BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Asuransi
Menurut Mehr dan Commack dalam A. Hasymi 1982 menggambarkan sejarah asuransi sebagai berikut :
2.1.1. Zaman Purbakala
Karena langkanya bukti-bukti yang dapat dipercaya, maka terdapat perbedaan pendapat mengenai asal usul asuransi yang
kita kenal sekarang. Akan tetapi, benih asuransi dapat terlihat dari cara-cara manusia purba menangani risiko harta dan jiwa
mereka.
2.1.1.1. Benih Asuransi Harta
Beberapa ahli menganggap bahwa benih asuransi harta sudah ada di lembah Eufrat, Babylonia, beberapa ribu tahun yang
lalu. Pada waktu itu perniagaan Babylonia telah berkembang pesat sehingga para saudagar mengirimkan penjual-penjual
mereka ke daerah sekitar Babilon untuk menjual barang-barang mereka. Para saudagar sebagai majikan penjual-penjual tersebut
tentu saja meminta sesuatu jaminan untuk meyakinkannya bahwa para penjual itu akan kembali dengan membawa laba dan tidak
akan melarikan diri. Para penjual itu menjadikan harta mereka sendiri sebagai jaminan bahwa mereka tidak akan menipu
majikan mereka dan penjual ini bekerja berdasarkan persentase keuntungan dari perjalanan dagang mereka.
Akan tetapi sebagian daerah yang dikunjungi para penjual ini tidak begitu aman. Adakalanya barang-barang dan
uang kepunyaan majikan mereka dirampas di tengah jalan sehingga para penjual kembali ke negeri mereka dengan tidak
membawa apa-apa sehingga harta mereka yang dijadikan jaminan disita oleh majikan mereka. Keadaan ini menimbulkan
protes dari para penjual karena dirasa tidak adil sehingga kemudian lahirlah perubahan pengaturan perjanjian. Dengan
sistem baru ini, majikan dan penjual membagi rata keuntungan yang diperoleh dari perjalanan dagang akan tetapi jika terjadi
kerugian yang disebabkan oleh pencurian atau perampokan di negeri asing dan bukan karena kesalahan penjual maka harta
jaminan penjual tidak akan disita oleh majikan. Jadi sebagian risiko usaha itu dipindahkan atau dikisarkan dari para penjual
kepada majikannya. Pemindahan atau pengisaran risiko inilah yang merupakan ciri-ciri asuransi yang merupakan benih asuransi
harta. Konsep pengisaran risiko dari satu pihak ke pihak lain
dalam suatu transaksi ini dijumpai pula di Yunani kuno. Apabila seorang pelepas uang Yunani memberikan pinjaman kepada
pemilik kapal untuk membiayai suatu pelayaran, maka kapal itu dijadikan jaminan atau agunan untuk pinjaman tersebut. Akan
tetapi, pemberi pinjaman ini setuju bahwa pinjaman itu batal jika kapal gagal kembali pulang. Karena besarnya risiko usaha
tersebut maka tingkat bunga yang harus dibayar oleh peminjam lebih tinggi dari yang biasa. Perbedaan antara tingkat bunga yang
harus dibayar peminjam dengan tingkat bunga normal adalah sama dengan apa yang sekarang disebut premi asuransi.
2.1.1.2. Benih Asuransi Jiwa