 1667 berdirilah perusahaan asuransi kebakaran pertama di dunia yang dikenal sebagai Fire Office.


(33)

9

2.1.3.3. Asuransi Jiwa

Organisasi asuransi jiwa pertama ialah Society of Assurance for Widows and Orphans (Masyarakat Asuransi untuk Janda dan Yatim) yang didirikan di London pada tahun 1699 dengan tujuan membayarkan sejumlah tertentu pada waktu ada anggota yang meninggal. Pembayaran premi dilakukan setiap satu minggu sekali. Perusahaan asuransi tertua yang masih berdiri hingga sekarang ialah Society for the Equitable Assurance of Lives and Suvivorship yang biasa disebut Old Equitable, didirikan pada tahun 1756 di Inggris.

2.2. Perusahaan Asuransi

Menurut Fabozzi (1999) perusahaan asuransi ialah perantara keuangan yang berdasarkan premi yang diterimanya akan melakukan pembayaran kepada pemegang polis jika terjadi sesuatu. Dengan penjabaran definisi perusahaan asuransi di atas maka dapat dikatakan bahwa perusahaan asuransi berfungsi sebagai penanggung risiko.

Menurut Yoshida (1995) risiko didefinisikan sebagai kemungkinan penyimpangan yang tak diharapkan. Kemungkinan itu adalah berupa terjadinya hal yang tidak diinginkan atau tidak terjadinya hal yang diinginkan. Kejadian demikian biasa disebut kerugian atau loss. Di sini mengandung arti bahwa kerugian tersebut harus dapat diukur dalam satuan uang. Hal ini berasal dari praktek asuransi membayar ganti kerugian atas terjadinya peristiwa tertentu.

Pada umumnya kewajiban perusahaan asuransi dinyatakan dalam satuan moneter dan si tertanggung dianggap telah menderita kerugian yang sama atau lebih besar dari jumlah uang yang diterimanya dari perusahaan asuransi berdasarkan perjanjian asuransinya (Fabozzi, 1999).

Fabozzi (1999), berdasarkan karakteristik kewajiban yang dimiliki perusahaan asuransi dibedakan menjadi dua, yaitu perusahaan asuransi jiwa dan perusahan asuransi properti dan kerugian. Pada asuransi jiwa, peristiwa utama yang diasuransikan adalah kematian. Jika pemegang polis meninggal dunia perusahaan asuransi akan melakukan pembayaran dalam


(34)

jumlah besar sekaligus maupun melalui serangkaian pembayaran kepada ahli waris. Perlindungan asuransi jiwa bukanlah satu-satunya produk yang dijual, sebagian besar usaha yang dilakukan juga meliputi pemberian manfaat masa pensiun. Sedangkan perusahaan asuransi properti dan kerugian menjamin pembayaran berbagai macam peristiwa yang menyebabkan kerugian, misalnya asuransi rumah dan mobil.

2.2.1. Karakteristik Dasar Industri Asuransi

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perusahaan asuransi, berikut ini akan diuraikan mengenai karakteristik dasar industri asuransi.

Menurut Fabozzi (1999) karakteristik dasar industri asuransi adalah sebagai berikut :

a. Polis dan premi asuransi

Polis asuransi adalah kontrak yang mengikat secara hukum dimana pemegang polis (pemilik) membayarkan sejumlah uang sebagai ganti pembayaran yang akan dilakukan oleh perusahaan asuransi terkait dengan peristiwa yang akan terjadi dimasa depan. Perusahaan asuransi dikatakan menanggung (underwriting) risiko pemegang polis dan bertindak sebagai pelindung dari ketidakpastian yang ada. Sedangkan sejumlah uang yang dibayarkan oleh pemegang polis kepada perusahaan asuransi dinamakan dengan premi asuransi.

b. Surplus dan Cadangan

Surplus bagi perusahan asuransi adalah perbedaan antara aktiva dan kewajibannya. Dalam menentukan surplus suatu perusahan asuransi, nilai aktiva dan kewajiban harus ditentukan terlebih dahulu. Adanya kesulitan penentuan nilai kewajiban yang timbul pada perusahaan asuransi disebabkan karena adanya kewajiban pada perusahaan asuransi yang bersifat kontijen (bergantung pada peristiwa yang akan terjadi di masa depan) maka perusahaan asuransi harus memiliki suatu pos/akun yang


(35)

11

disebut cadangan (reverse). Pos cadangan adalah sejumlah nilai uang nontunai yang dipisahkan secara khusus

Surplus yang ada pada perusahaan asuransi adalah penting sebagai acuan/tolak ukur mengenai jumlah akhir yang dapat ditarik untuk dibayarkan kepada pemegang polis. Pertumbuhan surplus ini bagi perusahaan asuransi akan menentukan berapa banyak risiko yang dapat ditanggung.

c. Penentuan laba

Pendapatan perusahan asuransi untuk setiap tahun fiskal berasal dari dua sumber utama. Sumber pertama adalah pendapatan premi yang dihasilkan selama tahun fiskal. Sumber pendapatan kedua adalah pendapatan investasi yang dihasilkan dari aktiva perusahaan yang diinvestasikan.

Laba pada perusahaan asuransi ditentukan dari pendapatan yang diterima tersebut dengan jumlah pengurangan biaya yang terjadi. Laba atau kerugian total dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan investasi dan pendapatan pertanggungan risiko (underwriting). Pendapatan investasi pada dasarnya adalah pendapatan dari portofolio investasi aktiva perusahaan asuransi sedangkan pendapatan pertanggungan risiko adalah selisih antara premi yang dihasilkan dengan biaya penyelesaian klaim.

2.3. Sistem Perlindungan Sosial

Sistem perlindungan sosial (social protection) dapat dilihat sebagai alat untuk memenuhi sekurang-kurangnya beberapa kebutuhan dasar manusia. Saat ini perlindungan sosial telah diterima hampir secara universal, baik sebagai alat penanggulangan kemiskinan maupun pencegah kemiskinan. Hampir kebanyakan negara anggota ILO (International Labor Organization) yang berjumlah 164 negara memiliki sekurang-kurangnya satu program jaminan sosial. Bahkan perlindungan sosial juga dicantumkan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu bahwa setiap orang berhak mendapat perlindungan apabila mencapai hari tua, menderita sakit,


(36)

mengalami cacat, menganggur, dan meninggal dunia (Daniel Perwira, dkk. 2003).

Perlindungan sosial pada prinsipnya merupakan salah satu kebijakan ekonomi makro yang berfungsi sebagai sistem perlindungan dasar bagi masyarakat beserta keluarganya terhadap risiko-risiko sosial-ekonomi. Dalam pelaksanaannya perlindungan sosial berkaitan dengan kewajiban negara untuk melindungi warga negaranya. Dengan demikian pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan penyelenggaraannya dan ikut serta membiayainya.

Penyelenggaraan program perlindungan sosial pada prinsipnya menganut sistem gotong-royong, baik melalui gotong-royong antar generasi (horisontal) maupun antar kelompok penghasilan (vertikal). Gotong-royong sistem vertikal biasanya dilaksanakan melalui mekanisme anggaran negara, dimana satu kelompok masyarakat diharuskan membayar pajak dan kelompok lainnya menjadi penerima transfer dari pemerintah. Sementara itu sistem gotong-royong antar generasi umumnya terjadi di luar mekanisme anggaran negara, tetapi pemerintah tetap dapat menetapkan aturan-aturan karena manfaat yang diberikan terkait dengan hak normatif masyarakat (Daniel Perwira, dkk. 2003)

2.3.1. Sistem Perlindungan Sosial Formal

Dalam pelaksanannya, sistem perlindungan sosial dapat dilakukan baik secara formal maupun informal. Sistem perlindungan sosial yang terjadi di masyarakat tradisional cenderung dilakukan secara informal dimana bantuan keluarga lainnya diandalkan dalam pelaksanaan sistem perlindungan sosial itu sendiri. Akan tetapi munculnya tekanan-tekanan yang ada menjadikan sistem perlindungan sosial informal tersebut semakin memudar. Sistem perlindungan sosial formal mempunyai cakupan yang lebih luas dari sistem perlindungan informal dimana sistem ini bersifat universal bagi masyarakat.

Menurut Kertonegoro (1982), sistem perlindungan sosial yang bersifat formal dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk,


(37)

13

yaitu bantuan sosial (social assistance), tabungan hari tua (provident fund), asuransi sosial (social insurance) dan tanggung jawab pemberi kerja (employer liability). Setiap negara biasanya menggunakan satu atau beberapa bentuk perlindungan sosial tersebut. Sistem jaminan sosial tenaga kerja biasanya dilaksanakan dalam bentuk tabungan hari tua, asuransi sosial, dan tanggung jawab pemberi kerja.

Bantuan sosial diberikan kepada penduduk atau warga negara yang mengalami peristiwa tertentu sehingga dianggap membutuhkan bantuan, misalnya bantuan untuk korban bencana alam, santunan bagi panti asuhan, orang lanjut usia, anak yatim- piatu, penderita cacat dan penganggur, yang semuanya tidak memiliki sumber penghasilan yang mencukupi. Pembiayaan program bantuan sosial umumnya berasal dari anggaran belanja negara.

Tabungan hari tua menggunakan metode tabungan dimana tenaga kerja diwajibkan membayar iuran setiap bulan untuk dikumpulkan sebagai suatu dana yang dikelola oleh suatu badan publik. Iuran tersebut dicatat dalam rekening tenaga kerja yang saldo dan bunganya hanya dapat dibayarkan dalam hal atau peristiwa tertentu, yaitu biasanya bila tenaga kerja mencapai umur tua, menderita sakit, cacat, atau meninggal dunia sebelum hari tua.

Asuransi sosial menggunakan metode risiko hubungan kerja dimana manfaat atau jaminannya didasarkan atas lamanya masa kerja atau keikutsertaan dalam sistem ini. Bentuk-bentuk dari asuransi sosial ini dapat berupa asuransi kesehatan (health insurance), asuransi kematian (life insurance), asuransi kecelakaan kerja (work accident insurance), asuransi pengangguran (unemployment insurance). Jaminan yang diberikan bisa berupa santunan tunai, baik dalam jumlah uang tertentu atau didasarkan pada persentase penghasilan, atau berupa pelayanan (medis), atau kemanfaatan lain (misalnya obat-obatan). Pembiayaannya berasal


(38)

dari premi yang dibayarkan oleh tenaga kerja, pemberi kerja, atau keduanya, yang dikelola oleh suatu badan publik.

Dalam tanggung jawab pemberi kerja, pemberi kerja memberikan jaminan kepada tenaga kerjanya atau tenaga kerja dan keluarganya. Bentuk jaminan umumnya yang berkaitan dengan hubungan kerja seperti kompensasi kecelakaan kerja dan sakit akibat kerja, pesangon untuk pemutusan hubungan kerja (PHK), dan jaminan hari tua. Pembiayaan sepenuhnya ditanggung oleh pengusaha dan besarnya tergantung pada peristiwa yang terjadi (apakah pekerja tersebut sakit, kecelakaan, meninggal dunia, atau PHK).

2.4. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan produk dari proses akuntansi. Soediyono (1991) mendefinisikan bahwa pada dasarnya akuntansi dapat dibedakan menjadi tiga fungsi pokok yaitu :

1. Fungsi pencatatan (recording), yaitu mencatat secara sistematik semua transaksi keuangan perusahaan.

2. Fungsi penyajian (presentation), yaitu mengikhtisarkan secara sistematik data akuntansi dalam bentuk laporan-laporan keuangan dan disajikan untuk mereka yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.

3. Fungsi penafsiran (interpretation), yaitu membuat analisa terhadap data akuntansi yang diikhtisarkan dalam bentuk laporan keuangan.

Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi akuntansi seperti disebutkan diatas, proses akuntansi harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dan tertuang dalam Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) (Soediyono,1991).

Menurut Soediyono (1991), menjelaskan bahwa laporan-laporan keuangan merupakan ikhtisar dari data keuangan perusahaan yang pencatatannya dilakukan melalui fungsi kedua dari kegiatan akuntansi. Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan umum atau general purpose financial statement setahun sekali, enam bulan sekali, tiga bulan sekali atau tiap kurun waktu tergantung kebutuhan.


(39)

15

Menurut S. Munawir (2002) yang mengutip Myer dalam bukunya Financial Statement Analysis, yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan).

S. Munawir (2002) menjelaskan bahwa laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan oleh pihak managemen yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara :

1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact), berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, utang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau, dan jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos tersebut dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.

2. Prinsip-prinsip dan kebiasan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting convention and postulate), berarti data yang dicatat tersebut didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman.

3. Pendapat pribadi (personal judgement), dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan dan menjadi standard


(40)

praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau managemen perusahaan yang bersangkutan.

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan tidak hanya pimpinan perusahaan tetapi juga meliputi para pemilik perusahaan, para investor, para kreditur, serikat-serikat pekerja dan juga pihak pemerintah. Bagi pimpinan perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan perusahaannya, pemimpin perusahaan akan dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasan dan menentukan kebijaksanaan yang lebih tepat. Pemilik perusahaan, yang bagi perusahaan berbentuk perseroan terbatas adalah para pemegang saham, mempunyai kepentingan terhadap berhasil atau gagalnya perusahaan tempat mereka menanamkan modal dalam memberikan pendapatan. Investor berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, mengetahui jaminan investasinya dan mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan. Para kreditur mempunyai kepentingan dalam memberikan pinjaman dan mendapat jaminan dalam hal pembayaran kredit yang mereka berikan. Serikat-serikat pekerja berkepentingan untuk memperoleh tingkat upah yang layak dan terselenggaranya jaminan sosial yang lebih baik. Sedangkan pihak pemerintah berkepentingan dalam kaitannya dengan penentuan beban pajak bagi perusahaan (S. Munawir, 2002).

Menurut Soediyono (1991), laporan keuangan menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) pada pokoknya terdiri dari neraca, perhitungan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Dalam penelitian ini, laporan keuangan yang digunakan adalah neraca dan laporan rugi laba.


(41)

17

2.4.1. Laporan Rugi Laba

Laporan rugi laba atau (income statement atau profit and loss statement) ialah ikhtisar yang disusun secara sistematis berisikan data yang mencakup seluruh pendapatan (revenue) perusahaan dan seluruh beban perusahaan untuk tahun buku bersangkutan (Soediyono, 1991). Menurut keown (2004), laporan laba rugi mengukur jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu.

Keown (2004), menjelaskan laporan laba rugi menyajikan informasi keuangan yang dihubungkan dengan lima aktivitas besar usaha, yaitu :

1. Penghasilan, uang yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa perusahaan.

2. Beban produksi atau biaya untuk menghasilkan barang dan jasa yang dijual.

3. Beban operasi yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi produk atau jasa serta administrasi bisnis.

4. Beban keuangan dalam menjalankan bisnis, yaitu bunga yang dibayarkan kepada kreditur perusahaan dan pembayaran dividen kepada pemegang saham istimewa.

5. Beban pajak, yaitu jumlah pajak yang ditanggung berdasarkan pendapatan perusahaan.

2.4.2. Neraca

Neraca (balance sheet/statement of financial position/statement of financial condition) adalah laporan dalam bentuk daftar yang disusun secara sistematik yang mengikhtisarkan nilai dan susunan aktiva, utang dan modal sebuah perusahaan pada suatu tanggal tertentu (Soediyono, 1991). Menurut Keown (2004), neraca memberikan gambaran posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu mengenai aktiva (asset), ekuitas pemegang saham dari pemilik, kewajiban dan modal yang disediakan pemilik. Aktiva menggambarkan sumber-sumber yang dimiliki oleh


(42)

perusahaan, sedangkan kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan bagaimana sumber daya tersebut dibiayai.

Menurut Soediyono (1991), neraca dapat disusun dalam bentuk stafel yang biasa juga disebut bentuk report dan dapat pula disusun dalam bentuk skontro atau yang biasa disebut bentuk T-account. Neraca yang disusun dalam bentuk skontro menunjukkan bagian sebelah debit neraca memuat semua aktiva perusahaan, sedangkan bagian kredit memuat utang dan modal sendiri perusahaan.

Dalam bentuk stafel, neraca disusun dari atas ke bawah dimulai dari aktiva-aktiva perusahaan, kemudian di bawahnya pencatatan utang-utang perusahaan dan paling bawah memuat modal sendiri perusahaan. Kebaikan penyajian neraca dalam bentuk stafel tersebut ialah lebih mudahnya penyusunan neraca banding (neraca komparatif) yang memuat data lebih dari satu tanggal (Soediyono, 1991). Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia yang dikutip Soediyono (1991), komponen-komponen neraca dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Aktiva

Aktiva dalam neraca memuat pos (akun) aktiva lancar, investasi (penyertaan), aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, aktiva lain-lain.

b. Kewajiban

Kewajiban memuat pos (akun) kewajiban lancar (jangka pendek), kewajiban jangka panjang, kewajiban lain-lain.

c. Modal (ekuitas)

Modal memuat pos (akun) modal saham, agio saham, laba yang ditahan.

Keown (2004), menjelaskan bahwa aktiva merupakan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut S. Munawir (2002), pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak


(43)

19

lancar. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai. Dengan demikian aktiva-aktiva perusahaan yang tergolong sebagai aktiva-aktiva lancar ialah : 1. Uang tunai atau kas, adalah semua aktiva yang dalam keadaan

normal dapat dan siap untuk dipakai guna melunasi utang-utang perusahaan dan membiayai operasi perusahaan. Dengan demikian maka disamping uang kertas ataupun uang logam termasuk juga dalam aktiva uang tunai ialah cek dan saldo kredit rekening di bank.

2. Investasi sementara (jangka pendek), investasi yang sifatnya sementara yang pada umumnya dipergunakan untuk memanfaatkan kelebihan modal kerja yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi. Agar supaya sewaktu-waktu aktiva tersebut dapat dicairkan maka perlu dipenuhi syarat bahwa aktiva investasi sementara mempunyai sifat marketable, yaitu penjualannya mudah dan harganya tidak banyak berubah. Yang termasuk dalam kategori investasi sementara adalah deposito berjangka, saham, obligasi, sertifikat bank dan investasi lain yang mudah diperjualbelikan.

3. Piutang niaga, adalah pos yang timbul sebagai akibat adanya transaksi penjualan dengan cara kredit.

4. Wesel tagih, pos ini uraiannya sama dengan pos piutang niaga di atas, hanya bedanya ialah bahwa dalam wesel tagih ini, sebagai tanda bukti adanya hubungan utang-piutang dipergunakan tanda bukti tertulis dimana debitur memberikan pernyataan mengenai kesanggupannya untuk pada tanggal yang ditentukan membayar sejumlah uang tertentu kepada kreditur atau kepada orang lain yang ditunjuk oleh kreditur.


(44)

5. Pendapatan yang masih akan diterima, pendapatan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasanya kepada pihak lain tetapi belum diterima pembayarannya.

6. Persediaan, untuk perusahaan-perusahaan dagang, yang membentuk persediaan adalah barang-barang dagangan yang dibeli oleh perusahaan untuk dijual lagi. Untuk perusahaan-perusahaan manufaktur (perusahaan-perusahaan industri) persediaan yang dimiliki meliputi persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.

7. Biaya dibayar dimuka, pembayaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh jasa dari pihak lain yang manfaat jasanya belum dinikmati atau belum berakhir untuk periode bersangkutan.

S. Munawir (2002), menjelaskan aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan). Yang termasuk dalam aktiva tidak lancar adalah : 1. Investasi (penyertaan) ialah merupakan bentuk penanaman

modal kepada perusahaan lain dalam jangka panjang. Tujuan dari penyertaan tersebut bisa dengan maksud untuk menguasai atau mengawasinya dalam arti mempengaruhi jalannya perusahaan lain. Tujuan lebih lanjut dari penyertaan ialah agar perusahaan tempat penanaman modal bisa diusahakan mendukung kelancaran kegiatan perusahaan penanam modal. 2. Aktiva tetap, ialah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang

fisiknya nampak atau konkrit. Syarat lain untuk aktiva yang masuk dalam kategori aktiva tetap ialah digunakan dalam operasi yang bersifat permanen atau aktiva tersebut mempunyai umur kegunaan jangka panjang yang tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan. Yang termasuk dalam


(45)

21

kelompok aktiva tetap ini meliputi tanah, bangunan, mesin, inventaris, kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya. 3. Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets), adalah

kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Yang termasuk dalam intangible fixed assets ini meliputi hak cipta, hak paten, merk dagang, lisensi, dan sebagainya.

4. Beban yang ditangguhkan, menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang (lebih dari satu tahun), atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya.

5. Aktiva lain-lain, menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya, misalnya gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka panjang dan sebagainya.

Utang merupakan komponen neraca yang kedua. Menurut Keown (2004), utang adalah uang yang telah dipinjam dan harus dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan. Menurut S. Munawir (2002), utang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan yang belum terpenuhi, dimana utang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Utang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam utang lancar (utang jangka pendek) dan utang jangka panjang.

Utang lancar atau utang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Utang lancar meliputi :

1. Utang dagang, adalah utang yang timbul karena adanya pembelian barang secara kredit.


(46)

2. Utang wesel, adalah utang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan datang.

3. Utang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas negara.

4. Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.

5. Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah sebagian (seluruh) utang jangka panjang yang sudah menjadi utang jangka pendek karena harus segera dilakukan pembayarannya.

6. Penghasilan yang diterima dimuka, adalah penerimaan uang untuk penjualan barang/jasa yang belum direalisasi.

Utang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca). Utang jangka panjang ini meliputi utang obligasi, utang hipotik adalah utang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu, pinjaman jangka panjang yang lain.

Komponen neraca lainnya ialah modal. Soediyono (1991) mendefinisikan modal sebagai nilai yang dimiliki oleh pemilik atau para pemilik perusahaan yang tertanam pada perusahaan tersebut. Menurut S. Munawir (2002), modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh utang-utangnya.

Untuk perusahaan yang berbadan hukum, dalam neraca biasanya dipisahkan antara modal sendiri yang berasal dari penyertaan dan modal sendiri dari laba yang tidak dibagikan. Modal sendiri yang berasal dari keuntungan inilah yang biasa


(47)

23

disebut retained earnings atau laba ditahan. Sedangkan modal yang berasal penyertaan, untuk perusahaan dengan bentuk Perseroan Terbatas disebut capital stock atau modal saham.

2.5. Analisa Laporan Keuangan

Menurut S. Munawir (2002), Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang dapat mendukung keputusan yang akan diambil.

Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan-kemaujuan suatu perusahaan, faktor utama yang perlu untuk diperhatikan ialah :

1. Likuiditas, menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada utang lancarnya atau utang jangka pendek.

2. Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua utangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah utangnya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvabel.


(48)

3. Rentabilitas atau profitabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan ativanya secara produktif. Dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.

Analisa laporan keuangan mempunyai tujuan untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Faktor-faktor seperti likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas akan dapat diketahui dengan cara menganalisa dan menginterpretasikan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan dengan menggunakan metode atau teknik analisa yang tepat atau sesuai dengan tujuan analisa. Dengan kata lain, kegiatan analisa terhadap laporan keuangan perusahaan akan memperoleh gambaran yang berhubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.

2.5.1. Analisa Rasio Keuangan

Secara matematis, rasio keuangan merupakan rasio dimana pembilang dan penyebut diambil dari data keuangan. Menurut Keown (2004) menjelaskan bahwa rasio keuangan merupakan penulisan ulang data akuntansi ke dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, rasio keuangan dapat dijadikan sebagai suatu ukuran untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan.

Dalam menggunakan rasio-rasio keuangan sebagai alat ukur untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan perlu diperhatikan bahwa adanya keaneka ragamaan rasio keuangan menyebabkan adanya kesamaan-kesamaan pendapat tentang penggunaan sejumlah rasio keuangan tertentu tetapi tidak sedikit pula dijumpai adanya perbedaan-perbedaan pendapat. Menurut


(49)

25

Soediyono (1991), perbedaaan-perbedaan pendapat tersebut tercermin antara lain dalam bentuk :

1. Perbedaan terminologi

Dalam bidang pengetahuan yang sedang menjadi perhatian, menurut kenyataan tidak jarang dijumpai istilah yang sama dipergunakan dalam artian yang berbeda. Disamping itu banyak pula ditemukan hal yang sebaliknya, yaitu untuk sebuah pengertian dipergunakan lebih dari satu istilah.

2. Perbedaan klasifikasi

Dalam mengelompokkan rasio-rasio keuangan ditemukan juga adanya ketidakseragaman antara penulis yang satu dengan penulis yang lain.

3. Perbedaan isi

Di samping perbedaan terminologi dan perbedaan klasifikasi berkecenderungan menghasilkan ungkapan kesimpulan yang berbeda-beda, tidak jarang pula perbedaan asumsi menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda mengenai substansinya.

Soediyono (1991), menjelaskan dalam menggunakan rasio-rasio keuangan yang bertujuan untuk menginterpretasikan data keuangan perusahaan diperlukan beberapa pedoman sebagai pegangan dalam melaksanakan penafsiran tersebut. Di bawah ini disajikan pedoman yang perlu mendapatkan perhatian dalam memanfaatkan analisis rasio-rasio keuangan perusahaan.

1. Dalam menafsirkan data dan rasio keuangan diperlukan pemahaman yang baik mengenai maksud yang terkandung dalam setiap pos (akun) pada laporan keuangan yang hendak dianalisis.

2. Penganalisis perlu mengetahui metode penilaian yang dipergunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangannya.


(50)

3. Penganalisis perlu menyadari bahwa rasio keuangan yang ideal bagi suatu bidang usaha belum tentu ideal bagi bidang usaha yang lain.

4. Penganalisis perlu memperhatikan mengenai kebijakan yang diambil perusahaan pada periode pembukuan bersangkutan.

Umar (2004) menjelaskan rasio-rasio keuangan sebagai berikut :

a. Rasio likuiditas

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas dan pos lancar lain yang sifatnya hampir mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua kewajiban yang akan segera jatuh tempo. Rasio ini terdiri atas rasio lancar (current ratio), rasio cepat (acid test ratio/quick ratio), dan rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva.

Rasio lancar menunjukkan kemampuan dalam memenuhi kewajiban lancarnya dengan aktiva lancarnya. Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

Rasio cepat adalah rasio yang dihitung dengan menggunakan aktiva lancar tanpa menyertakan persediaan dibagi dengan kewajiban lancar.

Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

b. Rasio aktivitas

Rasio ini dipakai untuk menentukan penilaian efektifitas perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini terdiri dari rasio perputaran persediaan, rasio perputaran total aktiva, rasio perputaran aktiva tetap, dan rasio perputaran piutang.

Rasio perputaran persediaan menunjukkan keefektifan dan keefisienan perusahaan dalam mengatur investasinya dalam


(51)

27

persediaan yang direfleksikan dalam berapa kali persediaan itu diputar selama satu periode tertentu.

Rasio perputaran total aktiva mengukur efisiensi perusahaan dalam pemakaian total aktivanya untuk menghasilkan penjualan.

Rasio perputaran aktiva tetap mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva tetap guna menghasilkan penjualan. Rasio perputaran piutang merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode tertentu.

c. Rasio leverage (solvabilitas)

Rasio ini menunjukkan kualitas kewajiban perusahaan serta berapa besar perbandingan kewajiban tersebut dengan aktiva perusahaan. Rasio ini terdiri atas rasio utang, rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva dan rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva.

Rasio utang mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva perusahaan. Rasio ini dihitung dengan menggunakan total kewajiban dibagi dengan total aktiva.

Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur seberapa besar total aktiva yang dibiayai dengan kewajiban lancar.

Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kewajiban bukan lancar.

d. Rasio profitabilitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu. Rasio ini terdiri atas margin laba kotor, margin laba bersih, return on investment (ROI), return on assets (ROA) dan return on equity (ROE).


(52)

Margin laba kotor adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dari penjualan untuk mendapatkan laba kotor dan berguna untuk memberikan indikasi mengenai efisiensi operasi perusahaan dan penetapan harga jual.

Margin laba bersih adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan.

Return on investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.

Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva-aktiva yang tersedia.

Return on equity menunjukkan perbandingan antara laba bersih terhadap modal (ekuitas) yang dimiliki oleh perusahaan.

2.5.2. Analisa Persentase Per Komponen (Common Size Percentage)

Menurut S. Munawir (2002), analisa persentase perkomponen adalah suatu metode analisa untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. Analisa ini dapat memberikan gambaran tentang perubahan-perubahan dalam masing-masing pos dari tahun ke tahun dalam hubungannya dengan total aktiva atau total penjualan.

Menurut S. Munawir (2002), metode untuk merubah jumlah-jumlah dalam suatu laporan keuangan menjadi persentase-persentase tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Nyatakan total aktiva, total pasiva, serta total penjualan netto masing-masing dengan 100%.

2. Hitunglah rasio dari tiap-tiap pos atau komponen dalam laporan tersebut dengan cara membagi jumlah rupiah dari


(53)

masing-29

masing pos aktiva dengan total aktivanya, jumlah rupiah masing pos pasiva dengan total pasivanya dan masing-masing pos rugi laba dengan penjualan nettonya, dikalikan 100%.

2.5.3. Analisa Du Pont

Menurut Keown (2004), analisa Du Pont merupakan sistem rasio keuangan yang dirancang untuk menyelidiki determinan rasio pengembalian ekuitas pemegang saham dan pengembalian aktiva.

Menurut Keown (2001), penggunaan persamaan Du Pont memungkinkan manajemen melihat lebih jelas faktor pemicu tingkat pengembalian ekuitas serta hubungan antara margin laba bersih, perputaran aktiva dan rasio utang. Profitabilitas perusahaan digambarkan pada sisi kiri bagan Du Pont berupa margin laba bersih. Margin laba bersih tersebut diperoleh dari perhitungan laba bersih yang diperoleh perusahaan dibagi dengan penjualan yang telah dilakukan. Untuk mengukur laba bersih perusahaan diperlukan kalkulasi terhadap semua biaya sehingga diperoleh total biaya dan kemudian mengurangkan jumlah total biaya tersebut terhadap penjualan. Rasio aktivitas yang mencerminkan kegiatan perusahaan dalam mengelola aktiva-aktivanya digambarkan pada sisi kanan bagan Du Pont dalam bentuk perputaran total aktiva. Perputaran total aktiva tersebut diperoleh dari perhitungan penjualan dibagi dengan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lainnya. Perkalian hasil perhitungan margin laba bersih dengan perputaran total aktiva akan menghasilkan tingkat pengembalian atas aktiva (ROA).

Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) pada metode analisa Du Pont ditentukan oleh dua komponen yang terdiri dari tingkat pengembalian aktiva (ROA) dan 1 – rasio utang.


(54)

Dikurangi

Dibagi Dibagi

Dibagi

bagi

Gambar 1. Kerangka Analisa Du Pont (Keown, 2001)

Marjin laba bersih

Kas dan surat berharga

Piutang dagang

Persediaan

Aktiva lancar lain Harga pokok penjualan

Beban operasi tunai

Depresiasi

Beban bunga

Pajak Penjualan

Total biaya Aktiva

lancar Aktiva tetap Aktiva lain Laba bersih Penjualan Penjualan Total aktiva

Tingkat pengembalian ekuitas (ROE)

Tingkat pengembalian aktiva

(ROA)

1 -

aktiva Total

utang Total

Perputaran total aktiva Dikali


(55)

31

2.5.4. Analisa Z Skor dari Altman (Altman Z Score)

Dalam jurnal yang berjudul “Studi Tentang Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik”, menjelaskan bahwa untuk mendeteksi tanda-tanda kebangkrutan suatu perusahaan, para investor umumnya menghitung dan menganalisis berbagai macam rasio keuangan seperti modal kerja, rasio-rasio profitabilitas, tingkat utang atau leverage, dan likuiditas. Permasalahannya adalah masing-masing rasio mempunyai kegunaan dan memberikan indikasi yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, jika hanya bergantung pada perhitungan rasio secara individual maka para investor akan mendapat kesulitan dan kebingungan untuk memutuskan apakah perusahaan dalam kondisi sehat atau sebaliknya.

Dalam rangka menjawab permasalahan tersebut, Edward Altman seorang professor of finance dari New York University School of Business memperkenalkan rumus Z-Score pada akhir 1960-an. Altman Z Score adalah suatu model analisis keuangan yang dibuat dengan mengkombinasikan lima rasio keuangan yang berbeda-beda untuk menentukan potensi atau kemungkinan bangkrutnya sebuah perusahaan. Lima rasio yang digunakan dalam metode analisa Altman Z Score yaitu rasio modal kerja terhadap total aktiva, rasio saldo laba terhadap total aktiva, rasio laba sebelum beban bunga dan pajak terhadap total aktiva, rasio nilai modal sendiri terhadap total kewajiban dan rasio total pendapatan atau penjualan terhadap total aktiva.

Menurut Umar (2004), Z skor merupakan metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kebangkrutan suatu perusahaan. Metode ini dapat dijadikan salah satu indikator kinerja perusahaan.

Altman Z score yang digunakan untuk mengukur tingkat kebangkrutan sebuah perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


(56)

1. Z Score untuk perusahaan manufaktur publik (public manufactured).

2. Z Score untuk perusahaan manufaktur tertutup (private manufactured).

3. Z Score untuk perusahaan tertutup (private general firm).

2.6. Hasil Penelitian Terdahulu

Menurut Setiati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisa Kinerja Keuangan PT Jaya Teknik Indonesia Periode 1999-2003” menjelaskan bahwa analisa kinerja keuangan terhadap PT Jaya teknik dilakukan dengan menggunakan metode analisa trend, analisa persentase per komponen, analisa rasio dan anlisa Du Pont. Selama lima periode analisa dapat diketahui bahwa perkembangan keuangan PT Jaya teknik Indoensia mengalami perubahan-perubahan atau kecenderungan-kecenderungan baik yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan.

Menurut Nugroho (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Portofolio Optimal Pada PT Askes (Persero)” menjelaskan bahwa selama empat tahun sejak tahun 2001 sampai dengan 2004, PT Askes selalu menempatkan lebih dari 60% dana investasinya ke dalam deposito. Dengan begitu dapat diketahui bahwa PT Askes sangat berhati-hati dalam menghadapi risiko. Korelasi antar investasi menunjukkan bahwa kombinasi dari deposito, obligasi, IHSG dan reksadana dapat mengurangi risiko investasi.

Menurut Nurhasanah (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan Dalam Mengevaluasi Kinerja PT (Persero) Biro Klasifikasi Indonesia” menjelaskan bahwa penilaian kinerja keuangan dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan dan analisa Du Pont. Dari hasil evaluasi yang dilakukan terdapat tujuh indikator rasio-rasio perusahaan yang nilainya masih berada di bawah standar BUMN.

Menurut Badan Pengawas Pasar Modal (2005), menjelaskan bahwa para regulator di industri keuangan, termasuk Bapepam, saat ini menghadapi tantangan yang cukup berat dalam menyediakan suatu sistem


(57)

33

yang mampu mengumpulkan, memproses, menganalisa, dan mendistribusikan laporan secara efektif, akurat, dan efisien. Di sisi lain, publik dan pengguna informasi makin menuntut regulator untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan laporan yang dipublikasikan, hasil dari aktivitas pengawasan dan analisis yang telah dilakukannya.

Terdapat tiga kategori dalam melakukan analisis laporan keuangan, yaitu sistem analisis yang dikembangkan dari hasil pengolahan pelaporan keuangan secara hard copy (paper bound), sistem analisis yang dikembangkan dari hasil pelaporan keuangan dengan menggunakan form elektronik (web based/program bound), dan sistem analisis yang dikembangkan dari sistem pelaporan yang adaptif (Adaptive Standard Based). Sistem yang adaptiflah yang paling memberikan keunggulan untuk dimanfaatkan sebagai alat untuk menganalisis laporan keuangan secara elektronik. Laporan keuangan yang disusun dengan format XBRL (eXtensible Business Reporting Language) akan memudahkan pihak internal maupun eksternal dalam melakukan analisis laporan. Dengan format tersebut, siapapun pihak yang memerlukan data dapat dengan mudah mendapatkannya dan melakukan analisis tanpa harus khawatir kehilangan konsistensi data dan informasi.


(1)

Iktisar Ekuitas Per 31 Desember 2005 Dan 2004

Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004

Modal Saham 12,50 12,50

Kenaikan (Penurunan) Nilai Saham (3,19) (3,72)

Cadangan Umum 27,59 28,51

Cadangan Tujuan 606,59 445,89

Laba Tahun Berjalan 381,76 164,93

Jumlah 1.025,25 648,11

Ikhtisar Pendapatan Lain-lain Per 31 Desember 2005 dan 2004

Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004 Pendapatan Sewa dan Service Charge 9,65 16,60

Pendapatan Usaha lainnya 7,31 0,05

Bunga Deposito 2,28 2,43

Jasa Giro 0,24 0,22

Sewa Ruangan Kantor/Rumah Instansi 0,28 0,10 Pendapatan diluar usaha lainnya (PT TASPEN) 0,19 2,13 Pendapatan diluar usaha lainnya (PT Arthaloka) 1,60 1,85 Laba(Rugi) penjualan Aktiva tetap 0,19 0,02

Jumlah Pendapatan Lain-Lain 21,74 23,40

Ikhtisar Kenaikan (Penurunan) Manfaat Polis Masa Depan Per 31 Desember 2005 Dan 2004

Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004

THT Dwiguna 1.324,72 1.203,82

THT Kematian 130,63 135,46

Multiguna dan Ekaguna Sejahtera 46,37 44,25

Jumlah 1.501,72 1.383,53

Ikhtisar Manfaat Santunan Per 31 Desember 2005 Dan 2004

Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004

THT Dwiguna 1.162,47 1.240,57

THT Kematian 119,74 125,69

Multiguna dan Ekaguna Sejahtera 24,62 22,72


(2)

Ikhtisar Beban Umum Dan Administrasi Per 31 Desember 2005 Dan 2004

Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004

PT TASPEN (Persero)

Beban Pegawai 156,73 143,26

Beban Jaminan Sosial 66,27 59,39

Beban Umum 48,78 40,83

Beban Pengolahan Data Elektronik 5,25 2,63

Beban Penyesuaian 8,78 9,34

Sub Jumlah 285,81 255,47

PT ARTHALOKA INDONESIA

Beban Pelayanan dan Keamanan 0,262 0,249

Beban Teknis dan Utilitas 3,173 3,442

Beban Pemasaran dan Riset 0,349 0,483

Beban Akuntansi dan Keuangan 0,10 0,341

Beban Personalia 6,55 6,51

Beban Umum dan Sekretariat 1,88 1,58

Beban Penyusutan dan Amortisasi 2,78 2,65

Beban Lain 1,40 1,14

Sub Jumlah 16,49 16,40


(3)

Lampiran 7. Perhitungan rasio keuangan program tabungan hari tua • Aktiva lancar terhadap kewajiban jangka pendek

Tahun 2005 =

M 02 , 134 M 94 , 635 = 474,51%

Tahun 2004 =

M 60,89

M 447,29

= 734,59% • Modal kerja bersih terhadap total aktiva

Tahun 2005 =

M 17.381,37

M 501,92

= 2,89%

Tahun 2004 =

M 15.540,47

M 386,4

= 2,49% • Pendapatan terhadap total aktiva

Tahun 2005 =

M 17.381,37

M 3.493,21

= 0,2 kali

Tahun 2004 =

M 15.540,47

M 3.209,90

= 0,21 kali • Pendapatan terhadap aktiva tetap

Tahun 2005 =

M 50,30

M 3.493,21

= 69,45 kali

Tahun 2004 =

M 47,13

M 3.209,90

= 68,11 kali • Pendapatan terhadap piutang

Tahun 2005 =

M 2.841,1

M 3.493,21

= 1,23 kali

Tahun 2004 =

M 2.908,54

M 3.209,90

= 1,1 kali • Total kewajiban terhadap total aktiva

Tahun 2005 =

M 17.381,37

M 16.356,12

= 94,10%

Tahun 2004 =

M 15.540,47

M 14.892,36


(4)

Lanjutan lampiran 7.

• Kewajiban lancar terhadap total aktiva Tahun 2005 =

M 17.381,37

M 134,02

= 0,77%

Tahun 2004 =

M 15.540,47

M 60,89

= 0,39% • Kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva

Tahun 2005 =

M 17.381,37

M 4,80

= 0,03%

Tahun 2004 =

M 15.540,47

M 4,33

= 0,03%

• Aktiva terhadap kewajiban kepada pemegang polis Tahun 2005 =

M 16.209,94

M 17.381,37

= 107,23%

Tahun 2004 =

M 14.819,99

M 15.540,47

= 104,86%

• Nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang polis Tahun 2005 =

M 16.209,94

M 14.411,73

= 88,91%

Tahun 2004 =

M 14.819,99

M 12.511,14

= 84,42% • Margin Laba kotor

Tahun 2005 =

M 3.493,21

M 684,65

= 19,6%

Tahun 2004 =

M 3.209,90

M 437,38

= 13,63% • Margin laba bersih

Tahun 2005 =

M 3.493,21

M 381,76

= 10,93%

Tahun 2004 =

M 3.209,90

M 164,93


(5)

Lanjutan lampiran 7.

• Laba Usaha terhadap aktiva (ROI) Tahun 2005 =

M 17.381,37

M 382,34

= 2,2%

Tahun 2004 =

M 15.540,47

M 165,52

= 1,07% • Laba bersih terhadap aktiva (ROA)

Tahun 2005 =

M 17.381,37

M 381,76

= 2,2%

Tahun 2004 =

M 15.540,47

M 164,93

= 1,06% • Laba bersih terhadap ekuitas (ROE)

Tahun 2005 =

M 1.025,25

M 381,76

= 37,24%

Tahun 2004 =

M 648,11

M 164,93

= 25,45%

• Klaim dan manfaat terhadap pendapatan iuran Tahun 2005 =

M 1.795,42

M 1.306,84

= 72,79%

Tahun 2004 =

M 1.699,77

M 1.388,99

= 81,72% • Pendapatan investasi terhadap nilai investasi

Tahun 2005 =

M 14.411,73

M 1.567,54

= 10,88%

Tahun 2004 =

M 12.511,14

M 1.375,87


(6)

Lampiran 8. Perhitungan metode analisa Altman Z Score Z = 6,56A + 3,26B + 6,72C + 1,05D

Z = 6,56 (2,89%) + 3,26 (2,2%) + 6,72 (2,2%) + 1,05 (6,27%) Z = 0,19 + 0,14 + 0,15 + 0,07

Z = 0,54 dimana,

Z = nilai hasil perhitungan A = modal kerja / Total Aktiva B = Saldo Laba / Total Aktiva C = Return on Investment (ROI)

D = Nilai modal sendiri / Total Kewajiban • Modal kerja terhadap total aktiva =

M 17.381,37

M 501,92

= 2,89% • Laba terhadap total aktiva =

M 17.381,37

M 381,76

= 2,2% • ROI =

M 17.381,37

M 382,34

= 2,2%

• Nilai modal sendiri terhadap total kewajiban =

M 16.356,12

M 1.025,25