mengalami cacat, menganggur, dan meninggal dunia Daniel Perwira, dkk. 2003.
Perlindungan sosial pada prinsipnya merupakan salah satu kebijakan ekonomi makro yang berfungsi sebagai sistem perlindungan
dasar bagi masyarakat beserta keluarganya terhadap risiko-risiko sosial- ekonomi. Dalam pelaksanaannya perlindungan sosial berkaitan dengan
kewajiban negara untuk melindungi warga negaranya. Dengan demikian pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan penyelenggaraannya
dan ikut serta membiayainya. Penyelenggaraan program perlindungan sosial pada prinsipnya
menganut sistem gotong-royong, baik melalui gotong-royong antar generasi horisontal maupun antar kelompok penghasilan vertikal.
Gotong-royong sistem vertikal biasanya dilaksanakan melalui mekanisme anggaran negara, dimana satu kelompok masyarakat diharuskan membayar
pajak dan kelompok lainnya menjadi penerima transfer dari pemerintah. Sementara itu sistem gotong-royong antar generasi umumnya terjadi di
luar mekanisme anggaran negara, tetapi pemerintah tetap dapat menetapkan aturan-aturan karena manfaat yang diberikan terkait dengan
hak normatif masyarakat Daniel Perwira, dkk. 2003
2.3.1. Sistem Perlindungan Sosial Formal
Dalam pelaksanannya, sistem perlindungan sosial dapat dilakukan baik secara formal maupun informal. Sistem
perlindungan sosial yang terjadi di masyarakat tradisional cenderung dilakukan secara informal dimana bantuan keluarga
lainnya diandalkan dalam pelaksanaan sistem perlindungan sosial itu sendiri. Akan tetapi munculnya tekanan-tekanan yang ada
menjadikan sistem perlindungan sosial informal tersebut semakin memudar. Sistem perlindungan sosial formal mempunyai cakupan
yang lebih luas dari sistem perlindungan informal dimana sistem ini bersifat universal bagi masyarakat.
Menurut Kertonegoro 1982, sistem perlindungan sosial yang bersifat formal dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk,
yaitu bantuan sosial social assistance, tabungan hari tua provident fund, asuransi sosial social insurance dan tanggung
jawab pemberi kerja employer liability. Setiap negara biasanya menggunakan satu atau beberapa bentuk perlindungan sosial
tersebut. Sistem jaminan sosial tenaga kerja biasanya dilaksanakan dalam bentuk tabungan hari tua, asuransi sosial, dan tanggung
jawab pemberi kerja. Bantuan sosial diberikan kepada penduduk atau warga
negara yang mengalami peristiwa tertentu sehingga dianggap membutuhkan bantuan, misalnya bantuan untuk korban bencana
alam, santunan bagi panti asuhan, orang lanjut usia, anak yatim- piatu, penderita cacat dan penganggur, yang semuanya tidak
memiliki sumber penghasilan yang mencukupi. Pembiayaan program bantuan sosial umumnya berasal dari anggaran belanja
negara. Tabungan hari tua menggunakan metode tabungan dimana
tenaga kerja diwajibkan membayar iuran setiap bulan untuk dikumpulkan sebagai suatu dana yang dikelola oleh suatu badan
publik. Iuran tersebut dicatat dalam rekening tenaga kerja yang saldo dan bunganya hanya dapat dibayarkan dalam hal atau
peristiwa tertentu, yaitu biasanya bila tenaga kerja mencapai umur tua, menderita sakit, cacat, atau meninggal dunia sebelum hari tua.
Asuransi sosial menggunakan metode risiko hubungan kerja dimana manfaat atau jaminannya didasarkan atas lamanya
masa kerja atau keikutsertaan dalam sistem ini. Bentuk-bentuk dari asuransi sosial ini dapat berupa asuransi kesehatan health
insurance, asuransi kematian life insurance, asuransi kecelakaan kerja work accident insurance, asuransi pengangguran
unemployment insurance. Jaminan yang diberikan bisa berupa santunan tunai, baik dalam jumlah uang tertentu atau didasarkan
pada persentase penghasilan, atau berupa pelayanan medis, atau kemanfaatan lain misalnya obat-obatan. Pembiayaannya berasal
dari premi yang dibayarkan oleh tenaga kerja, pemberi kerja, atau keduanya, yang dikelola oleh suatu badan publik.
Dalam tanggung jawab pemberi kerja, pemberi kerja memberikan jaminan kepada tenaga kerjanya atau tenaga kerja dan
keluarganya. Bentuk jaminan umumnya yang berkaitan dengan hubungan kerja seperti kompensasi kecelakaan kerja dan sakit
akibat kerja, pesangon untuk pemutusan hubungan kerja PHK, dan jaminan hari tua. Pembiayaan sepenuhnya ditanggung oleh
pengusaha dan besarnya tergantung pada peristiwa yang terjadi apakah pekerja tersebut sakit, kecelakaan, meninggal dunia, atau
PHK. 2.4.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan produk dari proses akuntansi. Soediyono 1991 mendefinisikan bahwa pada dasarnya akuntansi dapat
dibedakan menjadi tiga fungsi pokok yaitu : 1. Fungsi pencatatan recording, yaitu mencatat secara sistematik semua
transaksi keuangan perusahaan. 2. Fungsi penyajian presentation, yaitu mengikhtisarkan secara
sistematik data akuntansi dalam bentuk laporan-laporan keuangan dan disajikan untuk mereka yang mempunyai kepentingan dengan
perusahaan. 3. Fungsi penafsiran interpretation, yaitu membuat analisa terhadap data
akuntansi yang diikhtisarkan dalam bentuk laporan keuangan. Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi akuntansi seperti disebutkan
diatas, proses akuntansi harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dan tertuang dalam Prinsip Akuntansi Indonesia PAI Soediyono,1991.
Menurut Soediyono 1991, menjelaskan bahwa laporan-laporan keuangan merupakan ikhtisar dari data keuangan perusahaan yang
pencatatannya dilakukan melalui fungsi kedua dari kegiatan akuntansi. Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan umum atau general purpose
financial statement setahun sekali, enam bulan sekali, tiga bulan sekali atau tiap kurun waktu tergantung kebutuhan.
Menurut S. Munawir 2002 yang mengutip Myer dalam bukunya Financial Statement Analysis, yang dimaksud dengan laporan keuangan
adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi
keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir- akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk
menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau laba yang tak dibagikan laba yang ditahan.
S. Munawir 2002 menjelaskan bahwa laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran
atau laporan kemajuan progress report secara periodik yang dilakukan oleh pihak managemen yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan adalah
bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu
kombinasi antara : 1. Fakta yang telah dicatat recorded fact, berarti bahwa laporan
keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang
disimpan di bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, utang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos
ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau, dan jumlah uang yang tercatat dalam pos-
pos tersebut dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.
2. Prinsip-prinsip dan kebiasan-kebiasaan di dalam akuntansi accounting convention and postulate, berarti data yang dicatat tersebut didasarkan
pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Hal ini dilakukan dengan tujuan
memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman. 3. Pendapat pribadi personal judgement, dimaksudkan bahwa,
walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan dan menjadi standard
praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau managemen
perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara pihak- pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan tidak hanya pimpinan perusahaan tetapi juga meliputi para pemilik perusahaan, para
investor, para kreditur, serikat-serikat pekerja dan juga pihak pemerintah. Bagi pimpinan perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan
perusahaannya, pemimpin perusahaan akan dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasan dan menentukan
kebijaksanaan yang lebih tepat. Pemilik perusahaan, yang bagi perusahaan berbentuk perseroan terbatas adalah para pemegang saham, mempunyai
kepentingan terhadap berhasil atau gagalnya perusahaan tempat mereka menanamkan modal dalam memberikan pendapatan. Investor
berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, mengetahui jaminan investasinya
dan mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan. Para kreditur mempunyai kepentingan dalam memberikan
pinjaman dan mendapat jaminan dalam hal pembayaran kredit yang mereka berikan. Serikat-serikat pekerja berkepentingan untuk memperoleh
tingkat upah yang layak dan terselenggaranya jaminan sosial yang lebih baik. Sedangkan pihak pemerintah berkepentingan dalam kaitannya
dengan penentuan beban pajak bagi perusahaan S. Munawir, 2002. Menurut Soediyono 1991, laporan keuangan menurut Prinsip
Akuntansi Indonesia PAI pada pokoknya terdiri dari neraca, perhitungan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan
keuangan. Dalam penelitian ini, laporan keuangan yang digunakan adalah neraca dan laporan rugi laba.
2.4.1. Laporan Rugi Laba