Analisis Data Uji Kadar Air

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Flavonoid Terbentuknya warna pink atau merah magenta setelah 3 menit Mojab, dkk., 2003 Terbentuk warna merah magenta + Tanin Terbentuk warna biru tua atau hijau kehitaman Robinson, 1991 Terbentuk warna hijau kehitaman + Keterangan : + = mengandung senyawa yang dimaksud - = tidak mengandung senyawa yang dimaksud Dari hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa buah parijoto mengandung flavonoid, tanin, saponin dan tidak mengandung alkaloid, steroid dan terpenoid. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Leliana, 2013. Skrining fitokimia yang dilakukan merupakan jenis analisis kualitatif yang hanya mengidentifikasi keberadaan suatu senyawa tanpa menentukan kadarnya Harvey 2000. Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang banyak terdapat dalam tumbuh-tumbuhan. Untuk mengetahui kandungan flavonoid maka dilakukan uji wilstater sianidin, dimana uji positif apabila terbentuk warna merah pada lapisan amil alkohol. Dan hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa buah parijoto memiliki kandungan senyawa flavonoid. Uji positif saponin dilakukan dengan menggunakan uji Forth. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang dapat membentuk busa apabila dikocok dalam air Kristanti dkk., 2008. Timbulnya busa pada uji saponin menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya Marliana dkk., 2005. Dari hasil penapisan fitokimia diketahui bahwa buah parijoto memilliki kandungan senyawa saponin. Uji positif tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru kehitaman tanin terhidrolisis atau biru kehijauan tanin terkondensasi saat direaksikan dengan FeCl 3 Robinson, 1991. Dari hasil penapisan fitokimia kandungan tanin terdapat perubahan warna menjadi biru kehitaman sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan tanin yang terdapat dalam buah parijoto merupakan tanin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhidrolisis. Adanya kandungan tanin dalam buah parijoto yang menyebabkan adanya rasa sepat pada buah ini. Pada pengujian steroid dan triterpenoid, analisis senyawa didasarkan pada kemampuan senyawa tersebut membentuk warna dengan asam sulfat pekat dalam pelarut asam asetat anhidrat Ciulei, 1984. Hasil yang diperoleh menunjukkan hasil negatif dengan tidak terbentuknya cincin berwarna kecoklatan yang menunjukkan kandungan triterpenoid dan tidak terbentuk cincin berwarna biru kehijauan sehingga negatif mengandung steroid. Pada skrining alkaloid prinsipnya yaitu reaksi pengendapan yang terjadi karena adanya penggantian ligan. Atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas pada alkaloid dapat mengganti ion iod dalam pereaksi dragendroff dan pereaksi mayer Marliana dkk.,2005. Pada pengujian ini tidak terbentuk endapan jingga setelah penambahan pereaksi dragendroff dan tidak terbentuk endapan kuning setelah penambahan pereaksi mayer. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tanaman, tetapi sering kali kadar alkaloid dalam jaringan tumbuhan kurang dari 1 Kristanti dkk., 2008. Hal ini yang dapat menyebabkan uji skrining alkaloid memberikan hasil yang negatif.

4.5. Uji Kadar Air Ekstrak Metanol

Pada ekstrak metanol buah parijoto dilakukan uji kadar air untuk mengetahui besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan Depkes RI, 2000. Kadar air ekstrak yang diperoleh adalah 9,63. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kadar air ekstrak tidak boleh melebihi 10. Semakin sedikit kadar air pada ekstrak maka semakin sedikit kemungkinan ekstrak terkontaminasi oleh pertumbuhan jamur Saifudin dkk, 2011. Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang menentukan daya tahan ekstrak dan terkait dengan aktifitas mikroorganisme selama penyimpanan. Ekstrak yang mempunyai kadar air yang tinggi lebih mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme. Ekstrak dengan kadar air rendah relatif lebih stabil dalam penyimpanan jangka panjang daripada ekstrak yang berkadar air tinggi Pardede dkk, 2013. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.6. Hasil Uji Aktifitas Antikolesterol Ekstrak Secara In-Vitro

Uji aktifitas antikolesterol dilakukan dengan menggunakan metode fotometri kolesterol menggunakan reaksi Lieberman-Burchard untuk mengetahui jumlah kolesterol bebas yang terdapat dalam larutan sampel yang akan bereaksi menjadi senyawa berwarna hijau yang selanjutnya dapat diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Semakin banyak kolesterol bebas yang terkandung dalam larutan sampel maka akan semakin pekat warna yang terbentuk dari larutan tersebut. Semakin pekat warna larutan akan menyerap lebih banyak cahaya dan mentransmisikan lebih sedikit cahaya, sehingga berpengaruh terhadap absorbansinya ketika diukur dengan spektrofotometer UV-Vis Rudel dan Moris, 1973. Aktifitas antikolesterol dapat diketahui dengan cara membandingkan absorbansi senyawa berwarna hasil reaksi antara kolesterol bebas dengan asam asetat anhidrat dan H 2 SO 4 pekat dari larutan kontrol kolesterol 100 ppm+ asam asetat anhidrat 2 ml + 0,1 ml H 2 SO 4 dengan larutan uji kolesterol 100 ppm + ekstrak metanol buah parijoto + asam asetat anhidrat 2 ml + 0,1 ml H 2 SO 4 untuk kemudian dihitung persen penurunan kolesterolnya. Dalam metode Lieberman- Burchard ini reaksi yang dilakukan harus bebas dari air, karena reaksi akan sangat sensitif dan tidak stabil terhadap air. Konsentrasi kolesterol yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan hasil orientasi yaitu 100 ppm dalam etanol 96. Pemilihan etanol 96 sebagai pelarut berdasarkan pertimbangan ketercampuran antara larutan ekstrak dengan larutan baku kolesterol sehingga larutan baku kolesterol dan ekstrak dibuat menggunakan pelarut yang sama agar dapat bercampur dan bereaksi Sutioso., 2012. Hal ini sesuai dengan penelitian Baluja., et al. 2009 yang menyatakan bahwa kelarutan kolesterol akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu, dan suhu yang optimum untuk melarutkan kolesterol dalam etanol 96 adalah pada suhu 45 C. Proses pembuatan larutan kolesterol dalam etanol dilakukan dengan cara memanaskan etanol pada suhu 45 C kemudian memasukkan kolesterol yang berbentuk kristal putih dan mengaduknya hingga terlarut sempurna.

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Menggunakan Metode Difusi Cakram

8 42 54

Isolasi, Seleksi, dan Uji Aktivitas Antibakteri dari Kapang Endofit Daun Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan Shigella dysenteriae

1 15 108

Isolasi Fraksi Aktif Antibakteri dari Ekstrak Etil Asetat Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume)

2 35 85

Uji Aktivitas Antioksidan Serta Penentuan Kandungan Fenolat dan Flavonoid Total dari Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume)

8 50 85

Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Menggunakan Metode Difusi Cakram

0 17 54

Uji efek antihiperlipidemia ekstrak etanol buah parijoto : medinilla speciosa blume terhadap kolesterol total, trigliserida, dan vldl pada tikus putih jantan

9 65 124

UjiEfek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol 70% Buah Parijoto (Medinilla Speciosa Blume)Terhadap Jaringan Hati Tikus Putih Jantan

3 28 88

Uji Aktivitas Anti Inflamasi Ekstrak Etanol 70% Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) secara In Vitro dengan Metode Stabilisasi Membran HRBC (Human Red Blood Cell)

15 100 94

:Uji Efek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol Buah Parijoto (Medinilla Speciosa Blume) Terhadap Kolesterol Total, Trigliserida, Dan VLDL Pada Tikus Putih Jantan

4 30 124

EFEK EKSTRAK ETANOLIK BUAH PARIJOTO (Medinilla speciosa Blume) TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL DIABETES MELLITUS KRONISU - Unissula Repository

0 2 8