UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Koefisien korelasi R
2
dari kurva kalibrasi larutan baku kolesterol sebesar 0,9938; lebih besar dari 0,98. Hasil linearitas yang baik diperoleh jika nilai
koefisien regresi mendekati 1 Taylor, 1990.
Gambar 6 . Kurva Standar Kolesterol
4.6.5 Uji Aktifitas Antikoleterol Ekstrak Metanol Buah Parijoto
Ekstrak metanol buah parijoto dibuat seri konsentrasi 50, 75, 100, 125, dan 150 ppm dalam etanol 96. Pemilihan etanol 96 sebagai pelarut dikarenakan
baku kolesterol yang digunakan untuk percobaan juga dilarutkan dalam etanol 96 sehingga sampel ekstrak metanol dapat bercampur dan bereaksi dengan
kolesterol. Dari masing-masing deret konsentrasi ekstrak metanol buah parijoto diambil 5 ml larutan sampel kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi dan
ditambahkan dengan 5 ml larutan baku kolesterol dengan konsentrasi 200 ppm. Dari campuran tersebut diambil 5 ml dan kemudian direaksikan dengan 2 ml asam
asetat anhidrat dan 0,1 ml asam sulfat pekat. Sedangkan untuk pembandingnya digunakan larutan baku kolesterol 100
ppm dalam etanol 96 sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan 5 ml etanol 96. Dari campuran tersebut diambil 5 ml
dan kemudian direaksikan dengan 2 ml asam asetat anhidrat dan 0,1 ml asam sulfat pekat.
y = 0.0069x + 0.0216 R² = 0.9937
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7 0.8
20 40
60 80
100 120
A b
sor b
an si
Konsentrasi µgmL
Kurva Larutan Standar Kolesterol
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Larutan uji dan larutan pembanding setelah direaksikan didiamkan di tempat gelap terlindung dari cahaya selama 15 menit, hal ini dilakukan karena
larutan kolesterol bersifat fotodegradasi tidak stabil terhadap cahaya dan akan berubah menjadi kolestenon. Setelah didiamkan selama 15 menit hingga terbentuk
kompleks larutan berwarna hijau
k
emudian dibaca serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 423 nm. Digunakan
spektrofotometer UV-Vis karena hasil dari reaksi antara larutan uji dengan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat akan terbentuk reaksi warna yang berwarna
hijau yang dapat diukur serapannya menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Nilai rata-rata absorbansi dan kadar kolesterol dari larutan kontrol negatif dan larutan
uji dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 7. Nilai rata-rata absorbansi dan kadar kolesterol
No Sampel Absorbansi
Kadar Kolesterol
1.
Kontrol negatif larutan baku kolesterol 100 ppm
0,7082 ± 0,0041 99, 507 ppm
2. Kontrol negatif + Ekstrak metanol 50
ppm 0,5932 ± 0,0058
82,841 ppm
3. Kontrol negatif + Ekstrak metanol 75
ppm 0,5432 ± 0,0059
75,594 ppm
4.
Kontrol negatif + Ekstrak metanol 100 ppm
0,5135 ± 0,0086 71,290 ppm
5. Kontrol negatif + Ekstrak metanol 125
ppm 0,5010 ± 0,0088
69,478 ppm
6. Kontrol negatif + Ekstrak metanol 150
ppm 0,4995 ± 0,0092
69,261 ppm
Setelah serapan larutan uji dibaca kemudian dihitung persen penurunan kolesterol dengan cara : kadar kolesterol awal sebesar 100 ppm dikurangi dengan
kadar kolesterol yang sudah ditambahkan larutan ekstrak kemudian dibagi dengan kadar kolesterol awal sebesar 100 ppm dan dikali seratus persen. Rata-rata persen
penurunan kolesterol oleh sampel ekstrak metanol dapat dilihat pada tabel 8.