2.4.1. Laporan Rugi Laba
Laporan rugi laba atau income statement atau profit and loss statement ialah ikhtisar yang disusun secara sistematis
berisikan data yang mencakup seluruh pendapatan revenue perusahaan dan seluruh beban perusahaan untuk tahun buku
bersangkutan Soediyono, 1991. Menurut keown 2004, laporan laba rugi mengukur jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan
dalam jangka waktu tertentu. Keown 2004, menjelaskan laporan laba rugi menyajikan
informasi keuangan yang dihubungkan dengan lima aktivitas besar usaha, yaitu :
1. Penghasilan, uang yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa perusahaan.
2. Beban produksi atau biaya untuk menghasilkan barang dan jasa yang dijual.
3. Beban operasi yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi produk atau jasa serta administrasi bisnis.
4. Beban keuangan dalam menjalankan bisnis, yaitu bunga yang dibayarkan kepada kreditur perusahaan dan pembayaran
dividen kepada pemegang saham istimewa. 5. Beban pajak, yaitu jumlah pajak yang ditanggung berdasarkan
pendapatan perusahaan.
2.4.2. Neraca
Neraca balance sheetstatement of financial positionstatement of financial condition adalah laporan dalam
bentuk daftar yang disusun secara sistematik yang mengikhtisarkan nilai dan susunan aktiva, utang dan modal sebuah perusahaan pada
suatu tanggal tertentu Soediyono, 1991. Menurut Keown 2004, neraca memberikan gambaran posisi keuangan perusahaan pada
waktu tertentu mengenai aktiva asset, ekuitas pemegang saham dari pemilik, kewajiban dan modal yang disediakan pemilik.
Aktiva menggambarkan sumber-sumber yang dimiliki oleh
perusahaan, sedangkan kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan bagaimana sumber daya tersebut dibiayai.
Menurut Soediyono 1991, neraca dapat disusun dalam bentuk stafel yang biasa juga disebut bentuk report dan dapat pula
disusun dalam bentuk skontro atau yang biasa disebut bentuk T- account. Neraca yang disusun dalam bentuk skontro menunjukkan
bagian sebelah debit neraca memuat semua aktiva perusahaan, sedangkan bagian kredit memuat utang dan modal sendiri
perusahaan. Dalam bentuk stafel, neraca disusun dari atas ke bawah
dimulai dari aktiva-aktiva perusahaan, kemudian di bawahnya pencatatan utang-utang perusahaan dan paling bawah memuat
modal sendiri perusahaan. Kebaikan penyajian neraca dalam bentuk stafel tersebut ialah lebih mudahnya penyusunan neraca
banding neraca komparatif yang memuat data lebih dari satu tanggal Soediyono, 1991. Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia
yang dikutip Soediyono 1991, komponen-komponen neraca dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Aktiva Aktiva dalam neraca memuat pos akun aktiva lancar,
investasi penyertaan, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, aktiva lain-lain.
b. Kewajiban Kewajiban memuat pos akun kewajiban lancar jangka
pendek, kewajiban jangka panjang, kewajiban lain-lain. c. Modal ekuitas
Modal memuat pos akun modal saham, agio saham, laba yang ditahan.
Keown 2004, menjelaskan bahwa aktiva merupakan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut S.
Munawir 2002, pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak
lancar. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau dalam perputaran
kegiatan perusahaan yang normal dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai. Dengan demikian aktiva-
aktiva perusahaan yang tergolong sebagai aktiva lancar ialah : 1. Uang tunai atau kas, adalah semua aktiva yang dalam keadaan
normal dapat dan siap untuk dipakai guna melunasi utang- utang perusahaan dan membiayai operasi perusahaan. Dengan
demikian maka disamping uang kertas ataupun uang logam termasuk juga dalam aktiva uang tunai ialah cek dan saldo
kredit rekening di bank. 2. Investasi sementara jangka pendek, investasi yang sifatnya
sementara yang pada umumnya dipergunakan untuk memanfaatkan kelebihan modal kerja yang untuk sementara
belum dibutuhkan dalam operasi. Agar supaya sewaktu-waktu aktiva tersebut dapat dicairkan maka perlu dipenuhi syarat
bahwa aktiva investasi sementara mempunyai sifat marketable, yaitu penjualannya mudah dan harganya tidak banyak berubah.
Yang termasuk dalam kategori investasi sementara adalah deposito berjangka, saham, obligasi, sertifikat bank dan
investasi lain yang mudah diperjualbelikan. 3. Piutang niaga, adalah pos yang timbul sebagai akibat adanya
transaksi penjualan dengan cara kredit. 4. Wesel tagih, pos ini uraiannya sama dengan pos piutang niaga
di atas, hanya bedanya ialah bahwa dalam wesel tagih ini, sebagai tanda bukti adanya hubungan utang-piutang
dipergunakan tanda bukti tertulis dimana debitur memberikan pernyataan mengenai kesanggupannya untuk pada tanggal yang
ditentukan membayar sejumlah uang tertentu kepada kreditur atau kepada orang lain yang ditunjuk oleh kreditur.
5. Pendapatan yang masih akan diterima, pendapatan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasanya
kepada pihak lain tetapi belum diterima pembayarannya. 6. Persediaan, untuk perusahaan-perusahaan dagang, yang
membentuk persediaan adalah barang-barang dagangan yang dibeli oleh perusahaan untuk dijual lagi. Untuk perusahaan-
perusahaan manufaktur perusahaan industri persediaan yang dimiliki meliputi persediaan bahan baku, persediaan barang
dalam proses dan persediaan barang jadi. 7. Biaya dibayar dimuka, pembayaran yang dilakukan perusahaan
untuk memperoleh jasa dari pihak lain yang manfaat jasanya belum dinikmati atau belum berakhir untuk periode
bersangkutan. S. Munawir 2002, menjelaskan aktiva tidak lancar adalah
aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun
atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan. Yang termasuk dalam aktiva tidak lancar adalah :
1. Investasi penyertaan ialah merupakan bentuk penanaman modal kepada perusahaan lain dalam jangka panjang. Tujuan
dari penyertaan tersebut bisa dengan maksud untuk menguasai atau mengawasinya dalam arti mempengaruhi jalannya
perusahaan lain. Tujuan lebih lanjut dari penyertaan ialah agar perusahaan tempat penanaman modal bisa diusahakan
mendukung kelancaran kegiatan perusahaan penanam modal. 2. Aktiva tetap, ialah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang
fisiknya nampak atau konkrit. Syarat lain untuk aktiva yang masuk dalam kategori aktiva tetap ialah digunakan dalam
operasi yang bersifat permanen atau aktiva tersebut mempunyai umur kegunaan jangka panjang yang tidak akan habis dipakai
dalam satu periode kegiatan perusahaan. Yang termasuk dalam
kelompok aktiva tetap ini meliputi tanah, bangunan, mesin, inventaris, kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.
3. Aktiva tetap tidak berwujud intangible fixed assets, adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi
merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Yang
termasuk dalam intangible fixed assets ini meliputi hak cipta, hak paten, merk dagang, lisensi, dan sebagainya.
4. Beban yang ditangguhkan, menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang lebih dari
satu tahun, atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya.
5. Aktiva lain-lain, menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan
dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya, misalnya gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka
panjang dan sebagainya. Utang merupakan komponen neraca yang kedua. Menurut
Keown 2004, utang adalah uang yang telah dipinjam dan harus dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan. Menurut S.
Munawir 2002, utang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan yang belum terpenuhi, dimana utang ini merupakan
sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Utang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam utang
lancar utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Utang lancar atau utang jangka pendek adalah kewajiban
keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek satu tahun sejak tanggal neraca
dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Utang lancar meliputi :
1. Utang dagang, adalah utang yang timbul karena adanya pembelian barang secara kredit.
2. Utang wesel, adalah utang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu
tertentu di masa yang akan datang. 3. Utang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan
maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas negara.
4. Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.
5. Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah sebagian seluruh utang jangka panjang yang sudah menjadi
utang jangka pendek karena harus segera dilakukan pembayarannya.
6. Penghasilan yang diterima dimuka, adalah penerimaan uang untuk penjualan barangjasa yang belum direalisasi.
Utang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya jatuh tempo masih jangka panjang
lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca. Utang jangka panjang ini meliputi utang obligasi, utang hipotik adalah utang yang
dijamin dengan aktiva tetap tertentu, pinjaman jangka panjang yang lain.
Komponen neraca lainnya ialah modal. Soediyono 1991 mendefinisikan modal sebagai nilai yang dimiliki oleh pemilik atau
para pemilik perusahaan yang tertanam pada perusahaan tersebut. Menurut S. Munawir 2002, modal adalah hak atau bagian yang
dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal modal saham, surplus dan laba yang ditahan atau
kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh utang-utangnya.
Untuk perusahaan yang berbadan hukum, dalam neraca biasanya dipisahkan antara modal sendiri yang berasal dari
penyertaan dan modal sendiri dari laba yang tidak dibagikan. Modal sendiri yang berasal dari keuntungan inilah yang biasa
disebut retained earnings atau laba ditahan. Sedangkan modal yang berasal penyertaan, untuk perusahaan dengan bentuk Perseroan
Terbatas disebut capital stock atau modal saham.
2.5. Analisa Laporan Keuangan